Kamis, 13 Desember 2018

RH Truth Daily Enlightenment 13 Desember 2018 "PRINSIP UNTUK MENJADI ANAK KESUKAAN"

Tentu kita bukan hanya mau menjadi anak kesayangan, tetapi kita juga mau menjadi anak kesukaan. Orang yang hanya menjadi anak kesayangan; tidak berubah; suatu hari tidak akan menjadi anak kesayangan lagi.
Kalau seseorang disayang orangtua, tapi ia tidak mau dewasa bahkan menjadi jahat- malah merusak masyarakat, merusak keluarga, merusak nama baik, merusak usaha, bisnis dan lain-lain- sampai pada tingkat tertentu mengecewakan orangtua- dan orangtua tidak berkeberatan untuk kehilangan anak-anak seperti ini- itu tragis, tragis! Ketragisan yang sungguh tidak bisa dibayangkan.
Kalau orang tua melihat foto anak-anak waktu masih kecil, betapa menyenangkan, tetapi setelah usia 30 tahun ternyata dia menjadi bandar narkoba, dia melakukan perbuatan-perbuatan kriminal yang merusak nama baik orangtua bahkan orang tuanya sendiri juga dipukuli oleh anak itu, aduh betapa tragisnya kalau sampai kemudian orang tua melakukan pemutusan hubungan, tidak lagi mau mengakui sebagai anak, tragis! Tetapi kejadian-kejadian seperti ini bukan dongeng, ini berlangsung dalam kehidupan di masyarakat.

Tentu kita tidak mau menjadi anak yang ditolak oleh
Bapa di sorga. Itulah sebabnya firman Tuhan dalam 1Petrus 1:17  mengatakan: Kalau kamu memanggil Allah itu Bapa, hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama menumpang di dunia. Selama menumpang di dunia, kamu  menjadi anak yang sesuai  kehendak Bapa. Sebab ayat itu muncul setelah pernyataan: Kuduslah kamu sebab Aku kudus. Jadi orang percaya tidak boleh tidak kudus. Kalau memanggil Allah itu Bapa, harus kudus.  Itu maksudnya, tidak boleh tidak kudus. Kalau Allah- kita panggil Bapa, kita harus seperti Bapa (like Father like son).

Oleh sebab itu prinsip penting dalam kehidupan kita hari ini, yang pertama kita harus kudus seperti Dia kudus. Kekudusan ini artinya kita mengenakan kodrat seperti kodrat Dia, bukan hanya tidak berbuat dosa tapi tidak bisa berbuat dosa. Segala sesuatu yang kita pikirkan, kita ucapkan, kita lakukan- harus selalu sesuai dengan pikiran, perasaan Bapa, harus selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.
Untuk itu perlu berlatih. Tidak bisa ini kita capai dalam waktu singkat, karena kita telah mengalami kerusakan hidup yang fatal di tahun-tahun yang telah kita lalui. Ambisi, nafsu itu telah melekat di dalam diri kita. Tidak mudah untuk melepaskan itu. Inilah yang kemudian harus kita pahami bahwa hidup ini adalah perjuangan untuk bisa berpikir, berperasaan seperti Tuhan Yesus. Sesuai firman Tuhan: Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.
Ini perjuangan yang sangat sulit, perjuangan yang harus kita lakukan menit ke menit- jam ke jam, hari ke hari. Bukan dalam hitungan tahun- menit! kalau perlu detik!

Setiap kata yang kita ucapkan, setiap gerak pikiran perasaan kita harus selalu sesuai dengan pikiran perasaan Allah. Dan saya berjuang untuk itu dan saya merasakan beratnya perjuangan itu. Tapi hari demi hari akan semakin ringan karena irama hidup kita akan bisa adjust (menyesuaikan diri). Benar, dan itu menjadi kebahagian hidup kita yang luar biasa- yaitu ketika kita bisa semakin hari semakin seperti Tuhan Yesus. Luar biasa indah sekali.
Jadi prinsip penting yaitu, bagaimana kita hidup tidak bercacat, tidak bercela.

Jangan saudara mendengar hidup tidak bercacat tidak bercela lalu takut. Kita tidak bisa menghindari hal ini; karena Alkitab berkata: Kamu dipanggil bukan untuk melakukan apa yang cemar, siapa yang menolak ini, dia menolak Allah. Ingat! Kuduslah kamu sebab Aku kudus.
Prinsip penting untuk menjadi anak kesukaan Bapa tidak menyentuh apa yang najis. Itulah sebabnya di surat Korintus mengatakan: Keluarlah kamu dari antara mereka dan jangan menyentuh apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu sebagai anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan.
Jelas kitalah yang harus keluar dari kubangan dosa, kubangan kenajisan supaya diterima sebagai anak-anak Bapa di sorga. Tentu semua bermula dari salib Kristus yang menebus kita, yang memperdamaikan kita dengan Bapa dan memberikan kita Roh-Nya dari Injil yang berkuasa menyelamatkan kita atau berkuasa mengubah kita.
Jadi kalau hidup kita tidak bersih, kita tidak pernah menjadi anak kesukaan Bapa. Luar biasa kebenaran ini.

Prinsip yang berikutnya hati kita tidak boleh terikat dengan dunia. Suatu malam ketika saya berdoa Tuhan memberi pelajaran yang sangat berharga ketika di dalam batin saya ada suara: Jika kamu menghayati keberadaanmu sebagai anak Bapa, kamu sudah meninggalkan dunia ini.
Apa artinya dunia ini dibanding dengan kemuliaan Kerajaan Sorga, dibanding dengan keagungan martabat sebagai anak-anak Allah? Tidak ada artinya. Jadi kalau kita bisa menghayati keberadaan kita sebagai anak Allah, dunia menjadi tidak berarti, tidak menarik sama sekali. Tentu untuk mencapai state atau level ini luar biasa sulit. Saya bersyukur saya belajar terus, saya berubah. Biar pendeta juga masih ada duniawinya, bahkan bisa  dikatakan saya telah melewati tahun-tahun panjang sebagai pendeta yang sebenarnya masih duniawi. Sekarang belajar untuk bagaimana tidak duniawi. Ya  memang saya masih pakai kendaraan yang baik untuk bisa membawa saya ke tempat-tempat tertentu dan menjadi kendaraan yang baik untuk bisa beristirahat di mobil atau di kendaraan. Tetapi saya tidak bermaksud dengan kendaraan itu saya mau membanggakan diri. Saya pakai baju bagus, baju yang patut tetapi bukan bermaksud dengan baju itu saya mau mendapat nilai diri. Kita harus bisa membedakan antara kebutuhan atau kepantasan, dengan prestige atau nilai diri. Jangan kita memiliki sesuatu untuk prestige tapi untuk kebutuhan atau kepantasan.  Orang-orang yang masih terikat dengan prestige, dia merasa bahwa apa yang dia ingini untuk kebutuhannya tidak mungkin berkenan kepada Bapa di sorga. Sebab seorang yang berkenan kepada Bapa di sorga dan menjadi kesukaan-Nya adalah ketika kesukaan orang itu hanya Bapa di sorga dan Tuhan Yesus Kristus.

Tuhan memberkati saudara-saudara sekalian.

Solagracia 🙏🏻

https://overcast.fm/+IqOBFbhM8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar