Saudara harus tahu bahwa Kelahiran Baru itu tidak otomatis. Kelahiran Baru itu natural, hasil dari perjuangan seseorang. Jadi ada peran manusia, bukan tanpa peran manusia. Kalau Alkitab menggunakan istilah kelahiran, atau dilahirkan dari atas (anagenao); pasti ada pihak-pihak yang terlibat, sama seperti pembuahan di dalam rahim seorang wanita, ada prosesnya. Itu tidak terjadi secara otomatis. Tentu hanya Anak Manusia yang bernama Yesus yang mengalami proses pembuahan yang berbeda dari proses pembuahan siapa pun. Dia dikandung oleh Roh Kudus. Sedangkan pembuahan yang terjadi dalam kehidupan manusia pada umumnya, pasti melalui proses, proses hubungan antara pria dan wanita, adanya sperm (sperma) dengan ovum (sel telur) dari pertemuan sel telur (ovum) dengan sperma (benih laki-laki) maka terjadi atau terbentuk zigot.
Zigot berkembang terus menjadi janin, penuh nutrisi yang cukup dari asupan yang diberi sang ibu supaya janinnya bertumbuh secara sehat dan normal. Ibu-ibu harus mengasup makanan yang baik, tidak boleh stress, tidak boleh kerja keras karena bisa terjadi keguguran. Ini proses. Tidak terjadi secara mistis, tidak terjadi secara spektakuler dalam arti tanpa peran siapa-siapa, ada peran di dalamnya.
Saya tidak mengerti bagaimana orang berpandangan bahwa Kelahiran Baru itu tindakan Allah sepihak diluar kesadaran individu. Akhirnya membuat orang tidak memiliki tanggungjawab. Doktrin semacam itu subur di Eropa. Dan hari ini kita melihat bukti Eropa menjadi masyarakat yang seakan-akan tidak pernah mengenal Injil. Gereja-gereja menjadi sepi, hanya menjadi tempat wisata. Tidak sedikit yang dijual, dan kemudian menjadi cafe, lalu menjadi gudang, bahkan menjadi rumah ibadah agama lain. Karena mereka tidak diajar dengan benar, memang doktrin seperti ini memiliki argumentasi-argumentasi yang sekilas kokoh, dengan buku-buku yang ditulis tebal-tebal, dan akhirnya buku-buku itu hanya dapat dibaca oleh para teolog. Teolog yang cerdas tentunya, kalau teolog yang kurang cerdas, pusing membaca buku-buku tersebut.
Kembali intinya, Kelahiran Baru tidak bisa kita pahami sebagai tindakan Allah sepihak, di luar kesadaran individu. Individu-individu orang percaya harus memperjuangan. Jadi ketika menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, ini baru iman awal, maka Alkitab berkata: dari iman kepada iman, dari iman awal bertumbuh menjadi iman penurutan terhadap kehendak Bapa. Untuk bisa hidup dalam penurutan terhadap kehendak Bapa, yang tentu standarnya Tuhan Yesus sendiri, bukan siapa-siapa. Karena semua orang percaya harus seperti atau serupa dengan Yesus, yang prinsipnya: Makanan-Ku melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Untuk mencapai ini harus ada perubahan kodrat. Dari kodrat manusia yang dibelenggu oleh kodrat dosa (sinful nature) harus berubah menjadi seorang yang berkodrat Ilahi (divine nature). Ini Kelahiran Baru. Kelahiran Baru seperti ini harus diperjuangkan. Orang percaya harus mengasup kebenaran di dalam dirinya. Bukankah iman itu datang dari pendengaran, pendengaran oleh firman Tuhan. Berapa ayat, berapa pasal, berapa banyak kebenaran yang harus didengar untuk melahirkan iman. Jangan berkata lagi iman pun karena anugerah, otomatis muncul. Ini jadi konyol. Iman itu pada akhirnya adalan penurutan terhadap kehendak Allah. Berangkat dari keyakinan di dalam nalarnya mengaku Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, lalu setelah itu mengenal Dia, lalu mengerti kehendak-Nya dengan kepekaan rohani yang baik, lalu mentaati kehendak-Nya, itu baru iman. Dan itu tidak bisa otomatis. Itu tidak bisa berlangsung dengan sendirinya, itu harus diperjuangkan, itu harus respon dari individu.
Orang-orang Kristen yang merasa bahwa dia sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat merasa sudah menjadi anak-anak Allah, merasa punya hak untuk masuk surga, dia tidak berjuang bagaimana melakukan kehendak Bapa seperti yang Tuhan Yesus lakukan. Tidak merasa punya panggilan untuk berjuang memasuki jalan sempit. Ini berarti perjuangan yang sulit, perjuangan yang sukar, tidak lagi melakukan hal tersebut. Akhirnya dunia yang merenggut dia, dunia yang menuai mereka. Dan mereka akhirnya menjadi seperti dunia bukan seperti Tuhan, bukan seperti Yesus atau serupa dengan Yesus tapi serupa dengan dunia. Betapa malangnya orang-orang Kristen seperti ini merasa sudah berhak masuk surga
Mengaku anak Allah, padahal firman Tuhan mengatakan: Kalau kamu menyebut/memanggil Allah sebagai Bapa, hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama menumpang di dunia/di bumi ini. Kamu menyebut Allah sebagai Bapamu, tetapi kamu tidak seperti Bapa. Ayat itu didahului dengan ayat: Kuduslah kamu sebab Aku kudus (1Petrus 1:16). 1Petrus 1:17 baru ditulis kalau kamu memanggil Allah itu Bapa, hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di bumi. Jadi bangunlah, sadarlah bahwa saudara belum mengalami Kelahiran Baru.
Saudara belum menjadi anak-anak Allah yang sah (huios). Saudara harus berjuang masuk jalan sempit, dan sekarang saudara belum berjuang, saudara hanya punya usaha yang tidak memadai yaitu belum memadai, guna masuk ke dalam kehidupan yang berkodrat Ilahi. Tadi saya katakan ini sebuah proses natural artinya kita menyadari artinya kita ini sungguh-sungguh merasakan perjuangan itu; dan tentu kita akan merasakan perubahannya.Natural bukan? Jadi kalau kita berubah atau belum, kita sadar.
Saudaraku mulailah berjuang.
Tuhan Yesus memberkati.
Solagracia.
https://overcast.fm/+IqOBEeMdc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar