Barangkali saudara pernah mendengar orang-orang yang pergi ke tempat-tempat keramat seperti, pohon keramat, gua keramat, kuburan-kuburan, untuk menjumpai apa yang diyakini sebagai kekuatan supranatural. Dan faktanya memang ada, bukan tidak ada. Mereka bisa menjumpai makhluk-makhluk itu atau entitas-entitas itu. Dan tidak heran kalau orang bisa memiliki kemampuan-kemampuan supranatural karena kekuatan-kekuatan makhluk tersebut. Tidak jarang mereka menyaksikan pengalaman-pengalaman perjumpaan mereka dengan makhluk-makhluk tersebut atau perjumpaan dengan entitas-entitas tersebut. Bagi orang Timur, juga meyakini adanya makhluk-makhluk halus atau roh-roh jahat. Jadi tidak heran kalau ada orang-orang yang takut tidur sendiri atau tinggal di satu tempat yang asing, takut karena kuatir ada roh-roh jahat di situ.
Kalau makhluk-makhluk semacam itu diyakini ada, bisa dirasakan, bisa dijumpai, bisa didengar suaranya, bisa dilihat. Mengapa kita tidak meyakini atau lebih meyakini bahwa ada Bapa yang nyata dan Tuhan Yesus yang nyata dan kehadiran Roh Kudus yang nyata dalam hidup kita, Allah Tritunggal yang nyata itu? Mengapa?
Banyak orang Kristen yang menyia-nyiakan kesempatan itu. Mereka mengakui ada Bapa di sorga, mengakui ada Tuhan Yesus, mengakui ada Roh Kudus, mengakui Tuhan beserta kita; tetapi kenyataannya, mereka tidak berusaha untuk menjumpai-Nya. Nah coba saudara, betapa hal ini menyedihkan! Padahal Bapa di sorga seperti orangtua-orangtua di dunia ini, ingin anak-Nya datang menjumpai diri-Nya.
Saya ingatkan kepada saudara-saudara yang mempunyai orangtua atau yang masih memiliki orangtua; mungkin sekarang sudah berbeda rumah, beri waktu untuk bertemu dengan orangtua. Orangtua ingin anaknya datang, bawa anak, bawa cucu. Tidak sedikit anak sudah lupa orangtua, apalagi kalau jaraknya jauh, apalagi kalau orangtuanya di kampung, berat!. Apalagi kalau pasangan hidupnya tidak sayang mertua. Orangtua terbuang, dan itu hadiah pahit yang akan mempercepat kematian orangtua. Pada dasarnya orangtua ingin anak-anaknya datang, menjenguk, melihat orangtua, pada dasarnya demikian.
Demikian pula Bapa di sorga, Dia ingin kita datang kepada-Nya. Dia ingin, kita memiliki waktu 24 jam setiap hari, tujuh hari dalam seminggu. Apakah kita menyediakan waktu kita untuk duduk diam di kaki Tuhan atau tidak? Saudara orang Kristen, coba lihat saudara-saudara kita sebangsa-setanah air yang beragama Muslim. Saudara-saudara kita sebangsa- setanah air yang beragama Islam, lihat. Tidak sedikit mereka, banyak mereka yang begitu tekun sembahyang lima waktu. Kalau sedang jaga toko- toko tutup, sedang sholat. Ketika lagi melayani customer- maaf tolong tunggu 15 menit, saya mau sembahyang dulu. Lima waktu, bisa bangun jam 4 pagi untuk sembahyang subuh (sholat subuh). Lima waktu, anda hitung saja, lima kali. Lima kali sepuluh, lima kali lima belas menit, berapa itu? Kalau kali sepuluh saja sudah hampir satu jam. Nah, saudara orang Kristen, berapa menit saudara berdoa? Hanya pada waktu mau makan, itu pun juga mungkin tanpa perasaan. Mau tidur- ya.. Tuhan, jaga malam. Tuhan disuruh jadi hansip.
Kenapa kita tidak menyediakan waktu 30 menit menjumpai Dia? Sebuah perjumpaan yang eksklusif. Dan jangan saudara pikir ini hal mudah, tidak mudah. Kita sering mendengar orang berkata: doa- doa- doa. Berapa banyak orang yang sungguh-sungguh berdoa? Tidak banyak, faktanya tidak banyak- sedikit. Sebab berdoa itu bukan pekerjaan yang mudah.
Saya dari muda belajar untuk ini, sungguh saya belajar. Berdoa itu bukan hal yang mudah. Kalau saudara membiasakan diri melakukan perjumpaan dengan Tuhan, minimal 30 menit - 1 jam, saudara akan terbiasa. Saudara tidak akan cukup hanya lima belas- sepuluh menit, saudara akan mau lebih banyak-lebih banyak-lebih banyak. Saya sering bangun jam dua, jam tiga pagi, saya berdoa. Atau kadang-kadang istri saya sudah tertidur, saya masih saja berlutut, sudah itu saya tidur. Saya bangun pagi, dia bangun lihat saya masih berdoa. Sampai dia berkata: Kamu doa semalam suntuk? Dia tanya begitu kira-kira. Tidak, aku tidur, aku tidur juga. Jam dua pagi saya bangun dan itu keindahan, itu yang menjagai saya dari kesalahan atau menyadarkan saya ketika saya melakukan kesalahan. Tidak akan bisa kita hidup dalam dosa kalau kita melakukan perjumpaan dengan Tuhan. Kebiasaan seperti itu akan menjadi habit dan kita akan seperti kecanduan.
Sebaliknya, orang yang tidak melakukan perjumpaan pribadi dengan Tuhan, berdoa lima menit saja sudah tersiksa. Dia akan berkata: Kenapa ya, orang bisa berdoa lama, kok saya lima menit saja begitu berat? Karena tidak membiasakan diri. Ini juga tergantung interest hidup. Kalau saudara memang tidak interest dengan Tuhan, interest saudara dengan dunia dan segala kesenangannya, ya tidak bisa! Saudara harus punya interest untuk Tuhan- bahwa Dialah segalanya dalam hidup kita ini. Dialah segala-galanya. Kita tidak bisa hidup tanpa Dia. Kita bisa hidup tanpa siapa pun dan apa pun, tetapi kita tidak bisa hidup tanpa Dia! Kita harus sungguh-sungguh memperkarakan bahwa hidup kita yang sekali-kalinya ini hanya untuk pencarian Kekasih Abadi. Dan Kekasih Abadi kita satu- Tuhan Yesus Kristus dan Allah Bapa di sorga, Allah Tritunggal. Itulah Kekasih kita.
Oleh sebab itu saudaraku sekalian, jangan hanya berdoa pada waktu anda sedang punya minat berdoa. Justru pada waktu anda tidak berminat berdoa, tidak ingin berdoa, berdoalah. Kalahkan keinginan tidak berdoa itu. Ingat, doa bukan hanya sebuah permintaan, tapi sebuah dialog dengan Dia. Saudara harus alokasikan waktu, anda tidak bisa hanya berkata: Nanti saya mau berdoa. Alokasikan. Jadikan itu waktu mutlak yang tidak bisa digantikan oleh apa pun. Sehingga pada akhirnya, dari doa sebagai kewajiban menjadi doa sebagai kebutuhan. Ingat, doa di sini bukan sekedar waktu untuk meminta sesuatu, tapi berdialog dengan Bapa dan Tuhan kita Yesus Kristus.
Kiranya kebenaran ini memberkati kita sekalian.
Solagracia.
https://overcast.fm/+IqOBMHabU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar