Banyak orang tidak menyadari tipu daya kekayaan. Kekayaan itu menipu. Yang pertama kekayaan itu membuat seseorang aman, merasa nyaman. Yang kedua kekayaan itu membuat seseorang merasa terhormat, sebab dunia dan manusia sekitarnya pasti memberikan penghargaan kepada dirinya karena kekayaan itu. Tentu jika kekayaan diwujudkan dalam bentuk rumah besar, mobil, perhiasan, barang branded yang dikenakan. Itulah yang kemudian membuat orang memberikan penghargaan. Dan banyak orang merasa dirinya bermartabat dengan hal-hal tersebut. Yang ketiga kekayaan seakan-akan menjamin hidup hari esoknya. Tidak heran orang berpikir semakin kaya jaminannya semakin baik, semakin bermutu, semakin kuat.
Iblis menggunakan tipu daya ini, membuat manusia merasa tidak membutuhkan Tuhan. Dan sukses. Rata-rata manusia hari ini berfilosofi demikian. Dengan kekayaan dia merasa aman, dengan kekayaan dia merasa berharga, terhormat, dan dengan kekayaan dia merasa memiliki jaminan. Sukses kuasa kegelapan, kuasa dunia menipu. Yang lebih menyedihkan ketika gereja juga tertipu. Orang-orang ke gereja dengan motif atau memiliki motif supaya diberkati dengan berkat jasmani. Ini juga disebabkan karena pembicara-pembicara, atau pendeta-pendeta mengajarkan begitu. Bahwa Tuhan mau memberkati, Tuhan mau melimpahi jemaat dengan berkat-berkat jasmani. Sehingga orang bukan mencari Tuhan tetapi berkat-Nya Tuhan. Orang diajar, dididik bukan merasa aman karena Tuhan- tetapi karena berkat Tuhan. Ini tipis sekali bedanya. Menjadikan Tuhan sebagai yang menciptakan keamanan jiwa, Tuhan yang memberi nilai atau keberhargaan, Tuhan yang menjamin, atau berkat Tuhan. Tuhan sendiri yang memberi perasaan aman, Tuhan sendiri yang membuat seseorang berharga, Tuhan sendiri yang membuat seseorang terjamin, atau berkat Tuhan. Berkat Tuhan yang membuat seseorang merasa aman, membuat seseorang merasa berharga dan terjamin. Tipis sekali bedanya.
Kenyataan yang kita jumpai hari ini, banyak gereja mengajarkan/menganut teologi kemakmuran. Teologi kemakmuran pada dasarnya mengarahkan orang untuk tidak bergantung kepada Tuhan. Kalau pun bergantung kepada Tuhan, ketergantungannya bukanlah ketergantungan standar seperti yang Tuhan kehendaki. Ketergantungannya karena Tuhan itu kuat, maka Tuhan bisa memberkati umat dengan berkat-berkat jasmani dan berkat-berkat itulah yang memberi rasa aman, memberikan keberhargaan, dan jaminan.
Itulah sebabnya, saudara sering mendengarkan kalau di gereja pendeta berkata: " Keadaanmu tidak sama nanti jikalau pulang dari gereja ini, Allah memulihkan ekonomimu, memulihkan kesehatanmu, memulihkan rumah tanggamu, memulihkan usaha/bisnismu." Kalau seandainya Tuhan tidak memulihkan ekonomi kita, memangnya tidak aman? Kalau Tuhan tidak memulihkan bisnis/pekerjaan kita, memangnya kita tidak akan aman? Coba renungkan. Memangnya kalau Tuhan tidak memulihkan rumah tangga kita, kita tidak bahagia? Faktanya banyak pasangan hidup tidak bertobat. Suami-suami yang begitu jahat, atau isteri-isteri yang meninggalkan rumah. Kalau orang berpikir bahwa kebahagiaan itu ditentukan oleh rumah tangga yang dipulihkan- wah, dia tidak pernah bahagia. Karena memang sejak semula salah pilih jodoh. Karena sudah salah pilih jodoh lalu apa bahagianya? Tidak ada, kecuali cerai. Mau cerai? Kalau cerai anak-anak yang menderita. Kita pun memiliki jejak rekam hidup yang buruk di mata manusia. Lalu bagaimana? Nah, ini yang harus kita lakukan, bahwa di dalam hidup ini kita tidak mengandalkan perasaan aman, tidak mengandalkan keberhargaan diri, dan jaminan atas apa pun- tetapi Tuhan.
Jadi kalau datang ke gereja, urusannya hanya Tuhan saja. Gereja harus berani mengajar bahwa jika masalah yang dihadapi jemaat belum selesai, harus dianggap tidak masalah. Gereja harus berani bersuara, seandainya jemaat yang memiliki problema-problema berat, tidak mendapatkan jalan keluar atau penyelesaian- harus dianggap tidak masalah. Pendeta harus berani berkata: "Saya tidak perlu mendoakan masalahmu, yang kudoakan itu dirimu, dan aku ajarkan kepada dirimu supaya sekali pun masalahmu tidak selesai, sekali pun problem hidupmu tidak tuntas; kamu tetap memiliki kebahagiaan, memiliki rasa aman, memiliki keberhargaan diri, dan memiliki jaminan. Sebab Tuhanlah rasa amanmu, Tuhanlah nilai dirimu, dan Tuhanlah jaminan hidupmu."
Tentu saja dalam bahasa pastoral, pendeta tidak akan berkata secara vulgar, mengatakan: "Saya tidak akan mendoakan saudara ya", bukan begitu. Tetapi arahkan jemaat untuk merasa cukup dengan Yesus, Yesus cukup bagiku walaupun masalah saya belum selesai, walaupun suami saya belum bertobat, walaupun bisnis saya sekarang sedang mengalami masalah, hutang-hutang saya belum terbayar, sekali pun sekarang saya masih sakit belum mengalami kesembuhan- tetapi aku aman di dalam Dia, aku berharga di dalam Dia, dan aku punya jaminan hari esok oleh karena Tuhan.
Tentu saja orang-orang seperti ini orang-orang yang akan menjadi kekasih Tuhan, menjadi mempelai-mempelai Tuhan. Jangan mempercayai Tuhan hanya karena Dia mengadakan mukjizat, atau menjawab doa sesuai dengan keinginan dan selera kita. Kita mempercayai Tuhan dalam segala keadaan. Apa pun keadaannya kita tetap mempercayai Dia.
Kiranya kebenaran ini memberkati kita semua.
Solagracia.
https://overcast.fm/+IqOB_Ut3Y
Tidak ada komentar:
Posting Komentar