Jumat, 23 November 2018

RH Truth Daily Enlightenment Jumat, 23 November 2018 "KEMUSTAHILAN"

Ada pernyataan Firman Tuhan di dalam Alkitab; yang mustahil bagi manusia tidak mustahil bagi Allah. Kapan ayat ini muncul? Ayat ini muncul, yang pertama ketika Maria yang belum menikah harus hamil. Ini proses bagaimana Allah Anak Yesus menjadi Manusia. Hal yang sangat mustahil. Tapi Tuhan menembus kemustahilan itu. Allah Anak Yesus Kristus menjadi Manusia, itu kemustahilan, itu sudah tidak mungkin secara alkali, tetapi Ia menembus kemustahilan itu. Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Lalu hal yang kedua mengenai kemustahilan menjadi ketidakmustahilan itu konteksnya mengenai orang kaya yang mengingini hidup yang kekal. Ia seorang yang sudah bermoral, beretika, sudah melakukan hukum-hukum, tetapi dia merasa belum memiliki hidup yang berkualitas. Itulah sebabnya dia bertanya kepada Tuhan Yesus; Tuhan apa yang harus kulakukan supaya hidupku berkualitas? Tuhan Yesus memberikan kepadanya tuntunan bagaimana mencapai hidup yang berkualitas itu; yaitu dengan menjual seluruh hartanya, membagikannya kepada orang miskin dan datang kepada Tuhan Yesus untuk ikut Tuhan Yesus, seperti murid-murid-Nya. Di mata orang kaya tersebut ini tindakan konyol. Ia sudah membangun kekayaan selama bertahun-tahun. Bagaimana dia bisa membagikannya dengan mudah kepada orang? Yang kedua dia sudah membangun kesalehan selama bertahun-tahun sehingga dia menjadi pemuka agama. Sekarang harus ikut Yesus yang dianggap oleh para pemuka agama sebagai orang yang tidak mengajarkan ajaran yang benar, dengan kalimat atau kata lain semacam sesat. Itulah sebabnya Yesus dianggap atau dipandang sebagai orang yang membahayakan bagi pengajaran para ulama-ulama Yahudi waktu itu. Mereka sering berusaha untuk menjerat Yesus dengan pertanyaan dan perkataan, karena mereka tidak menyukai Yesus. Yesus itu adalah; persona non grata, orang yang tidak disukai. Ikut Yesus berarti orang yang tidak disukai pula, siapa yang mau? Maka orang kaya ini, yang juga seorang pemuka agama pergi dengan sedih sebab hartanya banyak. Yesus merespon keadaan itu dengan mengatakan atau merespon kejadian itu dengan mengatakan, sesungguhnya sukar sekali bagi orang kaya masuk ke dalam Kerajaan Surga, lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.

Untuk masuk Kerajaan Allah, orang memang harus meninggalkan segala sesuatu, kehilangan segala sesuatu ini mustahil bagi manusia yang sudah terbiasa hidup dalam kenyamanan. Tetapi Tuhan berkata yang mustahil bagi manusia tidak mustahil bagi Allah. Jadi dimungkinkan ada keniscayaan untuk memiliki hidup yang berkualitas. Ini sama dengan berarti ini proyek kemustahilan. Tetapi menjadi tidak mustahil jika Allah turut bekerja di dalamnya. Allah Anak menjadi manusia itu mustahil, tetapi Allah menembus kemustahilan itu, ini luar biasa. Kedasyatan-Nya bukan terletak pada kemampuan-Nya, kemampuan Yesus menjadi manusia, tetapi kesediaan-Nya itu yang luar biasa. Soal kemungkinan itu urusan Allah yang bisa merubah Yesus, Allah Anak menjadi manusia, atau menjadikan Dia manusia, tetapi kesediaan-Nya ini.

Demikian pula kita, apakah bisa memiliki hidup yang berkualitas seperti yang Allah kehendaki? Yang sama dengan apakah mungkin kita bisa menjadi sempurna? Tidak ada yang mustahil. Tetapi masalahnya seberapa kita memiliki kesediaan. Di sini dibutuhkan kenekadan seseorang untuk benar-benar mau berjuang memiliki hidup yang berkualitas atau yang sama dengan memiliki hidup yang sempurna seperti Bapa atau yang sama dengan menjadi serupa dengan Yesus. Jadi kita itu mungkin untuk menjadi seperti  Yesus bukan dalam arti mirip-mirip (not just like Jesus), tetapi benar-benar memiliki pikiran, perasaan Dia.

Kita bisa mengerti sekarang mengapa Tuhan Yesus berkata bahwa; jika hidup keagamaan kita tidak lebih benar dari ahli Taurat dan orang Farisi, yaitu ulama-ulama agama Yahudi, kita tidak masuk Surga. Memang kita ini standardnya itu kemustahilan. Kita masuk proyek kemustahilan. Dari yang mustahil menjadi tidak mustahil, itu ditentukan kesediaan, ini penting. Mengapa orang muda kaya, juga pemuka agama di Matius 19 menolak mengikuti tuntunan Tuhan? Karena hatinya terpasung oleh kekayaan dan dia merasa dirinya sudah memenuhi standard sebagai orang baik. Ia tidak sanggup, ia tidak mampu, sebab banyak hartanya. Jadi masalahnya bukan berapa banyak hartanya, masalahnya seberapa banyak, seberapa besar kesediaannya.

Jadi jangan kita tidak berani melangkah, kita harus berani melangkah. Jika kita berani melangkah, maka Tuhan akan menolong kita. Tuhan pasti menolong kita. Kita harus melangkah, maka yang mustahil bagi kita tidak mustahil bagi Allah. Kita memiliki kesediaan dulu, kita nekad dulu, maka Allah akan memberikan pertolongan-Nya kepada kita untuk bisa mencapai yaitu kehidupan yang berkualitas, yang s
ama dengan sempurna seperti Bapa, yang sama dengan serupa dengan Yesus.

Kiranya kebenaran hari ini memberkati kita sekalian.

Solagracia🙏🏻



https://overcast.fm/+IqOBLw9Lg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar