Rabu, 21 November 2018

RH Truth Daily Enlightenment Kamis, 22 November 2018 "KEHILANGAN NYAWA"

Tuhan Yesus memberikan syarat kepada para pengikut-Nya, syarat mengikut Dia, yaitu harus rela kehilangan nyawa atau tidak menyayangkan nyawa. Hal itu ditulis dalam Matius 10:39, Matius 16:25 dan lain sebagainya. Kata nyawa dalam bahasa atau teks aslinya adalah sukhe yang artinya jiwa. Dalam jiwa terdapat pikiran, perasaan dan kehendak. Dalam jiwa ada keinginan-keinginan dan segala hasrat. Di dalam jiwa ada berbagai pengertian dan filosofi. Oleh sebab itu seseorang yang rela kehilangan nyawa harus rela mengubah filosofi hidupnya. Kesediaan berubah ini dengan sungguh-sungguh ditunjukkan dengan mendengar belajar kebenaran. Dan ketika seseorang meneguk kebenaran, mengasup kebenaran ke dalam dirinya, maka otomatis dia akan mengalami pembaharuan pikiran. Jadi pembaharuan pikiran itu tidak bisa terjadi dengan mudah, apalagi secara otomatis, tidak bisa. Pembaharuan pikiran inilah gaya hidup seseorang di mana orang itu belajar Firman dengan sungguh-sungguh dan cara berpikirnya berubah.

Perubahan yang signifikan dalam cara berpikir akan ditandai dengan kerelaan seseorang berkorban, berkorban apa pun demi melakukan kehendak Allah dan demi menyelesaikan pekerjaan-Nya. Seorang yang menjadi corpus delicti, artinya orang yang menjadi seperti Yesus, itu orang-orang yang harus melepaskan semua kepentingan pribadi atau egoismenya. Dia harus rela menjadi seperti anggur yang tercurah dan roti yang terpecah. Inilah orang-orang yang tidak menyayangkan nyawa seperti Tuhan Yesus sendiri. Perhatikan bagaimana Tuhan Yesus mengosongkan diri-Nya, menjadi manusia dalam kemiskinan, Ia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Orang-orang percaya yang benar-benar ikut Tuhan Yesus harus mengenakan cara berpikir ini sehingga gaya hidupnya seperti Tuhan Yesus. Setiap orang percaya harus memiliki pikiran dan perasaan Kristus artinya cara berpikirnya sehingga memiliki gaya hidup Tuhan Yesus. Kalau pun kita studi, kita kuliah, kita karir, bekerja dan melakukan segala sesuatu, kita lakukan semua itu untuk Tuhan. Kita harus rela kehilangan diri kita sendiri, itu namanya menyangkal diri, kita kehilangan nyawa.
Jadi kita hidup di bumi ini bukan untuk wisata, bukan untuk kesenangan-kesenangan tapi untuk mengerti kehendak Bapa dan melakukannya. Mengerti pekerjaan yang Bapa percayakan kepada kita. Inilah yang Tuhan kehendaki.

Kalau kita membaca tulisan Petrus, bahwa orang-orang percaya bisa mempercepat kedatangan Tuhan Yesus. Ini kesannya bahwa orang percaya bisa mengatur Bapa. Seakan-akan kedatangan Yesus yang ditentukan oleh Bapa bersifat fleksibel atau relatif. Padahal di dalam Kisah Para Rasul 1:6-8 tertulis bahwa Kerajaan Israel itu nanti akan dipulihkan menurut ketetapan Bapa, menurut kuasa-Nya. Kata kuasa di situ eksosia, yang lebih tepat dipahami sebagai hak, bahwa Bapa yang berhak menentukan kapan Tuhan Yesus datang dan mengakhiri sejarah dunia. Tapi di sisi lain kita membaca bahwa kedatangan Tuhan bisa dipercepat oleh orang-orang percaya yang memiliki kesalehan seperti Yesus atau yang menjadi corpus delicti.

Sebenarnya ini tidak bertentangan, sebab satu sisi Bapa yang menetapkan, menetapkan jumlah corpus delicti. Di pihak lain orang percaya yang berjuang untuk menjadi corpus delicti. Jadi di sini ada pertemuan antara Bapa di Surga yang menentukan jumlah corpus delicti, yang memiliki hak menentukan corpus delicti dan orang percaya yang harus berjuang menjadi corpus delicti-Nya. Orang-orang yang menjadi corpus delicti adalah orang-orang yang tidak menyayangkan nyawa atau tidak mengasihi nyawa. Kalau di zaman gereja mula-mula mereka berani menghadapi aniaya fisik seperti siksaan sampai dibunuh, mereka pasti tidak menikmati dunia seperti yang lain. Bagi kita sekarang di mana tidak ada aniaya, tidak menyayangkan nyawa ini berarti kita rela tidak menikmati dunia, berbeda dengan orang-orang yang tidak mau menjadi corpus delicti. Ini hal yang sulit sebab dunia kita sangat materialistis, egois, orang hidup hanya untuk kesenangan hari ini dan memuaskan semua hasrat-hasratnya. Sementara orang percaya harus memiliki cara berpikir-Nya Tuhan Yesus dan mengenakan gaya hidup-Nya. Jadi kalau kita jujur ternyata sangat sedikit orang yang benar-benar menjadi Kristen, banyak orang beragama Kristen tapi tidak menjadi Kristen, Sedikit sekali orang yang melakukan kehendak Bapa, jadi sedikit sekali orang yang dipermuliakan bersama dengan Tuhan Yesus. Jadi sesuai dengan yang dikatakan oleh Firman Tuhan, banyak yang dipanggil sedikit yang dipilih. Betapa sulitnya memiliki sikap hidup tidak menyayangkan nyawa ini, sebab pada umumnya orang berlomba untuk menyelamatkan nyawa, bukan kehilangan nyawa. Tetapi kalau kita benar-benar nekad, kita berhasrat menyenangkan hati Bapa, memuaskan hati Bapa, kita pasti mau melakukan dan Roh Kudus akan menuntun kita, bagaimana kita meneladani kehidupan Tuhan Yesus yang tidak menyayangkan nyawa. Yang filosofi atau filsafatnya adalah makanan-Ku melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Kiranya kebenaran hari ini memberkati kita sekalian.

Solagracia 🙏🏻

https://overcast.fm/+IqOCI150g

Tidak ada komentar:

Posting Komentar