Senin, 24 Desember 2018

RH Truth Daily Enlightenment Selasa, 25 Desember 2018 "TIDAK MENGHARAPKAN KEBAHAGIAAN"

Maksud judul ini bukan tidak mengharapkan kebahagiaan dari Tuhan, tetapi tidak mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini.

Ada satu hal yang benar-benar harus kita sadari. Kita hidup di dunia yang tidak bisa diharapkan. Dunia di mana kita hidup ini, dunia yang tidak ideal. Ini dunia yang sudah jatuh- dunia yang carut-marut, compang-camping. Yang hari demi hari tidak bertambah baik, bahkan sesuai apa yang dikatakan di dalam Alkitab-  bertambah buruk. Selain itu kita pasti mati. Nah, ini masalahnya, kita pasti mati.
Perjalanan hidup akan pasti berakhir.

Jadi dua hal ini harus dipahami, harus dimengerti, dan harus saudara terima:

•Yang pertama- dunia kita ini dunia yang tidak ideal untuk dihuni.
•Yang kedua- segala sesuatu pasti ada akhirnya.

Dengan berpikir secara demikian ini, saya bukan mengajak saudara untuk menjadi fatalistis, pesimis. Ya, memang dunia ini fatal rusaknya. Selain tidak ideal, pasti nanti akan berakhir. Tetapi kita tidak pesimis, sebab kita orang-orang yang memiliki pengharapan, bukan di dunia ini, bukan di bumi ini; tetapi di kehidupan yang akan datang, di Langit Baru dan Bumi yang Baru.

Ketika kita menyadari keadaan dunia yang tidak ideal dan pasti berakhir, maka fokus kita, kita pindahkan ke Langit Baru Bumi Baru. Di sini timbul atau bangkit optimisme. Kalau orang tidak berpikir dengan kerangka kekekalan; yang dia pikir hanya bagaimana mencapai sukses di kehidupan di dunia ini. Optimismenya hanya sampai di kubur. Itulah sebabnya di setiap awal tahun, selalu ada pengharapan bahwa tahun yang baru bisa mendatangkan berkat, rahmat, keberhasilan yang lebih baik, dan seterusnya. Tidak ada orang yang berharap- hari, bulan, tahun, yang akan dijelang menjadi lebih buruk. Orang selalu berharap menjadi lebih baik.

Tetapi faktanya, seperti yang tadi saya kemukakan, tidak pernah menjadi lebih baik. Optimisme mereka hanya sampai di batas kubur. Dalam hitungan tahun- tahun ini, tahun depan, sampai di kubur. Tetapi optimisme orang percaya itu di balik kubur. Ini yang membedakan. Mengenai bagaimana keadaan hidup tahun depan di bumi ini, Tuhan yang tahu. Apa pun dijalani dengan satu pengertian, bahwa Allah bekerja dalam segala hal mendatangkan kebaikan. Jadi apa pun yang terjadi itu pasti mendatangkan kebaikan. Jadi tidak perlu menjadi gusar, susah, ketika kondisi memburuk, ketika ekonomi memburuk, ketika keamanan memburuk, ketika krisis politik memanas- ya welcome saja. Karena memang sudah mengerti bahwa dunia bukan tempat ideal untuk dihuni. Dan optimisme kita itu juga dibangun dari pengertian bahwa semua ada ujungnya atau ada akhirnya.

Makanya kalau kita mengalami satu penderitaan, atau sedang menghadapi satu keadaan sulit, kita bisa berkata: "Semua pasti bisa dilewati, dan semua pasti ada ujungnya atau ada akhirnya". Kalimat ini penting, berbisiklah pada dirimu sendiri- semua bisa dilewati- karena Tuhan tidak akan memberikan pencobaan melampaui kekuatan kita- semua juga bisa dilewati dan nanti pasti ada ujungnya- pasti nanti ada akhirnya.

Dengan tidak mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini- kita akan lebih fokus kepada Tuhan. Orang yang tidak mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini lebih terpacu untuk hidup suci. Tetapi kalau orang masih mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini, dia masih membuka peluang untuk hidup di dalam dosa. Perhatikan itu saudara. Tidak ada orang yang masih mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini lalu bisa hidup suci, tidak mungkin. Orang yang masih mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini, pasti hidupnya tidak bersih, tidak mungkin dia bisa hidup suci. Ya, memang mungkin dia bisa bermoral baik, dia ada di dalam tatanan kesantunan hidup dan kesopanan hidup sesuai dengan moral umum di masyarakat. Tetapi tidak mungkin dia bisa mencapai kesucian yang sesungguhnya, tidak mungkin.
Lalu orang yang masih mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini- tidak mungkin terikat dengan Tuhan secara benar, dia pasti terikat dengan dunia ini. Keterikatan dengan dunia ini akan membuat dia tidak bisa terikat dengan Tuhan.

Pada dasarnya orang harus memilih- apakah dia mau terikat dengan Tuhan, atau terikat dengan dunia? Orang tidak bisa terikat dua-duanya. Mau terikat dengan Tuhan tetapi mau terikat dengan dunia, tidak bisa! Harus memilih, apakah terikat dengan dunia ini, atau terikat dengan Tuhan. Orang yang tidak mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini akan makin terikat dengan Tuhan. Keterikatan dengan Tuhan inilah yang akan membangun persahabatan kekal atau persahabatan abadi. Dan sekaligus dampaknya, seorang yang terikat dengan Tuhan pasti hidup suci atau berusaha hidup suci.

Tuhan memberkati saudara.

Solagracia.


Shalom saudaraku,

Atas nama seluruh crew program Suara Kebenaran, saya Pdt. Erastus Sabdono mengucapkan: Selamat Hari Natal, kiranya Natal tahun ini 2018, menjadi Natal yang menginspirasi kita untuk hidup lebih berkenan di hadapan Tuhan. Juga kami menyampaikan Selamat menyambut Tahun Baru, doa harapan kami, di tahun mendatang kita lebih bersungguh-sungguh menginvestasikan waktu kita untuk mencari Tuhan dan bertumbuh dalam kedewasaan rohani.
Terima kasih untuk semua dukungan yang saudara berikan dalam pelayanan kami.
Kiranya Tuhan memberkati.

Solagracia 🙏🏻

https://overcast.fm/+IqOBLcrF0

Tidak ada komentar:

Posting Komentar