Senin, 31 Desember 2018

RH Truth Daily Enlightenment Selasa, 01 Januari 2019 "HIDUP YANG TRAGIS"

Kehidupan manusia yang tidak lagi sesuai dengan rancangan Allah adcmalah kehidupan yang tragis. Mengapa demikian? Pertama,karena manusia harus mengalami kematian. Apa pun prestasi yang dapat dicapai oleh manusia akhirnya akanada ujungnya atau berakhir.Berapapun kekayaan yang dimiliki seseorang juga akan lenyap. Kecantikan maupun penampilan gagah bagaimanapun ada ujung akhirnya. Cinta persaudaraan antar sesama, persahabatan, ikatan keluarga juga akan berakhir. Kedua, karena karakter manusia yang rusak tidak memungkinkan manusia dapat menikmati ciptaan Tuhan secara proporsional atau secara maksimal. Ketiga, segala sesuatu akan berakhir.Inilah yang membuat hidup menjadi tragis.Itulah sebabnya Tuhan menuntun orang percaya di jalan kebenaran agar dapat memiliki kehidupan di dunia lain yang sempurna, yaitu di langit baru dan bumi yang baru. Dunia yang tidak sama dengan dunia yang dihuni manusia hari ini.
Oleh sebab itu, hendaknya orang percaya tidak berupaya membangun Firdaus di bumi ini. Kalau seseorang masih berkeras hati membangun Firdaus di bumi ini, maka pasti tidak akan pernah dapat mengikuti jalan Tuhan yang diajarkan oleh Tuhan di dalam Injil. Segala sesuatu yang diajarkan oleh Tuhan di dalam Injil mempersiapkan umat pilihan untuk mewarisi Kerajaan yang akan datang, Kerajaan di mana Tuhan Yesus Kristus menjadi Rajanya. Orang percaya harus bertumbuh menjadi sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus, serta menderita bersama-sama dengan Yesus agar dilayakkan mewarisi Kerajaan tersebut bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Sesungguhnya inilah sebenarnya isi Kekristenan.
Kekristenan sama sekali tidak mengarahkan manusia kepada pemenuhan kebutuhan jasmani. Kekristenan sama sekali tidak mengarahkan manusia untuk menikmati hidup dibumi ini seperti manusia pada umumnya. Kekristenan mengarahkan setiap individu yang menerima Yesus sebagai Tuhan untuk mengalami perubahan cara berpikir dan perubahan gaya hidup, dimana target yang harus dicapai adalah sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Sehingga orang percaya dapat dimuliakan bersama sama denganTuhan Yesusdi dalam Kerajaan yang akan datang nanti, yaitu Kerajaan yang Allah Bapa telah sediakan baik bagi Yesus Tuhan maupun bagi orang percaya yang menderita bersama-sama dengan Dia.Jadi, betapa rusaknya Kekristenan seseorang kalau Kekristenan dijadikan sarana untuk pemenuhan kebutuhan Jasmani.
Kalau melihat kehidupan bangsa Israel, jelas sekali orientasi hidup mereka adalah berkat jasmani. Orientasi hidup bangsa Israel adalah perkara-perkara yang bersifat materi; seperti tanah yang subur, negeri yang berlimpah susu dan madu, kejayaan lahiriah, kemuliaan duniawi. Nuansa seperti ini tidak boleh dihadirkan dalam kehidupan orang percaya. Kekristenan tidaklah demikian. Kekristenan mengarahkan orang percaya untuk mencapai kesempurnaan hidup seperti Bapa atau keserupaan dengan Yesus. Semua itu dimaksudkan agar orang percaya dilayakkan menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga.
Hidup ini benar-benar tragis sebab pada akhirnya semua yang dicapai manusia di dalam hidup ini harus dilepaskan. Orang-orang yang dikasihi dan yang mengasihi harus ditinggalkan atau meninggalkan. Betapa menyedihkan pada waktu seseorang harus melepaskan orang yang dia cintai, yaitu ketika masuk ke dalam peti mati atau masuk ke dalam liang kubur. Benar-benar sangat tragis. Semua kepuasan hidup dan semua kesenangan akan lenyap seperti uap, dan pasti akan layu seperti bunga rumput pagi yang pada pagi hari merekah indah dan elok, tetapi pada sore harinya telah layu dan dibuang.
Kalau datang ke sebuah kuburan atau tempat pemakaman, maka dapat dihayati betapa fananya hidup manusia. Membaca nama-nama orang yang telah meninggal, yang selagi masih hidup adalah orang-orang hebat, sekarang menjadi tidak ada artinya sama sekali. Betapa menyedihkan. Orang percaya bisa bersyukur karena mengenal jalan Tuhan yang mempersiapkan orang percaya memasuki kehidupan yang lebih baik, yaitu kehidupan kekal di langit baru bumi baru. Oleh sebab itu sesuai dengan Firman Tuhan dalam Kolose 3:1-4 orang percaya harus mencari perkara-perkara yang di atas, bukan yang dibumi. Pikiran harus ditujukan kepada perkara-perkara yang di atas, bukan yang dibumi.

Sola Gracia πŸ™πŸ»

https://overcast.fm/+IqOAiAQAs

RH Truth Daily Enlightenment Desember 2018 31. MEMPERCAYAKAN DIRI KEPADA TUHAN

Kalau saya mengatakan mempercayakan diri kepada Tuhan- bukan berarti lalu kita pasrah tanpa memiliki peran atau aktivitas sama sekali. Mempercayakan diri kepada Tuhan itu bukan karena kita sedang ada masalah, lalu kita menyerahkan masalah kita kepada Tuhan. Mempercayakan diri kepada Tuhan artinya bagaimana kita memahami maksud-maksud Tuhan di dalam hidup kita dan kita mengarahkan diri kepada maksud-maksud Tuhan tersebut. 

Selama ini berbicara mengenai mempercayakan diri kepada Tuhan biasanya selalu dikaitkan dengan masalah. Karena sedang ada problem maka menyerahkan masalah-masalah dan problem itu kepada Tuhan. Sering begitu dan ini tidak benar. Justru ketika kita sedang dalam masalah dan problem, kita harus bertanggungjawab menyelesaikannya. Jangan hanya berkata: "Tuhan kuserahkan masalah ini kepada-Mu." Maksudnya? "Selesaikan ya"- Itu berarti tidak bertanggungjawab! Justru ketika kita sedang ada dalam masalah kita harus berusaha menyelesaikannya dengan tanggungjawab. Tentu mohon petunjuk dan pimpinan Tuhan. Dan pasti Roh Kudus memimpin kita.

Tetapi kalau berbicara mengenai mempercayakan diri kepada Tuhan, maksudnya adalah kita berusaha mengerti maksud-maksud Tuhan di dalam hidup kita dan mengarahkan diri untuk memenuhi maksud-maksud itu di dalam hidup kita. Itu maksudnya. Justru kita sungguh-sungguh mau memenuhi apa yang Dia kehendaki untuk kita lakukan. Oleh sebab itu orang Kristen yang benar tidak mudah untuk membuat visi, cita-cita, kerinduan atau keinginan. Selama ini kita sering mendengar orang berkata: "Cita-cita saya ini kiranya Tuhan mengabulkan cita-citaku". Itu orang yang tidak mempercayakan dirinya kepada Tuhan. Dia mempercayakan dirinya kepada dirinya sendiri. Selama ini kita juga sering mendengar orang berkata: "Saya punya visi, ini visi saya."  Mana bisa orang berhak memiliki visi. Visi itu milik Tuhan. Kita ini hanya sebagai orang-orang kepercayaan yang diberi visi oleh Tuhan. Ini maksudnya. Jadi visi kita itu sebenarnya visinya Tuhan. Sehingga kita bisa berkata: "Tuhan beri aku mengerti visi-Mu yang Kau percayakan kepadaku untuk kugelar", "Tuhan tolong aku mengerti cita-cita-Mu di dalam hidupku yang harus kuwujudkan", Ini baru benar. "Tuhan aku tidak punya visi, aku tidak punya cita-cita, visi yang ada padaku adalah visi-Mu, cita-cita yang ada padaku adalah cita-cita-Mu, karena prinsip hidupku adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya."

Jadi tidak ada istilah Allah meridhoi. Seakan-akan kita punya keinginan Allah meridhoi, Allah memperkenan. Sebaliknya apa pun yang Dia kehendaki kita ikuti, kita mau. Kalau saya menggunakan kalimat kita berkenan, wah siapa kita? Tetapi saya menggunakan kalimat 'kita menyukainya', 'kita menyenanginya', apa pun yang Tuhan kehendaki. 
Itulah sebabnya dalam doa Bapa Kami, Tuhan mengajarkan kita kalimat 'Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga.' Seperti doa Tuhan Yesus di Taman Getsemani 'Bukan kehendak-Ku yang jadi ya Bapa, tetapi kehendak-Mu'. Di Taman Getsemani itu Tuhan Yesus berkata: Bukan kehendak-Ku yang jadi ya Bapa, tetapi kehendak-Mu lah'. Ketika Tuhan Yesus mengucapkan kalimat itu Dia sedang bertarung dengan Diri-Nya juga. Dia harus memilih, kehendak-Nya sendiri atau kehendak Bapa. Di hadapan-Nya sedang terbentang Via Dolorosa, di hadapan-Nya sedang berdiri tegak Bukit Golgota dengan salib yang keji. Tidak heran kalau Tuhan Yesus seperti frustrasi atau stress sampai peluh-Nya menitik seperti tetesan darah. Pembuluh darah di dahi-Nya pecah karena begitu stress, begitu frustrasi dan tertekannya Dia. Tetapi Tuhan Yesus mengakhiri dengan kalimat 'Bukan kehendak-Ku yang jadi Bapa, tetapi kehendak-Mulah'. Itulah kemenangan Tuhan Yesus! Dia mempercayakan hidup-Nya kepada Bapa di surga. Jadi tidak heran kalau di kayu salib, di tengah penderitaan yang begitu hebat, ketika Dia merasa Bapa meninggalkan Dia- Dia tetap berkata: 'Ke dalam tangan-Mu Kuserahkan Roh-Ku, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku'. 

Tuhan Yesus benar-benar mempercayai Bapa. Walaupun seakan-akan Bapa meninggalkan Dia. Tetapi Dia tidak meninggalkan Bapa. Dia mempercayakan Diri-Nya, Dia mempercayakan hidup-Nya kepada Bapa di surga. 'Ke dalam tangan-Mu Aku menyerahkan nyawa-Ku ya Bapa'. Hebat bukan? Hebat! Luar Biasa! Inilah yang harus kita contoh! Jadi bukan seperti yang banyak orang ajarkan hari ini, "Klaim janji-Nya". Kok klaim klam klaim, memangnya siapa kita bisa meng-klaim Tuhan? Janji yang mana yang mau diklaim? Kita yang harus berkata: "Tuhan klaim hak-Mu atas hidupku yang sudah kuserahkan kepada-Mu, aku tidak meng-klaim apa-apa, tetapi aku membiarkan Engkau yang meng-klaim hidupku, menguasai hidupku dan aku mempercayakan seluruh hidupku tanpa batas kepada-Mu." .

Biarlah kebenaran hari ini memberkati kita sekalian.

Solagracia.

https://overcast.fm/+IqODyPqHM

RH Truth Daily Enlightenment Desember 2018 30. TIPU DAYA KEKAYAAN

Banyak orang tidak menyadari tipu daya kekayaan. Kekayaan itu menipu. Yang pertama kekayaan itu membuat seseorang aman, merasa nyaman. Yang kedua kekayaan itu membuat seseorang merasa terhormat, sebab dunia dan manusia sekitarnya pasti memberikan penghargaan kepada dirinya karena kekayaan itu. Tentu jika kekayaan diwujudkan dalam bentuk rumah besar, mobil, perhiasan, barang branded yang dikenakan. Itulah yang kemudian membuat orang memberikan penghargaan. Dan banyak orang merasa dirinya bermartabat dengan hal-hal tersebut. Yang ketiga kekayaan seakan-akan menjamin hidup hari esoknya. Tidak heran orang berpikir semakin kaya jaminannya semakin baik, semakin bermutu, semakin kuat.

Iblis menggunakan tipu daya ini, membuat manusia merasa tidak membutuhkan Tuhan. Dan sukses. Rata-rata manusia hari ini berfilosofi demikian. Dengan kekayaan dia merasa aman, dengan kekayaan dia merasa berharga, terhormat, dan dengan kekayaan dia merasa memiliki jaminan. Sukses kuasa kegelapan, kuasa dunia menipu. Yang lebih menyedihkan ketika gereja juga tertipu. Orang-orang ke gereja dengan motif atau memiliki motif supaya diberkati dengan berkat jasmani. Ini juga disebabkan karena pembicara-pembicara, atau pendeta-pendeta mengajarkan begitu. Bahwa Tuhan mau memberkati, Tuhan mau melimpahi jemaat dengan berkat-berkat jasmani. Sehingga orang bukan mencari Tuhan tetapi berkat-Nya Tuhan. Orang diajar, dididik bukan merasa aman karena Tuhan- tetapi karena berkat Tuhan. Ini tipis sekali bedanya. Menjadikan Tuhan sebagai yang menciptakan keamanan jiwa, Tuhan yang memberi nilai atau keberhargaan, Tuhan yang menjamin, atau berkat Tuhan. Tuhan sendiri yang memberi perasaan aman, Tuhan sendiri yang membuat seseorang berharga, Tuhan sendiri yang membuat seseorang terjamin, atau berkat Tuhan. Berkat Tuhan yang membuat seseorang merasa aman, membuat seseorang merasa berharga dan terjamin. Tipis sekali bedanya.

Kenyataan yang kita jumpai hari ini, banyak gereja mengajarkan/menganut teologi kemakmuran. Teologi kemakmuran pada dasarnya mengarahkan orang untuk tidak bergantung kepada Tuhan. Kalau pun bergantung kepada Tuhan, ketergantungannya bukanlah ketergantungan standar seperti yang Tuhan kehendaki. Ketergantungannya karena Tuhan itu kuat, maka Tuhan bisa memberkati umat dengan berkat-berkat jasmani dan berkat-berkat itulah yang memberi rasa aman, memberikan keberhargaan, dan jaminan.

Itulah sebabnya, saudara sering mendengarkan kalau di gereja pendeta berkata: " Keadaanmu tidak sama nanti jikalau pulang dari gereja ini, Allah memulihkan ekonomimu, memulihkan kesehatanmu, memulihkan rumah tanggamu, memulihkan usaha/bisnismu." Kalau seandainya Tuhan tidak memulihkan ekonomi kita, memangnya tidak aman? Kalau Tuhan tidak memulihkan bisnis/pekerjaan kita, memangnya kita tidak akan aman? Coba renungkan. Memangnya kalau Tuhan tidak memulihkan rumah tangga kita, kita tidak bahagia? Faktanya banyak pasangan hidup tidak bertobat. Suami-suami yang begitu jahat, atau isteri-isteri yang meninggalkan rumah. Kalau orang berpikir bahwa kebahagiaan itu ditentukan oleh rumah tangga yang dipulihkan- wah, dia tidak pernah bahagia. Karena memang sejak semula salah pilih jodoh. Karena sudah salah pilih jodoh lalu apa bahagianya? Tidak ada, kecuali cerai. Mau cerai? Kalau cerai anak-anak yang menderita. Kita pun memiliki jejak rekam hidup yang buruk di mata manusia. Lalu bagaimana? Nah, ini yang harus kita lakukan, bahwa di dalam hidup ini kita tidak mengandalkan perasaan aman, tidak mengandalkan keberhargaan diri, dan jaminan atas apa pun- tetapi Tuhan.

Jadi kalau datang ke gereja, urusannya hanya Tuhan saja. Gereja harus berani mengajar bahwa jika masalah yang dihadapi jemaat belum selesai, harus dianggap tidak masalah. Gereja harus berani bersuara, seandainya jemaat yang memiliki problema-problema berat, tidak mendapatkan jalan keluar atau penyelesaian- harus dianggap tidak masalah. Pendeta harus berani berkata: "Saya tidak perlu mendoakan masalahmu, yang kudoakan itu dirimu, dan aku ajarkan kepada dirimu supaya sekali pun masalahmu tidak selesai, sekali pun problem hidupmu tidak tuntas; kamu tetap memiliki kebahagiaan, memiliki rasa aman, memiliki keberhargaan diri, dan memiliki jaminan. Sebab Tuhanlah rasa amanmu, Tuhanlah nilai dirimu, dan Tuhanlah jaminan hidupmu."
Tentu saja dalam bahasa pastoral, pendeta tidak akan berkata secara vulgar, mengatakan: "Saya tidak akan mendoakan saudara ya", bukan begitu. Tetapi arahkan jemaat untuk merasa cukup dengan Yesus, Yesus cukup bagiku walaupun masalah saya belum selesai, walaupun suami saya belum bertobat, walaupun bisnis saya sekarang sedang mengalami masalah, hutang-hutang saya belum terbayar, sekali pun sekarang saya masih sakit belum mengalami kesembuhan- tetapi aku aman di dalam Dia, aku berharga di dalam Dia, dan aku punya jaminan hari esok oleh karena Tuhan.
Tentu saja orang-orang seperti ini orang-orang yang akan menjadi kekasih Tuhan, menjadi mempelai-mempelai Tuhan. Jangan mempercayai Tuhan hanya karena Dia mengadakan mukjizat, atau menjawab doa sesuai dengan keinginan dan selera kita. Kita mempercayai Tuhan dalam segala keadaan. Apa pun keadaannya kita tetap mempercayai Dia.

Kiranya kebenaran ini memberkati kita semua.

Solagracia.

https://overcast.fm/+IqOB_Ut3Y

Sabtu, 29 Desember 2018

Kata Bermakna Desember 2018 #4







Quote Desember 2018 #5

Today's Quote:
Hiruk pikuk perayaan Natal jangan membuat kita tenggelam dengan berbagai kesibukan yang sejatinya membuat iman kita tidak bertumbuh dalam pertumbuhan yang benar.

Dr. Erastus Sabdono,
23 Desember 2018

Today's Quote:
Hidup baru  seseorang ditandai dengan kematiannya terhadap dosa.

Dr. Erastus Sabdono,
24 Desember 2018

Today's Quote:
Penetapan Allah bahwa hanya manusia tertentu yang selamat dan yang lain binasa karena tidak terpilih, adalah ajaran yang dapat merusak bangunan iman yang murni dari Injil yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.

Dr. Erastus Sabdono,
25 Desember 2018

Today's Quote:
Orang percaya dipanggil untuk memiliki kualitas hidup yang luar biasa. Dengan demikian iman pada dasarnya adalah hidup yang luar biasa dalam kelakuan.

Dr. Erastus Sabdono,
26 Desember 2018

Today's Quote:
Iman yang sejati akan membuat seseorang berubah secara radikal dan total.

Dr. Erastus Sabdono,
27 Desember 2018

Today's Quote:
Jangan kita merasa punya sesuatu yang membuat kita merasa layak di hadapan Tuhan, selain kekudusan-Nya.

Dr. Erastus Sabdono,
28 Desember 2018

Today's Quote:
Banyak orang Kristen yang takut dengan masalah hidup, tetapi tidak takut dengan kekekalan.

Dr. Erastus Sabdono,
29 Desember 2018

RH Truth Daily Enlightenment Desember 2018 29. BELENGGU TUHAN

Apa maksud belenggu Tuhan?
Belenggu Tuhan di sini maksudnya adalah cengkraman Tuhan atas hidup seseorang. Sebenarnya pada dasarnya orang harus memilih, apakah dia hidup di dalam cengkraman Tuhan atau cengkraman yang lain. Tidak bisa orang hidup di dalam dua cengkraman. Pada akhirnya orang harus memilih, apakah dia hidup dalam cengkraman Tuhan atau hidup dalam cengkraman yang lain.

