Senin, 05 November 2018

RH Truth Daily Enlightenment Selasa, 06 November 2018 "PERAN TOKOH AGAMA"

Di dalam agama-agama pada umumnya dalam berurusan dengan Allah yang disembah atau berurusan dengan Tuhan, selalu saja dibutuhkan seorang tokoh agama atau ulama, atau apa pun namanya. Tokoh agama sering kali ditampilkan seakan-akan bisa mewakili Allah. Apa yang dia sampaikan itu dianggap suara Allah. Sebaliknya tokoh-tokoh ini juga bisa menipu. Artinya dia mengaku bisa menjadi pengantara antara Allah dengan umat. Padahal dia sendiri belum mencapai Tuhan, dia sendiri tidak memiliki hubungan interaksi yang benar dengan Allah. Dalam Kekristenan peran tokoh agama tidak boleh dominan, seperti yang terdapat dalam banyak agama. Tokoh agama atau yang disebut hamba Tuhan, itu hanya alat; alat untuk mengantar umat mengenal Allah. Setiap anak Tuhan harus belajar berinteraksi dengan Tuhan secara langsung tanpa perantara siapa pun. Jadi pada akhirnya setiap orang percaya itu dapat mengenal dan dikenal oleh Allah dalam persekutuan yang harmonis secara pribadi dengan Dia.

Jadi dominasi tokoh itu harus dijauhkan dalam hidup Kekristenan. Jangan berpikir ada subordinasi artinya tokoh bisa menguasai jemaat, tidak boleh. Seorang tokoh, rohaniwan, ulama atau apa pun namanya; itu hanya mengantar umat mengenal Allah. Setelah itu umat harus berurusan dengan Allah secara pribadi, tidak membutuhkan perantara lagi. Jangan sampai saudara terikat/terbelenggu oleh system; seakan-akan kalau berdoa harus ada tokoh. Seakan-akan kalau tokoh yang mendoakan dirinya, lebih mujarab, lebih didengar. Ini pembodohan dan sebenarnya ini sudah berlangsung lama sekali. Di mana-mana tokoh itu menampilkan diri seakan-akan dapat mewakili Tuhan. Padahal orang percaya itu hanya memiliki satu Juru Syafaat; yaitu Tuhan Yesus. Tidak butuh perantara yang lain. Kita dapat berbicara kepada Allah yang Esa, Allah Bapa di surga melalui atau dalam Tuhan Yesus Kristus. Oleh korbannya kita bisa dibawa menjadi anak bagi Allah Bapa di surga. Tentu sebagai anak kita harus berubah terus untuk mencapai standar kesucian, kebenaran, keagungan seperti Yesus.

Jadi dalam banyak agama pada umumnya berurusan dengan Tuhan dimaksudkan agar dapat  memperoleh pertolongan dari segala persoalan; baik masalah ekonomi, kesehatan, segala kebutuhan jasmani dan jodoh. Oleh karenanya terjadi manipulasi dan segala bentuk eksploitasi terhadap Tuhan; di mana Tuhan menjadi pihak yang dimanfaatkan. Kita bisa mendengar banyak pembicara menawarkan Allah yang baik, menawarkan Tuhan yang luar biasa; sungguh sangat baik; yang konteksnya itu adalah berkat jasmani. Dan untuk bisa memperoleh itu pendeta yang mendoakan. Kalau membaca kesaksian-kesaksian yang ditulis di warta gereja atau ditulis di mana begitu, sebenarnya bukan saja hendak menyaksikan suatu perbuatan tangan Tuhan yang besar; tetapi juga mau mempromosikan siapa yang mendoakan. Jangan sampai kita terjebak dalam kebodohan, seakan-akan mukjizat itu bisa terjadi; pertolongan Tuhan itu bisa dialami; melaui doa dari tokoh-tokoh ini. Ini salah, tokoh-tokoh ini hanya bisa membimbing sementara waktu; bagaimana setiap individu mengenal Allah, menyembah Allah, dan lain sebagainya. Sementara waktu saja, dia membimbing orang mengenal Allah, setelah mengenal Allah; tidak bisa tidak, setiap individu harus mengembangkan pergaulan pribadinya dengan Allah itu. Ia harus menemukan Allah yang benar; dan setelah menemukan Allah yang benar; dia harus memiliki interaksi yang benar dengan Allah yang nyata. Sebab kalau jemaat terkondisi untuk selalu didominasi oleh tokoh; bahwa tokohlah yang dapat membawa mereka kepada berkat; berkat jasmani yang berlimpah-limpah; umat menjadi tidak mandiri. Dikit-dikit harus didoakan, dikit-dikit harus melalui pendeta, tidak mandiri. Padahal Allah yang benar, itu Allah yang mau berhubungan secara individu, secara pribadi dengan setiap orang percaya. Jadi jangan bergantung kepada manusia. Kalau saudara Kristen baru bisa dimaklumi; kalau saudara bergantung pada pendeta. Tetapi kalau saudara sudah menjadi Kristen lama; saudara jangan dikit-dikit panggil pak pendeta, dikit-dikit didoakan pak pendeta. Saudara harus bisa berdoa sendiri, mengusir setan sendiri, bergumul dengan Tuhan sendiri, berdialog dengan Allah sendiri. Sudah tidak lagi mesti perlu perantara. Demikian pula dengan lembar-lembar doa syafaat yang sering dibagikan di gereja-gereja; lalu jemaat menulis apa yang menjadi pergumulan, persoalan, dan kebutuhannya; lalu didoakan oleh aktivis, atau bersama pendeta, meletakkan tangan ke atas kertas-kertas lembar doa itu. Sebenarnya cara-cara ini tidak mendewasakan. Kalau dulu maklumlah, Kristen baru dibangkitkan, maklum bisalah dipakai cara-cara itu.
Tetapi kemudian, sudah saatnya orang Kristen tidak lagi memakai cara-cara itu. Sudah saatnya orang-orang Kristen mulai mandiri. Tidak lagi pakai lembar doa syafaat. Aspek yang lain yang harus diperhatikan; pemberitaan Firman Tuhan setiap minggu, harus mengarahkan jemaat untuk bisa mandiri. Kebenaran-kebenaran itu bisa membangun kemandirian, tidak bergantung kepada pendeta. Jika Firman yang disampaikan itu benar; meneguhkan, menguatkan; maka mereka tidak perlu lagi minta konseling dengan siapa pun, bahkan dengan pendeta sendiri. Sebab dari apa yang dia terima dari khotbah atau buku rohani, atau you-tube yang dia dengar; dia mendapatkan jawaban-jawaban dari berbagai persoalan hidupnya. Dia mendapat jawaban. Dari jawaban-jawaban itulah dia bisa mandiri. Dia tidak membutuhkan siapa pun. Dia hanya membutuhkan Tuhan Yesus Kristus.

Jadi jangan lagi terikat dengan lembar doa syafaat, jangan terikat lagi dengan doa 24 jam, minta didoakan, atau konseling. Biarlah masing-masing berinteraksi dengan Allah, dan kemudian menemukan Allah yang dahsyat, yang bisa menjawab semua kebutuhan kita.

Solagracia 🙏🏻

https://overcast.fm/+IqODcgsoo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar