Seremonial sebagai tindakan profetik, apa artinya?
Kalau kita memperhatikan seremonial atau upacara agama yang diselenggarakan bangsa Israel; itu sebenarnya sebuah tindakan nubuatan (sebagai nubuatan atau tindakan profetik). Artinya melalui seremonial tersebut Allah menyampaikan pesan, terkait dengan proyek keselamatan yang akan datang. Keselamatan itu adalah pengorbanan Tuhan Yesus sebagai Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Jadi ketika bangsa Israel melakukan seremonial dalam bentuk menyembelih domba; bukan berarti Tuhan benar-benar menyukai keharuman daging domba yang dibakar atau darah domba yang dicurahkan. Itu hanya sebuah tindakan profetik atau sebagai nubuatan, bahwa Allah menghendaki adanya penumpahan darah yang bisa menghapus dosa manusia. Dan sesungguhnya darah binatang tidak dapat menghapus dosa manusia. Hanya darah Yesus, hanya darah Yesus yang dapat menghapus dosa dunia.
Kalau Tuhan Yesus sudah datang dan memenuhi semua nubuatan dalam Perjanjian Lama, maka seremonial itu sudah tidak perlu dipertahankan lagi, seremonial itu tidak dibutuhkan lagi. Sebab yang bisa menghapus dosa itu darah Anak Tunggal Bapa, Tuhan Yesus. Darah domba itu hanya simbolis, itu tindakan profetik atau nubuatan. Jadi setelah darah Anak Domba Allah Tuhan Yesus itu ditumpahkan; tidak perlu lagi menyembelih domba sebagai jalan pengampunan atau penghapusan dosa.
Jadi seremonial agama seperti yang dikenal dalam agama-agama di dunia, termasuk agama Israel itu, agama Yudaism atau agama Musa sudah tidak ada tempat lagi dalam Kekristenan. Seremonial tidak dapat dipertahankan lagi, sebab itu hanya nubuatan. Setelah nubuatan digenapi, tidak perlu lagi dilakukan.
Seremonial tidak dapat dipertahankan lagi; sebab menurut Tuhan Yesus ada saatnya orang tidak menyembah Allah di Yerusalem atau di atas gunung; tetapi menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Kita tahu bahwa Yerusalem dan Gunung Gerizim adalah tempat di mana orang Israel mengadakan seremonial. Tetapi sekarang sudah tidak lagi terikat dengan tempat, seperti Yerusalem atau Gunung Gerizim. Kalau Yerusalem itu tempat orang-orang Yahudi melakukan ibadah kepada Elohim Yahwe, sedangkan orang-orang Israel bagian Utara itu mengadakan penyembahan di Gunung Gerizim. Tuhan Yesus mengatakan tidak perlu lagi nanti, tidak perlu lagi di tempat mana begitu; tetapi di dalam roh dan kebenaran.
Pernyataan Tuhan Yesus tersebut tentu memiliki latar belakang. Tadi sudah saya singgung orang-orang Samaria menyembah Allah di Gunung Gerezim karena mereka dilarang masuk Bait Suci di kota Yerusalem. Orang-orang Samaria ini berdarah campuran, darah Yahudi, dan darah non-Yahudi, atau darah kafir. Maka mereka karena dilarang menyembah Allah di Bait Suci, di kota Yerusalem, maka mereka membangun tempat ibadah di Gunung Gerizim.
Tuhan berkata : nanti sudah tidak di mana-mana, tetapi menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Jadi dalam Kekristenan tidak ada ritual atau seremonial agama atau liturgi yang baku. Liturgi adalah sesuatu yang sangat relatif. Relatif artinya tidak terikat oleh system atau tata cara tertentu. Jadi kalau gereja A begitu liturginya, gereja B yang lain, gereja C berbeda lagi. Tidak masalah, memang relatif. Tetapi yang penting di dalam liturgi tersebut dapat diekspresikan pengakuan sesuai dengan kehidupan setiap hari. Jadi keadaan kehidupan umat setiap hari diekspresikan dan disaksikan dalam liturgi itu. Jadi kalau di gereja menyatakan bahwa segenap hidup diserahkan kepada Tuhan, baik dalam pernyataan, maupun dalam nyanyian, kenyataannya juga harus mempersembahkan hidup bagi Tuhan. Jangan di gereja mengatakan kuserahkan hidupku kepada-Mu, hidup hari-harinya dia tidak menyerahkan dirinya kepada Tuhan, dia menyerahkan hidupnya kepada kesenangan-kesenangan dunia. Liturgi gereja kita itu harus menjadi ekspresi miniatur hifup kita setiap hari. Kehidupan setiap hari kita yang menyembah Allah atau memberi nilai tinggi Allah dalam bentuk tindakan, diekspresikan dalam nyanyian. Yang berkata haleluya, aku sembah Allah, hanya Engkaulah yang Mahatinggi, dan seterusnya.
Kenyataan yang kita jumpai, apa yang disaksikan di dalam gereja sering tidak sesuai dengan kenyataan hidup. Misalnya, kalau di gereja nyanyi : tanganku kerja buat Tuhan, mulutku puji nama-Nya, kakiku jalan cari jiwa, upahku besar di surga. Tanganku kerja buat Tuhan, tidak pernah kerja buat Tuhan. Mulutku memuji nama-Nya, ternyata mulut juga digunakan mengumpat, memaki, dan mengutuk orang. Kakiku jalan cari jiwa, wah boro-boro cari jiwa. Sering kaki yang mestinya dilangkahkan untuk ikut Pendalaman Alkitab atau kebaktian doa; tidak dilangkahkan. Lebih menyukai nonton film, tenggelam dengan televisi, hanya sekadar ngobrol di warung kopi, dan berbagai kegiatan lain, daripada ke gereja. Kakinya lebih senang melangkah ke tempat yang lain daripada melangkah ke Rumah Allah. Ini kan sama juga bohong, dan kenyataannya banyak orang Kristen begitu. Di mulut mengatakan Tuhan kesukaanku, padahal dalam hidup setiap hari kesukaannya bukan Tuhan, banyak obyek. Mulutnya mengatakan kuserahkan hidupku, tubuh jiwa dan rohku, kuserahkan pada Tuhan, padahal tidak pernah dia menyerahkan segenap hidupnya untuk Tuhan. Dia memiliki dirinya sendiri, dia menikmati dirinya sendiri, dia merasa berhak atas dirinya sendiri, dan dia menjalani hidup secara wajar seperti anak dunia lain, yang bukan anak tebusan. Mestinya kalau kita sudah menjadi anak tebusan Tuhan, segala sesuatu yang kita miliki milik Tuhan. Kita menjadi miskin daripada orang miskin; karena semiskin-miskinnya seseorang, dia masih merasa memiliki hak atas dirinya. Tetapi orang yang ditebus oleh darah Tuhan Yesus Kristus; seluruh haknya diambil, dia tidak lagi memiliki dirinya sendiri. Jangankan memiliki sesuatu, dirinya sendiri pun tidak dia miliki, tetapi dimiliki oleh Tuhan. Orang-orang seperti ini tentu saja bisa menjalani hidup dengan sikap hormat kepada Allah dan mempersembahkan seutuhnya/seluruhnya untuk kemuliaan Allah, bagaimana hidupnya berguna bagi pekerjaan Tuhan, yaitu keselamatan jiwa- jiwa yang belum dituai untuk Kerajaan Sorga.
Mari kita periksa diri, kalau kita salah kita bertobat. Kalau kita sudah benar, kita tingkatkan kesempurnaan kita.
Kiranya kevenarab hari ini memberkati bagi kita yang haus dan lapar akan kebenaran...amin
Solagracia.
https://overcast.fm/+IqOCme1b0
Tidak ada komentar:
Posting Komentar