Jumat, 02 November 2018

RH Truth Daily Enlightenment Jum'at, 2 November 2018 "PANGGILAN ORANG PERCAYA"

Ketika seseorang terpanggil menjadi orang percaya yang kemudian menyandang panggilan/status/sebutan sebagai orang Kristen, maka tidak bisa tidak ia harus masuk dalam proses penyempurnaan agar berperilaku seperti Yesus. Tanpa memasuki proses ini, berarti siapa pun tidak pernah memiliki keselamatan. Jadi banyak orang Kristen yang tidak memiliki keselamatan karena tidak mengalami proses penyempurnaan untuk berperilaku seperti Tuhan Yesus.

Proses untuk mengalami perubahan guna serupa dengan Tuhan Yesus; ini ciri utama bahkan ciri satu-satunya seorang Kristen yang tidak bisa dan tidak boleh digantikan dengan apa pun. Oleh sebab itu hendaknya kita tidak merasa sudah menjalani hidup Kekristenan hanya karena ke gereja bahkan menjadi aktivis gereja, bahkan menjadi pendeta. Kita merasa sudah menjalani hidup Kekristenan kalau mengalami proses keselamatan dalam kehidupan pribadi kita secara berkesinambungan; di mana kita mengalami perubahan secara signifikan yang dapat dirasakan oleh kita sendiri dan orang lain di sekitar kita. Tentu perubahan itu dari sederhana atau perubahan kecil sampai pada perubahan yang sangat radikal dan sangat tajam.

Dengan demikian kalau seseorang menjadi Kristen berarti ia akan mengarungi kehidupan yang lebih sulit dibanding orang yang tidak menjadi Kristen yang sejati. Sebab kalau orang hanya menjadi orang yang beragama Kristen, memiliki atribut lahiriah Kristen dengan ke gereja atau bahkan mengambil bagian dalam kegiatan gereja tanpa mengarungi kehidupan dalam proses penyempurnaan karakter; itu bukan hal yang sulit. Dan memang itu bukan Kekristenan, sebab Kekristenan yang benar itu sulit, yang Tuhan Yesus katakan : Sebagai pintu sesak atau pintu sempit. Jadi perjalanan hidup Kekristenan itu sulit; karena kita harus bertumbuh terus tiada henti untuk mencapai kesempurnaan. Jadi pada dasarnya Kekristenan adalah proses perjalanan hidup untuk terus menerus mengalami perubahan karakter sehingga mengenakan gaya hidup yang diperagakan Tuhan Yesus; seperti 2000 tahun yang lalu, Tuhan Yesus mengenakan tubuh daging. Memang secara lahiriah tidak sama; tetapi secara prinsip harus sama.

Dengan demikian Kekristenan itu sesungguhnya bukanlah agama tapi jalan hidup. Tentu tidak salah disebut agama, tetapi yang penting bukan keberagamaan yang ditandai dengan seremonial atau liturgi. Tetapi bagaimana dari hari ke hari orang menjalani jalan hidup; seperti yang pernah dijalani Tuhan Yesus 2000 tahun yang lalu. Dan perubahan itu sebenarnya perubahan untuk mengenakan kodrat baru (kodrat Ilahi). Kita ini orang-orang yang mengenakan kodrat dosa (sinful nature), ini yang harus diubah menjadi manusia Allah atau seorang yang berkodrat Ilahi (divine nature). Perubahan kodrat inilah yang paling inti, kalau seseorang benar-benar mengalami perubahan kodrat, itu baru disebut sebagai orang yang telah mengalami kelahiran baru.
Jadi kalau hanya menjadi Kristen dengan atribut Kekristenan seperti yang dimiliki oleh banyak orang hari ini; yang penting ke gereja, beragama Kristen; itu belumlah Kekristenan yang sejati. Kekristenan yang sejati itu akan ditandai di mana seseorang akan memiliki kodrat baru. Kodrat tersebut adalah kodrat Allah. Dan inilah sebenarnya maksud tujuan mengapa Yesus Tuhan kita yang mulia menyelamatkan kita; yaitu perubahan kodrat.

Kalau kita konsekuen mengakui bahwa Kekristenan itu jalan hidup, bukan sekadar agama; maka kita harus berani menghilangkan unsur-unsur pola keberagamaan dalam hidup Kekristenan kita. Pola keberagamaan artinya cara/budaya atau kebiasaan yang terdapat pada praktek manusia dalam menyelenggarakan agamanya. Di mana-mana orang menyelenggarakan hidup keberagamaan itu mirip, biasanya ditandai dengan seremonial/ritual, ditandai dengan hukum yang harus dipatuhi, dan yang ketiga adanya denominasi tokoh, adanya tokoh manusia yang seakan-akan bisa menjadi pengantara antara Allah dan manusia.

Bila seseorang sudah terbiasa dengan suatu pola dalam menyelenggarakan agamanya; maka sulitlah meninggalkan pola tersebut dan sering orang semakin fanatik terhadap agamanya karena pola-pola seperti itu terpatri dalam jiwanya. Kalau sudah fanatik terhadap agamanya, maka ia tidak lagi memperhatikan dengan benar substansi agama itu; bahkan tidak tahu apa  substansinya, yang penting aku agama A, di luar agama A, itu sesat/musuh.

Termasuk orang Kristen yang fanatik dengan keberagamaan agama Kristen, bukan sebagai jalan hidup, tapi sebagai agama, mereka tidak mengerti substansi Kekristenan yang sejati. Mereka hanya menganut agama Kristen tetapi tidak memiliki Kekristenan.

Jika mempermasalahkan mengenai keberagamaan, maka apa sebenarnya agama itu? Agama itu artinya kepercayaan kepada Tuhan, sifat-sifat serta kekuasaan-Nya dengan ajaran-ajaran dan kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan kepercayaan. Sedangkan Kekristenan kalau disebut bukan agama; artinya yang penting bukan sekadar seremonial keberagamaannya. Tetapi mengerti pikiran dan perasaan Allah, dan menjalani hidup ini sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.

Sifat-sifat agama seperti seremonial, hukum-hukum yang legalistik, dan peranan tokoh yang begitu penting; itu tidak boleh mendominasi kehidupan orang Kristen; yang akhirnya malah merusak tatanan bagaimana menjalani hidup untuk mencontoh/ meneladani Yesus; karena digantikan dengan seremonial, hukum-hukum yang legalistik, dan tokoh-tokoh yang dianggap bisa mewakili umat berhubungan dengan Allah.

Jadi Kekristenan itu unik sekali. Dalam Kekristenan yang penting, bagaimana setiap individu itu berurusan dengan Allah; dan menemukan Allah, dan mengalami perjumpaan dengan Tuhan setiap hari, untuk menerima bimbingan-Nya agar menjadi seperti Dia. Itulah Kekristenan.

JBU

https://overcast.fm/+IqOC_2Xz4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar