Orang yang tidak menyadari betapa mahal harga pengorbanan Tuhan Yesus, tidak menghayati betapa mahal pengorbanan Tuhan Yesus; mata hatinya tertutup. Ia tidak akan menghargai perkara-perkara rohani. Ia tidak akan menghargai hal-hal yang bertalian dengan kekekalan. Pikirannya hanya tertuju kepada perkara-perkara dunia. Memang dia bergereja, dia juga bisa aktif dalam kegiatan gereja, bahkan bukan tidak mungkin menjadi pendeta. Tetapi segala sesuatu hanya dikaitkan dengan sukses dunia, sukses duniawi. Tidak heran kalau dia menjadi pendeta, pasti khotbahnya sekitar bagaimana Tuhan menjadikan kita kepala bukan ekor. Artinya, jadi kepala bagian, kaya, diberkati. Tidak heran kalau kemudian khotbah-khotbahnya hanya sekitar kekayaan bangsa-bangsa diberikan. Tidak heran kalau kemudian bicaranya hanya sekedar mukjizat. Bukan saya tidak percaya mukjizat, kita percaya mukjizat. Tidak heran kemudian kalau pasti orientasi khotbahnya pada akhirnya hanya tertuju kepada; persepuluhan, persembahan yang akan dilipatgandakan oleh Tuhan, persembahan buah sulung, yang semua itu akan menjurus bagaimana uang jemaat bisa dilimpahkan ke gereja. Tentu dengan janji-janji, Tuhan akan memberkati berlimpah-limpah. Saya bukan anti persepuluhan, saya bukan melarang orang memberikan persembahan buah sulung, tetapi jangan sampai kemudian, orientasi berpikir kita itu kepada berkat jasmani. Percayalah kalau orang Kristen yang benar, mengenal kebenaran, menghayati korban Yesus di kayu salib, untuk keselamatan kekalnya; dengan merubah karakter sejak di bumi dari kodrat manusia ke kodrat Ilahi, maka apa pun dia akan berikan. Jangankan perpuluhan, mau segenap hidupnya pun akan diberikan tanpa perasaan terpaksa dan sayang-sayang, artinya; sayang uang. Tidak dia tidak akan sayang uang, sayang harta, dia akan rela berikan uangnya tanpa batas untuk pekerjaan Tuhan.
Saudara jangan salah memahami perkataan saya ini. Saya bukan anti mereka yang berbicara mengenai menjadi kepala bukan ekor. Sebaiknya, bahkan seharusnya orang Kristen jadi kepala dengan bekerja keras, dengan memaksimalkan potensi jadi kepala, jadi orang-orang yang terkemuka.
Saya bukan tidak setuju kalau saudara-saudara bekerja keras, bangsa negara ini bekerja keras hingga kekayaan bangsa-bangsa lain masuk di negeri ini, supaya menjadi kemakmuran bagi negara ini. Tapi faktanya hari ini, kekayaan negeri ini yang lari ke tempat lain. Banyak perusahaan-perusahaan besar di negeri ini bukan milik anak bangsa, bukan milik pemerintah bangsa Indonesia. Kenyataan hutang luar negeri kita juga tidak tambah surut. Kenyataan bagaimana orang-orang mengalirkan uangnya ke luar negeri, meng-investasikan uangnya justru bukan di dalam negeri, tapi di luar negeri. Itulah sebabnya himbauan pemerintah harus kita dengar, bagaimana kita harus membela bangsa ini secara patut.
Saya bukan tidak setuju kekayaan bangsa-bangsa diberikan kepada kita. Kita dalam arti siapa? Coba, kalau kita melihat selama ini justru kekayaan bangsa ini mengalir ke banyak negara. Saya bukan tidak setuju dengan adanya mukjizat. Tuhan kita Tuhan mukjizat, kita butuh mukjizat. Saya bukan tidak setuju kalau seseorang bisa memberikan buah sulung. Apa artinya uang itu saudaraku, apa artinya? Jangankan uang, darah-nyawa kita pun kita tumpahkan, kita harus curahkan kepada Tuhan. Tapi saya perlu beri catatan di sini. Buah sulung itu bukan berarti gaji kita pertama semua diberikan ke gereja. Kalau buah sulung di Alkitab itu kan, setiap panen itu satu keranjang kecil yang terbaik dibawa ke gereja, bukan seluruh panen diberikan. Lalu makan apa masyarakat atau rumah tangga-rumah tangga itu. Di sini saudara juga harus mengerti maksudnya.
Tidak ada salahnya gereja menerima banyak uang dari jemaat atau jemaat membagi sebagian hartanya untuk gereja. Tetapi tentu gereja harus menggunakan itu untuk pekerjaan Tuhan. Sebab gerejalah sebagai dealer, menjadi saluran resmi yang Tuhan bisa pakai untuk memperluas pekerjaan Tuhan. Tetapi kalau uang itu hanya untuk memperkaya individu atau hanya memperkaya institusi, ini yang menjadi masalah. Kalau pun itu untuk memperkaya lembaga, institusi atau individu, tidak masalah asalkan jemaat dibawa ke sorga. Tidak masalah, berapa pun. Karena kemuliaan bersama Kristus, perubahan karakter seperti Kristus, keselamatan kekal di Kerajaan sorga itu tidak ternilai. Tetapi kalau hanya diajar bagaimana menikmati hadirat Tuhan dalam tanda kutip- tapi itu semu; hanya sorak-sorai nyanyian, tarian, suara hingar-bingar saat di gereja. Janji-janji berkat jasmani, kesembuhan, berkat berkelimpahan secara materi, tetapi tidak dibimbing kepada kebenaran di mana orang percaya diajar untuk hidup seperti Yesus hidup, itu kan penyesatan. Ini kan penipuan. Dan inilah penipuan yang terjadi. Saya mengatakan ini bukan karena saya sedang menyerang seseorang atau menyerang kelompok tertentu. Tidak!
Pikirkan saudaraku, bahwa Kristen itu menjadi seperti Kristus. Orang Kristen itu harus seperti Kristus yang mengosongkan diri meninggalkan kemuliaan sorga- kalau kita meninggalkan kemuliaan dunia ini. Kristen itu tidak terikat dengan kekayaan lagi. Harus melepaskan segala sesuatu untuk supaya layak menjadi murid Tuhan. Kristen itu berarti benar-benar tidak lagi mengingini apa pun kecuali Tuhan dan Kerajaan-Nya. Kebaktian-kebaktian kita di gereja itu hanya pertemuan bersama, bukanlah ibadah. Sedangkan ibadah kita yang sesungguhnya itu pada waktu kita menjalani hidup setiap hari, bagaimana kita menampilkan kehidupan Yesus dalam hidup kita. Sebab ketika kita menampilkan hidup Yesus dalam hidup kita; itulah ibadah, karena itulah yang menyenangkan hati Bapa di sorga. Penyembah-penyembah yang benar akan menyembah Allah dalam roh dan kebenaran, artinya; kita memperagakan hidup Tuhan Yesus Kristus dan itu menyenangkan hati Bapa di sorga dan itulah ibadah kita kepada Bapa di sorga. Kita menyenangkan hati Bapa di sorga itulah ibadah kita dan orang Kristen harus diarahkan kepada hal ini. Jangan hanya hingar-bingar, kita seru di gereja, ramai di gereja, heboh di gereja dan merasa bahwa apa yang dilakukan itu menyenangkan hati Tuhan Yesus, menyenangkan hati Bapa di sorga, seakan-akan itulah ibadah yang menyenangkan hati Bapa. Ini seperti seremonial ritual agama-agama suku yang kalau mengadakan seremonial itu menyenangkan hati dewa atau ilahnya. Ini sudah penyimpangan. Padahal yang menyenangkan hati Bapa di sorga adalah ibadah kita melalui seluruh perbuatan dan tindakan kita.
Saudaraku sekalian, kiranya kebenaran ini akan membuat saudara mengerti bahwa telah terjadi penyimpangan yang begitu parah di dalam banyak komunitas Kristen. Itu semua terjadi karena orang-orang yang tidak mengenal kebenaran. Orang-orang yang ketika secara materi diberkati. Maksud saya pendeta-pendeta yang dulunya tidak mampu, sekarang menjadi kaya karena berkat. Hanyut di dalam kekayaan sehingga teologi yang dia miliki, teologia kemakmuran yang bukan saja merusak bangunan imannya sendiri tapi juga merusak bangunan iman orang lain. Sekali lagi, saya tidak bermaksud melukai siapa pun. Saya hanya ingin kita semua kembali ke jalan Tuhan yang benar.
Solagracia.
https://overcast.fm/+IqOBAp7Lk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar