Kamis, 13 Desember 2018

RH Truth Daily Enlightenment Desember 2018 14. YESUS JALANNYA

Kalau kita meyakini ada Sosok Agung yang kita panggil Bapa, kita harus benar-benar mengalami, jadi bukan hanya menyebut-nyebut di mulut dan meyakini dalam nalar, tapi benar-benar mengalami. Kita harus membiasakan diri bukan merasakan apa yang kita yakini, tetapi benar-benar merasakan apa yang kita alami. Bapa itu bukan hanya diyakini tapi dialami.

Dari dulu kita sering mendengar orang berkata: kasih Bapa, kasih Bapa. Secara teoritis bisa dibangun pengertian-pengertian kasih akan Bapa itu dengan berbagai penjelasannya yang disampaikan dalam khotbah atau seminar-seminar. Tetapi untuk benar-benar mengalami keberadaan Bapa itu tidak mudah. Kenapa? Ia tidak kelihatan, bahkan kadang-kadang Dia seperti tidak ada. Di sini dibutuhkan ketekunan, ketekunan untuk menemukan Bapa. Bagaimana bisa? Ya saya bicara ini dalam konteks hidup orang percaya yang telah benar-benar memiliki persekutuan dengan Tuhan Yesus, karena Tuhan Yesuslah yang dapat membawa kita kepada Bapa: Akulah jalan kebenaran dan hidup. Untuk mencapai Bapa harus melalui Tuhan Yesus. Akulah jalan; artinya harus belajar dari Tuhan Yesus. Tidak mungkin kita bisa menjumpai Bapa tanpa belajar dari Tuhan Yesus. Tuhan Yesus jalannya. Jalannya di sini maksudnya bukan hanya sekadar kita mempercayai Dia itu sebagai Tuhan dan Juruselamat; tetapi menjalani hidup seperti yang Dia jalani. Akulah jalan; harus menjalani hidup seperti yang dijalani oleh Tuhan Yesus.

Akulah hidup; kehidupan (zoe), artinya kita harus memiliki hidup seperti hidup-Nya. Lalu, kita harus mengikuti kebenaran yang menuntun kita untuk memiliki hidup itu. Jadi tidak mudah, seseorang tidak sampai kepada Bapa kalau tidak memiliki kehidupan seperti Yesus. Jadi semakin orang sempurna seperti Yesus, semakin orang mengenakan kehidupan Yesus, maka semakin ia sampai kepada Bapa. Selama ini orang berpikir, pokoknya percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat maka  berarti sudah sampai kepada Bapa. Lalu apa maksud Tuhan mengatakan Akulah jalan kebenaran dan hidup itu? Kalau Tuhan mengatakan: Akulah jalan kebenaran dan hidup, tidak seorang pun sampai kepada Bapa kecuali melalui Aku, Aku yang adalah jalan kebenaran dan hidup itu, maka kamu harus ikuti jalan-Ku, kamu harus mengenal kebenaran-Ku untuk memiliki hidup seperti hidup yang Ku-miliki.

Jadi kesimpulannya begini, kita tidak akan bisa menemui Bapa kalau kita tidak makin seperti Yesus. Kita tidak bisa menemui Bapa kalau kita tidak kudus seperti Dia Kudus. Ingat 1Petrus 1:16: Kuduslah kamu sebab Aku Kudus, dan ingat apa yang dikatakan firman Tuhan, bahwa kita sebagai anak-anak Bapa harus hidup taat supaya kalau kita memanggil Allah itu Bapa, kita kudus seperti Dia kudus (like Father like son).

Kalau saudara mengamati yang dikatakan oleh Petrus dalam 1Petrus 1: dari ayat 13, bunyinya begini: Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus. Artinya jangan memiliki kebahagiaan lain kecuali kebahagiaan jika bertemu dengan Tuhan Yesus. Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu  yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu, sama seperti Dia yang kudus yang telah memanggil kamu. Sebab itu ada tertulis: Kuduslah kamu sebab Aku kudus. Baru kalimat berikutnya; Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya; maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia.

Perhatikan, dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa  memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu  hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia. Harus mengikuti jalan Tuhan Yesus baru bisa sampai kepada Bapa. Jadi kalau kita menyebut Bapa mestinya keadaan kita harus seperti Yesus, karena tidak sembarangan Bapa itu. Tentu Ini juga harus dihubungkan dengan umur rohani seseorang. Jadi kalau orang belum dewasa tidak dituntut sempurna. Memanggil Bapa tetapi hidupnya belum bersih, ya tidak masalah karena masih kanak-kanak, belum sempurna maksud saya. Tapi kalau kita sudah makin tua, makin umur biologis kita tua, usia kita bertambah, jadi tiga puluh tahun, tiga puluh lima tahun, empat puluh tahun, harus dewasa rohani. Ingat waktu anak masih kecil, panggil mama, papa- tapi ketika usia 30 tahun dia terlibat kriminal, dia jadi jahat dia pukuli adik-adiknya, bahkan dia pukuli mama, papanya. Papa, mamanya tidak mau dipanggil papa, mama oleh anak itu. Dia tidak layak memanggil papa, mama karena kelakuan yang tidak baik dan jahat tersebut. Demikian pula kita, kalau kita memanggil Allah itu Bapa kita, kelakuan kita harus sesuai dengan apa yang di kehendaki oleh Bapa. Itulah sebabnya saya kemukakan tadi bahwa kita tidak bisa menjadi anak-anak Bapa kalau kita tidak serupa dengan Tuhan Yesus, tidak sampai kepada Bapa menjadi anak-anak Bapa kalau kita tidak serupa dengan Tuhan Yesus. Harus serupa dengan Tuhan Yesus baru kita bisa benar-benar bisa menjadi anak-anak Bapa, baru bisa benar-benar sampai kepada Bapa.

Jika demikian betapa banyak orang Kristen yang sebenarnya tidak layak memanggil Allah itu Bapa, karena mereka sudah usia tua tapi masih hidup di dalam kehidupan yang tidak sesuai dengan kehendak Bapa. Usia sudah di atas 50 tahun, di atas 60 tahun, tapi masih bergelimang dalam dosa, bergelimang dalam kejahatan. Orang-orang seperti ini tidak sampai kepada Bapa. Jangan berpikir kalau sudah menjadi orang Kristen otomatis sudah sampai kepada Bapa. Sampai kepada Bapa itu artinya masuk dalam persekutuan dengan Dia, persekutuan dengan Bapa. Dan ini tujuan keselamatan itu. Oleh sebab itu jujurlah melihat diri sendiri, apakah sudah layak memanggil Allah sebagai Bapa.

Kiranya kebenaran hari ini memberikan inspirasi yang kuat untuk mengubah saudara dan memberkati saudara sekalian.

Solagracia.

https://overcast.fm/+IqOAB_43c

Tidak ada komentar:

Posting Komentar