Yang lain ini siapa, kalau bukan kuasa kegelapan- musuh Allah. Ada kekuatan besar yang bertarik-tarikan. Kekuatan dari Kerajaan Terang, Kerajaan Tuhan kita Yesus Kristus, dan tarikan dari kerajaan kegelapan yaitu musuh Tuhan Yesus Kristus. Ini tarik-tarikan. Kalau dipertanyakan, siapa yang menang? Apakah dari pihak Tuhan Yesus atau dari pihak musuh? Siapa yang menang? Yang menang adalah yang diberi kekuasaan. Maksudnya apa? Saudara memberikan kekuasaan Saudara kepada Tuhan atau yang lain. Ini tergantung individu siapa yang menang- yang diberi kekuasaan. Jadi kalau seseorang memberi kekuasaan hidupnya kepada Tuhan; Tuhan menang. Tetapi kalau memberi kekuasaan kepada kuasa lain, kuasa itu yang menang.

Maksudnya kekuasaan di sini adalah hak-hak hidup dengan segala kesenangan-kesenangannya. Orang yang mau dibelenggu oleh Tuhan, atau memenangkan Tuhan di dalam hidupnya; orang yang berani berkata: "Tuhan aku serahkan hidupku kepada-Mu, seluruh hak-hakku kepada-Mu." Hak-hak inilah kekuasaan itu. Dan orang yang menyerahkan kekuasaannya kepada Tuhan, tidak lagi berkata: "aku ingin ini, aku ingin itu, aku mau ini, aku mau itu." Tidak boleh lagi begitu. Tetapi yang dia lakukan adalah: "Jika Tuhan menghendaki".

Kepada siapa kita menyerahkan kekuasaan hidup kita; kita membuat obyek itu menang. Kalau orang menyerahkan kekuasaannya kepada Iblis, ya Iblis yang menang. Kalau kita berkata: "Tuhan aku menyerahkan kekuasaanku kepada-Mu"; itu berarti kita berkata: "Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga", "Bukan kehendakku yang jadi Bapa, tetapi kehendak-Mu lah."

Orang-orang yang benar-benar menyerahkan kekuasaan seperti ini; baru bisa dibelenggu oleh Tuhan. Tetapi memang perlu latihan, karena biasanya kita ini suka-suka sendiri. Sekarang mau suka-suka Tuhan, ini perlu latihan. Sebaliknya kalau orang tidak menyerahkan kekuasaannya kepada Tuhan, itu Iblis memberi dia kebebasan. You mau suka apa, buat; you mau ngomong apa, ngomong; you mau pergi ke mana, pergi, you mau beli apa, beli; you mau kemana-kemana, melangkahlah. Ini jadi masalah. Kelihatannya membuat seseorang jadi merdeka, tetapi kemerdekaan di dalam belenggu, itu masalah kekal/abadi, karena kalau tidak bertobat, binasa.

Jadi Tuhan itu menghendaki kehendak-Nya kita lakukan secara mutlak di dalam hidup kita. Makanya orang yang mau dibelenggu oleh Tuhan, harus menyerahkan kekuasaannya kepada Tuhan atau hak-haknya kepada Tuhan. Tetapi Iblis membelenggu seseorang dengan memberi kebebasan, apa yang ingin dilakukan, lakukanlah, apa yang dia maui, mauilah, inginilah, suka-sukalah kamu. Coba, apa tidak enak ini bagi orang yang memang dasarnya mau bebas merdeka suka-suka sendiri. Tetapi ingat setelah mengakhiri perjalanan hidup ini, lihat orang-orang seperti ini, binasa. Kalau istilahnya begini, Tuhan itu bayar dulu barang belakangan. Itu Tuhan. Tetapi kalau Iblis barang dulu bayar belakangan. Saya ulangi, kalau Tuhan bayar dulu, barang akan diberikan, artinya kamu harus menuruti kehendak Bapa- bayar dulu dengan ketaatan, maka kamu akan memperoleh berkat kelimpahan dan kehidupan kekal di sorga. Tapi kalau Iblis kasih barang dulu, nih kamu mau apa, kamu suka apa- barang dulu, bayarnya belakangan.

Tetapi banyak orang Kristen yang tidak suka dua-duanya. Sukanya apa? Barang dulu tidak bayar belakangan. Tidak bisa, hidup ini tidak gratis. Saudara harus membayar kepada Tuhan atau kepada Iblis. Kalau untuk Tuhan ya bayar dulu, taati Tuhan dulu, petuhi Tuhan dulu- akan dapat barang dari Tuhan. Tetapi kalau Iblis barang dulu, you suka apa, ambil, nanti kamu bayar belakangan.

Saudaraku, kiranya kita memberi diri dibelenggu oleh Tuhan, bukan dibelenggu oleh Iblis. Untuk bisa dibelenggu oleh Tuhan, bayar dulu, barang belakangan. Taat dulu, setia dulu, hidup suci dulu, maka kita akan memperoleh kemuliaan bersama-sama dengan Tuhan nanti di dalam Kerajaan Sorga. Puji Tuhan.

Kiranya kebenaran hari ini memberkati kita sekalian.

Solagracia.

https://overcast.fm/+IqOAPFnno

( Sunday Bible Teaching ) SBT, 23 Desember 2018 Pdt.DR.Erastus Sabdono

Sadar tidak sadar setiap umat beragama menjadi pertaruhan Allah yang disembahnya.
Apakah Allah yang disembahnya itu benar atau tidak ?
Berkualitas tinggi atau rendah ?

Jadi ketika Tuhan πŸ’“ berkata kamu jadi saksiKu, di situ termuat kita menjadi pertaruhan.
Seperti Bapa mengutus Aku, Aku mengutus kamu, di situ
kita menjadi pertaruhan.

Banyak agama mencoba membuktikan bahwa Allahnya Allah yang benar dengan menampilkan kekuatan dan keperkasaanNya.
Dan bila perlu faktanya begitu, dibela, dibantu untuk menunjukkan keperkasaan Allahnya tersebut untuk menunjukkan  kemenangannya secara fisik.

Akhirnya lahir teror - teror.
Akhirnya terjadi tindakan sewenang -wenang terhadap umat lain, umat beragama lain.
Jika perlu untuk menindas agama lain dan memunahkan.
Allah πŸ’“ yang disembah oleh orang percaya haruslah Allah yang bermartabat.
Dengan martabat yang sempurna, kita pertaruhan.
Kita jangan mencoba membuktikan Allah yang kita sembah sebagai Allah yang benar dengan kekuatan fisik.
Dan jangan ada unsur seakan - akan Dia perlu dibela.

Kita tidak perlu memberikan kesaksian - kesaksian tentang kehebatan Allah secara fisik demi membuktikan kebenarannya.
Jangan sampai kita terjebak
pada pola agama pada umumnya yang mau menjadikan keperkasaan fisik Allah, keperkasaan fisik suatu sesembahan.
keperkasaan fisik Allah πŸ’“ sebagai bukti kebenarannya.

Di mana - mana ada godaan demikian untuk menunjukkan kebenaran allahnya dengan kesaksian - kesaksian dengan  keperkasaan allahnya secara fisik.

Tetapi Tuhan menghendaki kita menjadi saksi dan ini menjadi berat.
Sebab kalau orang menunjukkan keperkasaan allahnya, allahnya yang bertindak.
Kalau untuk menunjukkan Allah πŸ’“ kesaksian hidup kita, kita yang berat.

Meneguhkan apa yang mereka saksikan sebagai kebenaran Allahnya itu juga disertai kebanggaan kalau orang beragama lain masuk ke agamanya.
Di masyarakat yang majemuk, mimbar gereja tidak boleh dipakai untuk mencela agama lain.

Usaha untuk membuktikan suatu agama dan suatu Allah melalui pembuktian / verifikasi orang - orang yang pindah agama ini cara orang yang tidak bermartabat.
Jangan kita jadikan gereja πŸ’’ sebagai iklan di media cetak  atau di elektonik.
Customer kita sudah banyak, orang - orang sudah berpindah ke produk kami.

Dan memang kenyataannya orang lebih suka itu.
Siapa yang diminati, apa yang diminati itu yang paling baik.
Padahal Kekristenan tidak demikian.
Justru kekristenan yang benar paling tidak diminati.

Kalau kita mendengar ajaran asli dari Tuhan Yesus,
ketika percaya dan menerima Yesus sebagai juruselamat kita harus meninggalkan dunia dan cara berpikirnya.
Dan harus tidak tertarik apapun selain Tuhan πŸ’“ dan kerajaanNya.

Kalau kita masih tertarik pada sesuatu, kita tidak mungkin kita tidak berkhianat kepadaNya.
Sebab Tuhan πŸ’“ berkata kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan.
Seratus persen Tuhan atau tidak usah sama sekali.

Memang pada gereja πŸ’’mula - mula khususnya jamannya Tuhan Yesus harus ada mujizat.
Tuhan menghadapi masyarakat Israel yang primitif dalam keberagamaan.
Artinya : mereka sangat fanatik dengan Yudaisemnya.

Bagaimana Tuhan Yesus πŸ’“ bisa mengajar kebenaran Injil kalau tidak memberi tanda.
Maka mukjizat itu tanda heran yang bisa memukau orang yang dari pesona mukjizat itu mereka mendengar yang diajarkan Tuhan.

Tetapi mukjizat itu sendiri bukan tujuan.
Jadi kalau ada orang sekarang ini menjadikan mukjizat sebagai komuditas
Bisa dipastikan dia menyesatkan.
Sebab fokus bukan maksud tujuan keselamatan itu diadakan.

Kalau tanda menjadi tujuan itu pasti salah.
Biasanya orang - orang seperti ini, sadar atau tidak sadar dia sedang menjual Yesus.
- Menjual Tuhan
- Menjual MujizatNya
- Menjual kuasaNya
Tetapi tidak mengajarkan ajaranNya.
Ajarannya paling mukjizat, paling jadi orang baik.

Kalaupun bicara Surga, kalaupun bicara soal singkatnya hidup pasti tidak punya platform yang kuat untuk membawa orang ke arah situ.
Sebab orang Kristen yang dewasa tidak akan mengejar mukjizat.
Dia akan melatih bertanggung jawab atas kesehatannya.
Dia tidak akan mengharapkan mukjizat untuk bisnis usaha apapun guna memenuhi jasmaninya, tapi yang dilakukan tanggung jawab dan kerja keras.

Tapi kalau masih mau mengajar mukjizat, ini menghambat kedewasaan, sampai pada tingkat kegagalan mencapai Corpus Delicti.
Ketika Tuhan πŸ’“mengadakan mukjizat, ini bukan metode permanen, ini hanya preaching saja.
Tidak harus berlaku di semua tempat, tidak harus berlaku kepada semua orang di sepanjang jaman.

Kita bisa melihat kenyataan, setelah melewati jaman mukjizat Tuhan Yesus, lalu jaman rasul - rasul, makin sedikit rasul - rasul mengadakan mukjizat.
Setelah orang Kristen mengalami aniaya yang hebat.
Jangankan mukjizat, hidup nyamanpun tidak.

Tuhan membangkitkan gereja sampai abad 20.
Memasuki abad 21 mungkin ini abad terakhir.
Melihat dunia seperti ini.
Gereja πŸ’’ sudah harus masuk pada pendewasaan.
Sekarang masuk masa penampian, jadi yang dibutuhkan pendewasaan rohani, bukan masa penuai lagi.
Tidak lagi mukjizat.
Bukan tidak percaya mukjizat.

Adalah bodoh kalau orang tidak percaya mukjizat, karena Allah kita Allah
yang besar.
Tetapi lebih bodoh kalau orang berurusan dengan Allah πŸ’“ hanya karena mukjizat.
Sebab tujuan Tuhan itu mengembalikan kita pada rancangan semula.

Tidak ada artinya mukjizat itu dibanding penyempurnaan rohani, mengenakan kodrat ilahi, mengambil bagian dalam kekudusan Allah.
Misalnya :
- Orang Sakit parah disembuhkan, puji Tuhan.... mati juga.
- Punya persoalan ekonomi yang berat dipulihkan mati juga.

Kalau Orang Kristen baru yang belum mengenal kebenaran Injil sehingga diperlukan tanda.
Tetapi untuk Orang Kristen yang sudah sekian tahun, belasan tahun, bahkan puluhan tahun harusnya masuk ke pendewasaan.

Ketika Kekristenan dapat mengkristenkan seluruh Eropa.
Apa yang terjadi ?
Justru mengalami kemerosotan.
Abad ke 5 kekaisaran Roma runtuh.
Abad ke 6 sebuah expansi hebat agama besar dari Arab melanda seluruh Asia dan sebagian Eropa.

Sampai hari ini yang namanya Turki yang dulu pusat gereja timur gereja termegah di dunia yang namanya Hagiasofa habis.
Ini kemerosotan kekristenan
Sejarah dunia membuktikan
Di mana Allahnya orang Kristen waktu itu ?

Ketika Binsantium runtuh, Constantinopel runtuh, yang berubah menjadi Istambul.
Gereja yang begitu megah, yang sebagian mozaiknya yang ditata dengan emas menjadi huruf - huruf Arab.
Mana Allahnya orang Kristen ? Kalah....

Kekristenan runtuh karena tidak berjalan di jalannya Tuhan πŸ’“
Pada mana aniaya orang Kristen yang dibunuh semena - mena, bukan 2 - 3 th tetapi 350 th.
Mereka mengalami penganiaya yang hebat, Tuhan seolah - olah tidak ada.
Seakan - akan Tuhan  tidak membela umatnya.
Seakan - akan Yesus dikalahkan oleh Hermes dan Zeus.
Apakah Injil itu salah ?
Apakah Allahnya orang Kristen salah ?
Tidak..
Sebab kita harus menjadi saksi dengan cara yang bermartabat.

Hal ini hanya bisa dimengerti orang - orang yang berhikmat yang dewasa.
Kita harus menjadi orang kristen yang berhikmat dan yang dewasa.

Jadi kalau sekarang Tuhan πŸ’“ masih mengadakan mukjizat, metode mukjizat ini dan tanda - tanda heran berbagai kesaksian yang memukau untuk menarik perhatian orang itu bukan metode yang permanen itu pasti berdasarkan rancangan Tuhan yamg sempurna.
Pasti pertimbangan Tuhan yang khusus dan sempurna.

Orang Kristen di abad yang berbeda, di tempat berbeda dengan obyek yang berbeda, belum tentu diperkenan Tuhan selalu mengadakan metode ini.
Tuhan mengadakan mukjizat di suatu tempat di mana perlu suatu verifikasi pembuktian di mana ada Allah yang hidup.

Jadi kita tidak boleh ngotot menggunakan cara atau metode mukjizat.
Jangan sampai kita terjebak area mukjizat.
Terutama para pendeta, karena itu menguntungkan.
1. Akan menjadi orang yang tidak bisa tidak dikultuskan.
Dia tidak minta dikultuskan pasti dikultuskan.
Karena Tuhan tidak membuat mukjizat lewat siapa - siapa, tetapi lewat dia.
2. Keuntungan materi pasti besar.
Karena orang berhutang budi kepada mukjizat yang diadakan.
3. Kebanyakan orang berpikir pendek, tidak ada mukjizat tidak Tuhan.

Padahal orang yang bisa membuat mukjizatpun bisa ditolak Tuhan.
Sebab ciri kehadiran Tuhan itu melakukan kehendak Bapa.
Sebab kalau mukjizat itu bisa dibuat oleh siapapun, kuasa gelappun bisa, atau Tuhan mengijinkan itu untuk maksud - maksudnya.

Tuhan πŸ’“ tidak hadir sepenuhnya mempercayakan diriNya untuk orang - orang yang berurusan dengan Dia hanya karena mukjizat.
Jadi sangat bodoh kalau orang tidak percaya mukjizat.
Tetapi terlebih bodoh orang berurusan dengan Tuhan hanya karena mukjizat.
Bukan anti mukjizat, atau tidak butuh mukjizat.

Kita butuh mukjizat saat - saat tertentu berdasarkan pertimbangan Tuhan.
Kalau berdasarkan pertimbangan Tuhan silahkan Tuhan lakukan mukjizat itu, kalau tidak pun tidak apa - apa.

Tuhan... aku tidak minta Engkau lakukan mukjizat dalam hidupku, tetapi aku minta satulah ubah karakterku.

Ketika kita dapat menemukan Dia lewat kebenaran yang memadai baru kita menemukan tujuan hidup.
Ketika aku menemukan tujuan hidupku, aku tidak membutuhkan yang lain kecuali Tuhan dan kerajaanNya.
Dan aku percaya diri, ini kebenaran karena "Aku berubah ".

Yang jelas di tahta pengadilan Allah nanti, siapa yang diterima dan siapa yang ditolak.
Tuhan yang mengatakan tanda - tanda ini yang akan menyertai kamu.
Apakah selamanya ?

Kita harus melihat waktu Tuhan bicara itu di awal gereja πŸ’’
Lalu bagaimana kita tahu itu metode permanen ?
- Bacalah seluruh Alkitab.
-:Bacalah manusia jatuh dalam dosa.
- Bacalah mengenai iman, tulisan Paulus yang panjang lebar.
- Kenalilah firman yang mengatakan kamu harus sempurna seperti Bapa di Surga, sehingga kita menemukan skema yang tepat dan utuh lengkap dan jelas.

Itu perlu waktu dan tekun sehingga kita tidak membangun sebuah sirkuit yang lengkap sampai pada satu titik di mana kita mengenal Tuhan πŸ’“ bukan berdasarkan definisi - definisi saja, tetapi mengenal Tuhan dalam  pergaulan yang nyata dan kongkrit menemukan tujuan hidup.
Kita tidak akan menemukan Bapa dan tujuan hidupnya kalau tidak membangun pengertian utuh dan lengkap.

Karunia dibutuhkan untuk membangun  umat.
Untuk merintis jemaat.
Tapi buah itu tujuan
Karunia dibutuhkan untuk  mengusir setan.
Tetapi yang jadi tujuan itu buah.

Makan Tuhan πŸ’“ katakan pada akhirnya kasih.
Kasih itu bukan memberi makan orang lapar.
Bukan memberi baju kepada orang yang tidak punya pakaian.

Kasih itu pribadi Bapa, atau Tuhan Yesus πŸ’“ itu sendiri.
Karena Allah itu adalah kasih.
Sekalipun kau memberi hartamu tanpa kasih sia - sia.

Sekalipun kau dapat mengorbankan tubuhmu dibakar, tanpa kasih sia - sia.
Artinya : semua tindakan kita harus sesuai pikiran dan perasaan Tuhan, itu kasih.
Mengenakan pikiran dan perasaan Tuhan itu buah.
Iman pengharapan itu kasih.

Jadi orang percaya harus berjuang mengenakan Kristus πŸ’“
Kita juga harus membunuh dan membantai natur dosa kita.
Kita selalu ada kesempatan berbuat dosa.
- Kesempatan mencuri
- Kesempatan berzinah
- Kesempatan dipuji
- Kesempatan dihargai

Itu jalan kita menjadi saksi.
Jangan mengecilkan kuasa Tuhan.
Kuasa Tuhan luar biasa.
Orang mati bisa dibangkitkan.
Tetapi kuasa Firman dapat merubah karakter.
Kita harus menghargai kuasa Tuhan πŸ’“ dan mukjizatNya.
Orang sakit disembuhkan.
Tetapi jangan lupa iblispun dapat memalsukan.

Kebenaran Firman yang mengubah seseorang tidak bisa dipalsukan.
Karunia busa dipalsu, buah tidak bisa dipalsu.
Sebab akhirnya iblis tidak bisa menyembunyikan wajahnya.
Dan pada akhirnya wajah Tuhan πŸ’“ pasti tidak bisa terselubung.

Musa turun dari gunung bercahaya wajahnya sampai orang tidak sanggup memandangnya, dan Musa menutupi wajahnya.
Tapi orang percaya lebih memancar cahaya kemuliaanNya.

Di mana letak cahaya kemuliaanNya ?
Dalam bentuk apa ?
Apakah orang tergeletak itu iman ?
Ketika aku ditindas tidak membalas.
Ketika aku dituntut aku tidak tuntut keadilan.
Ketika aku punya kesempatan memuaskan semua hasrat daging, semua ambisi dan hasratku, aku menolak, dan berkata ini bukan bagianku.
Itu kemuliaan Allah.
Sampai begitu rupa orang mencium keharumanNya.

Jbu 🌷

Jumat, 28 Desember 2018

RH Truth Daily Enlightenment Desember 2018 28. MENCARI WAJAH TUHAN

Tuhan itu Pribadi yang hidup, Tuhan itu nyata. Dia bukan fantasi, Dia nyata. Ikatan dengan Tuhan harus sesuatu yang nyata yang dapat dirasakan. Banyak orang beragama termasuk orang Kristen, bergaul dengan fantasi dia dan cukup puas dengan fantasi itu. Fantasi Tuhan namanya, cukup puas.
Orang-orang yang membiasakan diri merasakan apa yang dia yakini- ada Tuhan yang hidup, lalu merasakan kehadiran-Nya- semua di dalam keyakinan, bukan di dalam pengalaman konkrit. Itu sudah menjadi standar bagi banyak orang. Ciri dari orang-orang seperti ini, mereka pasti hidupnya belum benar-benar bersih. Dan yang kedua pasti masih ada ikatan dengan dunia. Sebab kalau seseorang benar-benar mengalami perjumpaan dengan Tuhan, dan memiliki ikatan dengan Tuhan, itu kesuciannya luar biasa, kesuciannya sempurna. Jangankan dosa besar, dosa kecil pun tidak dia sentuh.

Orang-orang yang sungguh-sungguh mengalami perjumpaan dengan Tuhan dan memiliki ikatan dengan Tuhan, pasti tidak lagi terikat dengan keindahan dunia ini. Masalahnya masih banyak orang Kristen yang masih setengah-setengah, belum seutuhnya terikat dengan Tuhan. Apalagi ternyata ikatan yang dia miliki dengan Tuhan itu masih fantasi. Kalau fantasi, jelas dia hanya merasakan yang dia yakini, bukan merasakan apa yang dia alami. Jelas orang-orang seperti ini tidak akan pernah bisa merasakan kehadiran Tuhan secara konkrit.

Oleh sebab itu kita harus mencari Tuhan. Ada satu istilah yang sering kita dengar, tetapi jujur saja- jarang sekali orang berani berjuang mencari wajah Tuhan- di mana seseorang bisa duduk berjam-jam duduk diam, berjam-jam merasakan kehadiran Tuhan. Sepuluh menit pertama siksaan, dua puluh menit pertama siksaan, tiga puluh menit pertama siksaan, satu jam itu kayak  siksaan- tetapi kalau itu sungguh-sungguh dilatih, maka dia akan bisa mengalami perjumpaan dengan Tuhan.

Oleh sebab itu kita bukan hanya berani yakin Tuhan ada, tetapi berani sabar menunggu Tuhan. Dan Tuhan melihat seberapa nekadnya kita mencari wajah-Nya. Seberapa nekad seseorang sungguh-sungguh mau menemukan Tuhan di dalam hidupnya itu.

Mencari wajah Tuhan itu seperti sebuah seni, di mana seseorang benar-benar merindukan dan menginginkan perjumpaan dengan Tuhan. Tentu saja kalau seseorang berniat atau berhasrat memiliki perjumpaan dengan Tuhan, dia tidak akan membiarkan ada dosa di dalam dirinya. Ia juga tidak akan membiarkan dirinya, hatinya- masih melekat dengan keindahan-keindahan dunia ini. Tidak akan membiarkan dirinya terikat dengan dunia.

Orang yang sungguh-sungguh mencari wajah Tuhan, yang berkata: "aku mau menemui Tuhan", "aku akan mengalami Tuhan", "aku akan menemukan wajah-Nya"- pasti ia akan meninggalkan dosa, pasti ia mau hidup suci, pasti ia tidak mau terikat dengan dunia ini. Begitu seseorang benar-benar nekad menyediakan diri mencari wajah Tuhan, sampai mengalami perjumpaan dengan Tuhan; maka itu akan membuat orang tersebut tercandui. Ia tidak bisa tidak mencari wajah Tuhan setiap hari. Ia tidak bisa membuang waktu dengan sia-sia. Ia akan menyediakan waktu setiap hari untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Dan baginya itu satu-satunya prime time (waktu yang utama) di dalam hidupnya.

Orang-orang yang sungguh-sungguh menemukan wajah Tuhan, adalah orang-orang yang akan pasti mengalami kebahagiaan, sukacita, di dalam Tuhan. Sukacita yang ada di dalam dirinya itu sukacita yang dari Tuhan. Sesuai dengan firman-Nya, janji Tuhan Yesus bahwa: "Dia akan memberikan damai sejahtera kepada orang percaya, dan damai sejahtera yang diberikan itu tidak sama seperti yang diberikan oleh dunia ini" (Yohanes 14:27).

Orang yang menemukan wajah Tuhan akan menikmati damai sejahtera sukacita yang tidak bisa dia jelaskan kepada orang lain. Lalu hal itu akan memicu dirinya, tetap hidup di dalam kesucian. Otomatis, tidak usah memaksa-maksa diri untuk hidup suci. Otomatis dia akan terpacu hidup tidak bercacat tidak bercela. Dan perjumpaan dengan Tuhan karena mencari wajah Tuhan ini akan membuat seseorang merindukan bertemu dengan Tuhan, merindukan perjumpaan dengan Tuhan.

Tidak mungkin orang yang tidak mengalami perjumpaan dengan Tuhan melalui mencari wajah Tuhan, merindukan bertemu dengan Dia. Jadi kita melihat orang-orang yang tidak suka duduk diam di kaki Tuhan, lihat- dia tidak menyukai kematian, dia takut dengan kematian. Tetapi orang yang mencari wajah Tuhan sampai menemukan; kematian bagi dia bukan sesuatu yang menakutkan. Kematian bagi dia sesuatu yang indah yang dia nantikan, bukan dia hindari.
Ini maksudnya bukan lalu seseorang bunuh diri, atau kalau sakit sengaja tidak berobat, tetapi kematian baginya adalah kesempatan untuk bertemu dengan Tuhan secara langsung, muka dengan muka.

Kiranya kebenaran hari ini memberkati kita sekalian.

Solagracia. 

https://overcast.fm/+IqOAuK8ck

Kamis, 27 Desember 2018

RH Truth Daily Enlightenment Desember 2018 27. BAGAIMANA MELEPASKAN BELENGGU

Melepaskan belenggu di sini maksudnya adalah belenggu ikatan dunia. Tentu yang pertama seperti yang kita tahu, kita harus mengisi pikiran kita dengan kebenaran firman. Seperti yang dikatakan Tuhan Yesus di dalam Injil Yohanes 8:31-32: "Kalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku. Kamu akan mengenal kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Jadi harus tetap di dalam firman. Maka kalau kita tetap di dalam firman, kita benar-benar menjadi murid Tuhan Yesus. Kalau kita menjadi murid kita akan mengalami proses perubahan dari tidak cakap menjadi cakap, dari hidup dalam belenggu ikatan lalu dapat dibebaskan/dimerdekakan.

Di sini betapa pentingnya kebenaran itu. Asal itu kebenaran yang murni. Sebab banyak khotbah yang sebenarnya tidak menyampaikan kebenaran yang murni. Memang Alkitab dibuka, ada penafsiran terhadap ayat-ayat Alkitab, tetapi pembicara salah menafsirkan. Premis dan asumsi-asumsinya tidak Alkitabiah, memang ayatiah, tapi tidak Alkitabiah. Berarti bukan kebenaran. Dan kalau yang disampaikan bukan kebenaran itu tidak memerdekakan. Jadi tidak heran kalau ada orang-orang Kristen yang sudah menjadi Kristen lama tetapi tidak kunjung berubah. Watak, karakternya tidak kunjung berubah. Tidak kunjung menjadi sempurna. Bisa saja bukan karena pemberitaan firman tetapi karena orang itu sendiri tidak mau berubah.

Sekarang yang saya soroti dari aspek pemberita firman. Dia harus memberitakan firman yang murni yang benar. Dengan pemberitaan firman yang benar murni ini, maka seseorang mengalami pengudusan di dalam pikiran, semacam brain wash (cuci otak) atau pembaharuan pikiran. Dan pembaharuan pikiran inilah yang akan membuat seseorang mengalami kemerdekaan. Ikatan belenggu dengan percintaan dunia itu bisa dipatahkan ketika cara berpikir orang berubah dan pola rasanya juga berubah.
Tapi ingat harus kebenaran yang disampaikan.

Itulah sebabnya saya menganjurkan untuk mencari pembicara-pembicara yang sungguh-sungguh mengajarkan kebenaran. Jangan mudah percaya kalau seseorang menyandang gelar hamba Tuhan dan memegang Alkitab. Bahkan bukan jaminan seorang yang bergelar Sarjana Theologi atau Master Theologi bahkan Doktor Theologi, pasti ajarannya sudah benar, belum tentu.
Saudara harus bertanya kepada Tuhan siapa yang patut saudara dengar. Hamba Tuhan mana yang benar-benar menjadi jurubicara Tuhan. Gereja mana yang benar-benar menjadi dealer resmi Tuhan untuk menyampaikan firman. Karena kalau firman dipalsukan tidak ada kemerdekaan.

Selanjutnya tentu kita harus memilih siapa orang yang dekat dengan kita. Artinya memilih sahabat-sahabat. Kalau orang Kristen dekat bersahabat dengan orang yang tidak takut akan Allah, maka orang itu bisa menggarami saudara. Sebagai akibatnya saudara menjadi tidak rohani. Sebab cara berpikir orang-orang seperti itu bisa diimpartasikan dalam pikiran saudara. Bergaullah dengan orang-orang yang takut akan Tuhan. Bergaullah dengan orang-orang yang mengenal kebenaran, sehingga isi percakapan saudara dengan orang-orang itu adalah kebenaran-kebenaran rohani, kebenaran-kebenaran iman. Disadari atau tidak itu pasti akan menguduskan pikiran saudara. Bergaul dengan orang-orang yang takut akan Allah yang mengenal kebenaran sehingga isi percakapan dengan orang-orang tersebut adalah kebenaran. Kalau seorang Kristen bergaul dengan orang duniawi atau materialistis, tidak bisa tidak dia akan terbawa menjadi materialistis. Dia akan terbawa menjadi tidak rohani. Tetapi kalau dia bergaul dengan orang yang rohani, yang isi percakapannya selalu kebenaran firman, dia akan tergarami dengan penggaraman yang baik, penggaraman yang indah.

Inilah cara kita melepaskan belenggu ikatan dunia: Belajar firman, bersahabat dengan orang-orang yang takut akan Allah, dan yang ketiga bergaul dengan Tuhan secara pribadi.
Ini indah sekali. Mengalami perjumpaan dengan Tuhan setiap hari. Itu akan memiliki dampak yang luar biasa. Karena percakapan dengan Tuhan itu akan membuat seseorang bisa terimpartasi spirit/gairah dari Tuhan. Dan dunia menjadi tidak indah lagi ketika orang menikmati keindahan di dalam Tuhan atau kehadiran Tuhan di dalam hidupnya.

Akhirnya orang yang mau melepaskan diri dari ikatan dunia ini harus berani berkata: 'Tidak Enak'. Artinya ketika dia masih  menikmati dunia dan berkata 'Enak', dia masih terbelenggu, dia harus berani berkata 'Tidak Enak'. Yang lebih enak adalah Tuhan dan keadilan-Nya, yang lebih indah adalah Tuhan dan Kerajaan-Nya. Kita yang harus memutuskan itu dan bertindak dengan tegas.

Tuhan memberkati saudara sekalian.

Solagracia.

Rabu, 26 Desember 2018

RH Truth Daily Enlightenment Desember 2018 26. IKATAN DENGAN DUNIA

Sejak kecil kita sudah terbiasa memiliki ikatan dengan banyak hal. Waktu kecil kita memiliki ikatan dengan bermacam-macam mainan. Memiliki ikatan dengan bermacam-macam hobi dan kegemaran, dan kita menikmatinya. Irama hidup seperti itu kita bawa sampai kita dewasa. Yang tadinya ikatan kita dengan mobil-mobilan waktu kecil, menjelang remaja ikatan kita dengan sepeda, melewati masa remaja ikatannya dengan motor, lalu melewati masa muda ikatannya dengan yang lain, mulai memiliki pacar, memiliki hobi-hobi yang lain. Setelah dewasa ikatannya lebih banyak. Ikatan yang terkait dengan daging, dengan fisik ini. Itu bisa ikatan kuliner, juga bisa ikatan sex. Lalu ada ikatan lagi, ikatan apa itu? Ikatan untuk memperoleh kehormatan. Dihormati orang itu senang, dihargai orang itu senang, itu menjadi ikatan. Tidak heran maka orang berusaha untuk meraih gelar, pangkat, kedudukan, posisi dalam perusahaan, dan lain sebagainya yang semua itu sebenarnya menjadi ikatan-ikatan di dalam hidup ini. Pokoknya banyak ikatan.

Ikatan-ikatan itulah yang membuat hati seseorang berdiam atau tinggal. Jadi kalau seseorang terikat dengan segala sesuatu yang kita sebut itu artinya di bumi. Kalau Tuhan berkata di mana ada hartamu di situ hatimu berada; itu maksudnya kamu terikat dengan siapa? Siapa yang mengikat kamu, dialah yang menguasai kamu dan menempatkan hatimu.

Seperti yang tadi saya kemukakan, bahwa sejak kecil sudah terbiasa, hidup di dalam ikatan-ikatan tersebut, tetapi sekarang setelah Tuhan menebus dosa-dosa kita, kita menjadi milik Tuhan, kita tidak boleh terikat oleh apa pun bahkan siapa pun. Konsekuensi ditebus oleh Tuhan Yesus Kristus itu, kita terikat dengan Tuhan. Supaya kita bisa menghamba kepada-Nya, melayani Dia, dan terbebas dari cara dan gaya hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.

Ikatan dunia membuat seseorang tidak bisa tidak, akan terbawa oleh cara dan gaya hidup yang bertentangan dengan kehendak Allah. Sebab dunia yang menguasai, mau tidak mau ia harus hidup dengan cara dan gaya dunia ini. Dan kalau ini berlangsung terus-menerus seseorang akan terbentuk karakternya, terbentuk wajah jiwanya, terbentuk warna batinnya secara permanen. Terbentuk secara permanen artinya ia akan menjadi duniawi sampai tidak bisa rohani. Ia akan melekat dengan materi atau menjadi materialistisme menjadi hidonistis (hidup hanya mencari kesenangan), sampai tidak bisa lepas dari hal itu.

Oleh sebab itu jangan main-main. Jangan menunda pertobatan. Ada orang-orang Kristen yang mengakui dirinya belum rohani, mengakui dirinya masih duniawi. Berkata: aku ini masih duniawi lho, aku ini belum rohani. Mengaku tetapi tidak memiliki langkah untuk keluar dari jerat ikatan dunia. Pernyataan itu tidak ada artinya. Jangan merasa dengan pernyataan itu berharap suatu hari ia bisa bebas. Pernyataan itu tidak membuat dirinya terbebas dari ikatan belenggu dunia. Kecuali pernyataan itu disertai langkah konkret untuk meninggalkan belenggu ikatan dunia ini.

Masalahnya bagaimana kita bisa melepaskan belenggu ikatan dunia? Kita tidak mudah melepaskan diri dari ikatan belenggu dunia ini. Langkah pertama yang harus kita lakukan itu, merubah cara berpikir. Cara berpikir itu membangun selera jiwa. Jadi pola pikir kita itu membangun pola rasa. Kalau cara berpikir kita diubah, maka pola rasa kita juga diubah. Itulah sebabnya menjadi satu kemutlakan. Menjadi satu kemutlakan bahwa kita harus sungguh-sungguh belajar untuk memberi waktu mengisi pikiran dengan kebenaran.

Memang dibutuhkan langkah-langkah konkret sementara masih duniawi, masih punya ikatan-ikatan dunia, melangkahlah ke gereja, melangkahlah ke Pendalaman Alkitab, bukalah you-tube dan dengarkanlah khotbah Suara Kebenaran. Tanpa saudara sadari kebenaran-kebenaran itu akan mencuci pikiran saudara. Semacam brain wash (mencuci pikiran). Mindset kita harus diubah. Cara berpikir kita harus diubah, supaya pola rasa kita juga diubah. Melalui brain wash (pencucian otak). Kalau istilah yang lebih tepat pengudusan oleh firman dalam pikiran, atau pembaharuan pikiran oleh firman; akan membuat ikatan kita dengan dunia semakin renggang, semakin melemah dan tali-temali, belenggu-belenggu, rantai-rantai yang mengikat sedeorang dengan dunia ini akan bisa dipatahkan ketika orang itu mengerti firman secara lengkap dan utuh.
Jadi firman Tuhan yang pertama harus diperhatikan karena itu yang dapat melepaskan kita dari belenggu ikatan dunia.

Solagracia.

Senin, 24 Desember 2018

RH Truth Daily Enlightenment Selasa, 25 Desember 2018 "TIDAK MENGHARAPKAN KEBAHAGIAAN"

Maksud judul ini bukan tidak mengharapkan kebahagiaan dari Tuhan, tetapi tidak mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini.

Ada satu hal yang benar-benar harus kita sadari. Kita hidup di dunia yang tidak bisa diharapkan. Dunia di mana kita hidup ini, dunia yang tidak ideal. Ini dunia yang sudah jatuh- dunia yang carut-marut, compang-camping. Yang hari demi hari tidak bertambah baik, bahkan sesuai apa yang dikatakan di dalam Alkitab-  bertambah buruk. Selain itu kita pasti mati. Nah, ini masalahnya, kita pasti mati.
Perjalanan hidup akan pasti berakhir.

Jadi dua hal ini harus dipahami, harus dimengerti, dan harus saudara terima:

•Yang pertama- dunia kita ini dunia yang tidak ideal untuk dihuni.
•Yang kedua- segala sesuatu pasti ada akhirnya.

Dengan berpikir secara demikian ini, saya bukan mengajak saudara untuk menjadi fatalistis, pesimis. Ya, memang dunia ini fatal rusaknya. Selain tidak ideal, pasti nanti akan berakhir. Tetapi kita tidak pesimis, sebab kita orang-orang yang memiliki pengharapan, bukan di dunia ini, bukan di bumi ini; tetapi di kehidupan yang akan datang, di Langit Baru dan Bumi yang Baru.

Ketika kita menyadari keadaan dunia yang tidak ideal dan pasti berakhir, maka fokus kita, kita pindahkan ke Langit Baru Bumi Baru. Di sini timbul atau bangkit optimisme. Kalau orang tidak berpikir dengan kerangka kekekalan; yang dia pikir hanya bagaimana mencapai sukses di kehidupan di dunia ini. Optimismenya hanya sampai di kubur. Itulah sebabnya di setiap awal tahun, selalu ada pengharapan bahwa tahun yang baru bisa mendatangkan berkat, rahmat, keberhasilan yang lebih baik, dan seterusnya. Tidak ada orang yang berharap- hari, bulan, tahun, yang akan dijelang menjadi lebih buruk. Orang selalu berharap menjadi lebih baik.

Tetapi faktanya, seperti yang tadi saya kemukakan, tidak pernah menjadi lebih baik. Optimisme mereka hanya sampai di batas kubur. Dalam hitungan tahun- tahun ini, tahun depan, sampai di kubur. Tetapi optimisme orang percaya itu di balik kubur. Ini yang membedakan. Mengenai bagaimana keadaan hidup tahun depan di bumi ini, Tuhan yang tahu. Apa pun dijalani dengan satu pengertian, bahwa Allah bekerja dalam segala hal mendatangkan kebaikan. Jadi apa pun yang terjadi itu pasti mendatangkan kebaikan. Jadi tidak perlu menjadi gusar, susah, ketika kondisi memburuk, ketika ekonomi memburuk, ketika keamanan memburuk, ketika krisis politik memanas- ya welcome saja. Karena memang sudah mengerti bahwa dunia bukan tempat ideal untuk dihuni. Dan optimisme kita itu juga dibangun dari pengertian bahwa semua ada ujungnya atau ada akhirnya.

Makanya kalau kita mengalami satu penderitaan, atau sedang menghadapi satu keadaan sulit, kita bisa berkata: "Semua pasti bisa dilewati, dan semua pasti ada ujungnya atau ada akhirnya". Kalimat ini penting, berbisiklah pada dirimu sendiri- semua bisa dilewati- karena Tuhan tidak akan memberikan pencobaan melampaui kekuatan kita- semua juga bisa dilewati dan nanti pasti ada ujungnya- pasti nanti ada akhirnya.

Dengan tidak mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini- kita akan lebih fokus kepada Tuhan. Orang yang tidak mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini lebih terpacu untuk hidup suci. Tetapi kalau orang masih mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini, dia masih membuka peluang untuk hidup di dalam dosa. Perhatikan itu saudara. Tidak ada orang yang masih mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini lalu bisa hidup suci, tidak mungkin. Orang yang masih mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini, pasti hidupnya tidak bersih, tidak mungkin dia bisa hidup suci. Ya, memang mungkin dia bisa bermoral baik, dia ada di dalam tatanan kesantunan hidup dan kesopanan hidup sesuai dengan moral umum di masyarakat. Tetapi tidak mungkin dia bisa mencapai kesucian yang sesungguhnya, tidak mungkin.
Lalu orang yang masih mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini- tidak mungkin terikat dengan Tuhan secara benar, dia pasti terikat dengan dunia ini. Keterikatan dengan dunia ini akan membuat dia tidak bisa terikat dengan Tuhan.

Pada dasarnya orang harus memilih- apakah dia mau terikat dengan Tuhan, atau terikat dengan dunia? Orang tidak bisa terikat dua-duanya. Mau terikat dengan Tuhan tetapi mau terikat dengan dunia, tidak bisa! Harus memilih, apakah terikat dengan dunia ini, atau terikat dengan Tuhan. Orang yang tidak mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini akan makin terikat dengan Tuhan. Keterikatan dengan Tuhan inilah yang akan membangun persahabatan kekal atau persahabatan abadi. Dan sekaligus dampaknya, seorang yang terikat dengan Tuhan pasti hidup suci atau berusaha hidup suci.

Tuhan memberkati saudara.

Solagracia.


Shalom saudaraku,

Atas nama seluruh crew program Suara Kebenaran, saya Pdt. Erastus Sabdono mengucapkan: Selamat Hari Natal, kiranya Natal tahun ini 2018, menjadi Natal yang menginspirasi kita untuk hidup lebih berkenan di hadapan Tuhan. Juga kami menyampaikan Selamat menyambut Tahun Baru, doa harapan kami, di tahun mendatang kita lebih bersungguh-sungguh menginvestasikan waktu kita untuk mencari Tuhan dan bertumbuh dalam kedewasaan rohani.
Terima kasih untuk semua dukungan yang saudara berikan dalam pelayanan kami.
Kiranya Tuhan memberkati.

Solagracia πŸ™πŸ»

https://overcast.fm/+IqOBLcrF0

RH Truth Daily Enlightenment Desember 2018 24. KEBAHAGIAAN DI DALAM TUHAN

Satu hal yang tidak mudah diterima oleh orang yang tidak mengenal kebenaran, tetapi akan mudah saudara terima kalau saudara mengenal kebenaran. Bahwa semakin kita tidak mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini, maka kita semakin bahagia. Artinya kita semakin dapat menikmati kebahagiaan yang dari Tuhan. Sebaliknya kalau orang mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini, ia akan semakin gusar ketika keadaan dunia sekitarnya tidak menjawab kebutuhan, kerinduan, keinginan, dan tuntutan-tuntutannya. Sebab orang yang mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini, menuntut dunia membahagiakan. Padahal dunia ini serba tidak pasti, serba tidak menentu, keadaan bisa berubah setiap saat.

Oleh sebab itu jangan kita mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini. Kita jalani hidup dari menit ke menit, dari jam ke jam, dari hari ke hari, tanpa menuntut dunia membahagiakan. Melalui sarana dan cara apa pun. Sebagai gantinya kita harus berpikir bahwa kebahagiaan yang sesungguhnya itu hanya di dalam Tuhan. Artinya apa? hanya di dalam Tuhan itu. Jangan abstrak, jangan tidak jelas.

Kebahagiaan di dalam Tuhan artinya kita bersukacita tatkala kita mengerti kebenaran, dan kebenaran itu membuat hati kita bergirang, bergemar. Tuhan kebahagiaanku, harus ada alasannya mengapa kita bisa berbahagia di dalam Dia. Sama seperti kalau orang berkata: restaurant kebahagiaanku, dasarnya apa? Dia bisa makan enak, lezat, dan kenyang. Nah, kalau Tuhan kebahagiaanku dasarnya apa? Mekanismenya bagaimana bisa menjadikan Tuhan itu kebahagiaan? Yang pertama, kebenaran firman. Kebenaran firman yang kita pahami itu membahagiakan. Saya merasakan itu, kebahagiaan ketika Tuhan mencelikkan pikiran mengerti kebenaran, kita takjub, kita kagum, luar biasa firman Tuhan itu. Rahasia-rahasia firman Tuhan itu luar biasa. Ketika Tuhan membukakan rahasia-rahasia firman tersebut hati kita benar-benar dibahagiakan, kita digirangkan. Nah, di sini orang baru bisa berkata: Tuhan kebahagiaanku.

Jadi kalau orang tidak memburu kebenaran firman Tuhan, karena memang tidak memiliki niat untuk hidup suci tidak bercacat tidak bercela, dia berkata Tuhan kebahagiaanku, itu omong kosong, itu bohong. Jangan heran orang-orang yang tercandui oleh firman Tuhan, akan datang ke gereja, hadir di dalam Pendalaman Alkitab walaupun hujan deras, macet, bahkan banjir. Kenapa? Karena Tuhan kebahagiaannya.

Di dalam pemberitaan firman di Kebaktian Pendalaman Alkitab itu, dia memperoleh kebenaran, dia bahagia. Atau ia Kebaktian di hari-hari yang lain, nyaris tidak pernah absen. Mengapa? Karena ia mendapatkan kebenaran, dan itu membahagiakan. Yang dinantikan itu hari di mana ada Kebaktian Pendalaman Alkitab, ada Kebaktian Suara Kebenaran. Itu hari-hari yang dinantikan. Seperti seorang pemuda yang menantikan hari Sabtu. malam minggu, itu kebahagiaan.

Nah, kebahagiaan orang-orang di dalam Tuhan adalah jam Kebaktian di mana dia dapat meneguk kebenaran firman. Tuhan menjadi kebahagiaan kalau seseorang merasakan hadirat Tuhan. Nah, hal ini agak bersifat mistik, ini hal yang bertalian dengan area supranatural atau adikodrati. Tuhan itu riil, Tuhan itu nyata, mestinya orang percaya sungguh-sungguh dapat mengalami. Jangan hanya mempercakapkan Tuhan tanpa mengalaminya.
Jangan hanya mempercakapkan, mendiskusikan mengenai hal-hal rohani yang bersangkut paut dengan Tuhan tetapi tidak mengalaminya. Kita harus mengalami.

Pengalaman perjumpaan dengan Tuhan itulah yang dapat sungguh-sungguh membahagiakan. Di sini kita belajar untuk menemukan hadirat Tuhan yang sejati/yang asli. Ada orang-orang yang merasa bahagia/sukacita, katanya ia ada di hadirat Tuhan. Padahal itu hanya suasana Kebaktian bukan hadirat Tuhan yang murni. Itu hanya sebuah permainan emosi dan perasaan, ia merasa di hadirat Tuhan padahal tidak.

Orang yang menjadikan Tuhan kebahagiaan akan merasakan sesuatu yang luar biasa jika ada di hadirat-Nya. Yang terakhir, bagaimana orang yang menjadikan Tuhan kebahagiaan itu? Kalau ia mengharapkan Langit Baru Bumi Baru

Hanya Langit Baru Bumi Baru yang dinantikan. Di sanalah kebahagiaan yang sejati. Sebuah dunia yang sempurna. Di mana tidak ada penderitaan, sakit penyakit, kematian, krisis, bencana alam, dan lain sebagainya.
Di sanalah kita pulang bersama.

Kiranya kebenaran ini memberkati kita sekalian.

Solagracia.

Shalom saudaraku,

Atas nama seluruh crew program Suara Kebenaran, saya Pdt. Erastus Sabdono mengucapkan: Selamat Hari Natal, kiranya Natal tahun ini 2018, menjadi Natal yang menginspirasi kita untuk hidup lebih berkenan di hadapan Tuhan. Juga kami menyampaikan Selamat menyambut Tahun Baru, doa harapan kami, di tahun mendatang kita lebih bersungguh-sungguh menginvestasikan waktu kita untuk mencari Tuhan dan bertumbuh dalam kedewasaan rohani.
Terima kasih untuk semua dukungan yang saudara berikan dalam pelayanan kami.
Kiranya Tuhan memberkati.

Solagracia.

https://overcast.fm/+IqOCgp2-Q

Minggu, 23 Desember 2018

RH Truth Daily Enlightenment Desember 23. KENIKMATAN DALAM PENDERITAAN

Satu hal yang sulit dimengerti mengapa Alkitab mengajarkan bahwa penderitaan itu adalah berkat. Sebab penderitaan itu mendatangkan kemuliaan. Jika seseorang menyadari hal ini, bahwa penderitaan itu mendatangkan kemuliaan, maka ketika ia mengalami penderitaan, ia bisa menikmati penderitaan tersebut. Dan hal inilah yang membuat seseorang tahan uji. Hal inilah yang akan membuat seseorang setia kepada Tuhan.

Seperti orang-orang Kristen abad mula-mula, mereka begitu teraniaya, begitu menderita. Tetapi mereka bisa begitu tahan, mereka bisa begitu kuat, mereka bisa begitu kokoh setia kepada Tuhan Yesus, sebab mereka tahu penderitaan yang mereka alami itu akan mendatangkan kemuliaan. Jerih lelah mereka di dalam Tuhan tidak akan sia-sia. Mereka mengerti bahwa apa yang mereka alami itu tidak sia-sia. Ada buah yang mereka akan petik nanti di kehidupan yang akan datang.

Demikian pula yang kita alami hari ini. Ketika kita diperlakukan tidak adil, Tuhan mengajar kita mengasihi musuh, kita belajar untuk menikmati penderitaan itu. Penderitaan sebagai seorang yang difitnah, penderitaan sebagai seorang yang dianiaya, ditekan, diperlakukan tidak adil. Memang jiwa memberontak. Jiwa kita pasti memberontak. Kita tidak rela mendapat perlakuan seperti itu, dan nafsu membalas, gairah membalas kejahatan orang, itu memang sudah melekat di dalam diri setiap kita dan seringkali gairah seperti itu bangkit pada waktu kita mengalami perlakuan tidak adil.

Kalau kita membiarkan diri kita terbuai oleh kemarahan, oleh nafsu membalas, maka kita melepaskan berkat atau kita membiarkan berkat itu lepas dari tangan kita. Tetapi kalau kita menguasai diri, kita belajar menyangkal diri, kita menerima perlakuan tidak adil orang terhadap kita dengan hati lapang, dengan satu kesadaran bahwa Tuhan sedang menyempurnakan kita, maka kita bisa menikmati penderitaan itu. Tuhan bukan senang saudara dan saya menderita, Tuhan bukan Tuhan yang mau menyakiti kita. Tetapi Tuhan sebagai Sahabat mengajar kita. Sebagai Guru mendidik kita agar kita menjadi seperti Diri-Nya. Tuhan Yesus sudah mengalami penderitaan semacam itu. Tuhan Yesus mau berbagi betapa nikmatnya penderitaan bukan karena kita berbuat jahat. Penderitaan karena kita melakukan kebenaran atau hidup di dalam kesucian. Bapa di sorga pasti mengizinkan segala sesuatu itu terjadi. Dan ketika kita mendapat perlakuan tidak adil, kita dijahati, kita tidak membalas kejahatan tersebut, kita berdiam diri dan mengembalikan semua kepada Tuhan yang berhak membalas. Bapa di sorga disukakan.
Kita bisa menyenangkan hati Bapa melalui atau di dalam keadaan tersebut.
Itu kesempatan menyenangkan hati Bapa.

Jadi ketika kita harus menderita perlakuan tidak adil orang lain dan kita mentrapkan perbuatan kasih seperti yang dilakukan Tuhan Yesus, itu kesempatan untuk menyenangkan hati Bapa di sorga. Kalau tidak ada keadaan itu, bagaimana kita bisa membuktikan kecintaan kita kepada Tuhan? Bagaimana kita bisa membuktikan kecintaan kita kepada Bapa di sorga? Bukankah Tuhan Yesus mengalami penderitaan-penderitaan demi keselamatan umat manusia? Dan ketika Tuhan Yesus mengalami penderitaan-penderitaan, reaksi Tuhan terhadap penderitaan itu begitu sempurna, begitu indah. Ia mengampuni orang yang bersalah kepada-Nya. Ia mengampuni orang-orang yang memusuhi-Nya, yang menyakiti-Nya yang menyiksa Diri-Nya. Dan pasti sikap seperti ini menyukakan/menyenangkan hati Bapa di sorga.

Jadi ketika saudara menghadapi perlakuan tidak adil orang lain, saudara berkata: Nah, ini dia kesempatan untuk menyenangkan Bapa di sorga. Bukan berkata: Celaka aku dengan keadaan ini. Jadi tergantung dari sudut pandang mana saudara memandang persoalan itu. Bisa memandang dari aspek/sudut negatif. Itu berarti saudara memandang bahwa perlakuan tidak adil orang lain sebagai bencana/kecelakaan/kemalangan. Tetapi kalau saudara memandang dari perspektif dari sudut pandang Tuhan, saudara menerima ini sebagai berkat.

Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan: Bersukacilah kamu, walaupun untuk sementara waktu kamu harus menderita dengan berbagai-bagai penderitaan- karena ujian terhadap imanmu itu mengerjakan ketekunan. Biarlah ketekunan itu terus bertumbuh sehingga kamu akan memetik/menuai hasil pada akhirnya/pada waktunya nanti. Orang-orang yang tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, adalah orang-orang yang sedang menabur keindahan di kekekalan. Dan keindahan tersebut adalah keindahan yang bernilai sempurna di mata Bapa di sorga.

Solagracia,

Jumat, 21 Desember 2018

Kata Bermakna Desember 2018 #3






Quote Desember 2018 #4

Today's Quote:
Kelelahan yang kita alami untuk dapat menyenangkan Tuhan, sejatinya adalah anugerah bagi kita.

Dr. Erastus Sabdono,
17 Desember 2018

Today's Quote:
Sebagaimana Allah konsekuen terhadap Diri-Nya sendiri, demikian pula Ia menghendaki manusia konsekuen dengan dirinya sendiri. Dalam hal ini ada bagian dalam kehidupan manusia yang tidak akan diintervensi oleh Allah dan ada bagian dalam Diri Allah yang manusia tidak bisa intervensi sebagai makhluk ciptaan.

Dr. Erastus Sabdono,
18 Desember 2018

Today's Quote:
Gaya hidup segenap hati hidup bagi Tuhan harus merupakan irama yang biasa diselenggarakan dalam kehidupan ini setiap hari, sehingga seorang anak Tuhan dengan otomatis dapat mengutamakan Tuhan dalam kehidupan ini.

Dr. Erastus Sabdono,
19 Desember 2018

Today's Quote:
Isi perjuangan hidup kita haruslah hanya untuk memperjuangkan bagaimana dapat menyenangkan hati Tuhan dengan melakukan kehendak Bapa.

Dr. Erastus Sabdono
20 Desember 2018

Today's Quote:
Ketika gereja hanya menjadi tempat untuk memperoleh jalan keluar dari berbagai kesulitan hidup di bumi berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan jasmani, maka terjadi praktik pelayanan rohani yang mirip dengan praktik perdukunan.

Dr. Erastus Sabdono,
21 Desember 2018

Today's Quote :
Orang percaya yang dewasa menghadapi kesukaran hidup dengan pengertian bahwa masalah-masalah hidup dengan segala kesukarannya sesungguhnya merupakan berkat, sehingga ia akan menghadapinya dengan tanggung jawab, bukan dengan rengekan mohon mukjizat.

Dr. Erastus Sabdono,
22 Desember 2018

RH Truth Daily Enlightenment Desember 2018 22. MENDERITA BERSAMA KRISTUS

Hanya orang yang menderita bersama dengan Tuhan Yesus yang akan dimuliakan bersama-sama dengan Dia. Banyak orang Kristen memandang bahwa ayat ini tidak lagi up to date untuk zaman sekarang, tidak lagi sesuai dengan zaman kita ini. Seakan-akan ayat ini hanya diberlakukan bagi orang-orang Kristen pada zaman aniaya. Sebab sekarang tidak ada aniaya, tidak ada persekusi terhadap orang  Kristen karena Kekristenan atau karena iman.

Semua orang mendapat hak yang sama untuk beragama. Jadi tidak ada persekusi, maka dianggap itu tidak berlaku lagi. Ayat itu dianggap tidak berlaku lagi. Ayat yang mengatakan bahwa hanya orang-orang yang menderita bersama-sama dengan Tuhan Yesus yang dimuliakan (Roma 8:28).

Penderitaan itu tidak selalu bersifat fisik. Tidak selalu mesti harafiah. Penderitaan juga bisa bersifat non-fisik (batin, perasaan) juga bisa mengalami penderitaan. Atau paling tidak, penderitaan bisa berupa kesediaan untuk tidak menikmati kenyamanan hidup walaupun bisa menikmatinya. Melepaskan kemewahan walaupun bisa hidup di dalam kemewahan.

Kita harus menemukan tempat kita untuk menderita itu. Kita bisa menemukan. Kita pasti memiliki tempat untuk menderita bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Dimulai dari kesediaan kita melepaskan hak-hak hidup kita. Hak hidup menikmati uang yang berlimpah yang kita miliki. Kita mestinya bisa memiliki mobil mewah tetapi kita tidak membeli mobil mewah. Kita mestinya bisa membangun rumah besar tetapi kita tidak membangun rumah besar. Itu bagian penderitaan.

Kita mestinya bisa menghambur-hamburkan uang sesuai dengan keinginan kita sendiri, tetapi kita tidak melakukan hal itu. Sebaliknya kita membagikannya kepada orang-orang yang berkekurangan. Kita bisa tidak mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan, tetapi kita mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan, sehingga waktu kita tersita untuk itu, dan lain sebagainya.
Ini bagian dari penderitaan.

Atau misalnya kita disakiti, kita dilukai oleh seseorang, atau kelompok tertentu, kita bisa membalas perlakuan jahat orang tersebut, karena kita memiliki kemampuan untuk membalas. Bahkan kita bisa balas melukai dia. Jadi kita bisa memiliki kemampuan untuk membalas kejahatan mereka, tetapi kita tidak melakukannya. Ini penderitaan.
Ketika kita ditampar, kita tidak membalas menampar. Kita dirugikan tetapi kita tidak membalas dengan tindakan-tindakan yang melukai. Ini penderitaan. Ini merupakan kehormatan.

Jadi kalau kita mengalami hal-hal semacam ini, jangan merasa bahwa kita sedang ada di dalam bencana. Jangan kita merasa bahwa kita sedang naas, atau sial, atau malang. Justru kita sedang mendapat kesempatan untuk dimuliakan.

Pada akhirnya kita akan diajar Tuhan untuk menjadi seperti roti yang terpecah, seperti anggur yang tercurah. Dan kalau kesempatan itu Tuhan berikan jangan disia-siakan. Itu berkat!

Kalau berkat bagi umat Perjanjian Lama adalah kemakmuran- tetapi berkat bagi umat Perjanjian Baru itu penderitaan.

Penderitaan adalah jalan/jembatan untuk memperoleh kemuliaan. Jadi kalau Tuhan membawa kita kepada keadaan-keadaan sulit, tantangan-tantangan untuk membagi milik kita bagi orang lain, membagi waktu kita, membagi perasaan kita; itu sesungguhnya berkat kekal/berkat abadi! Kita mensyukuri berkat kekal yang pasti disediakan Tuhan kita setiap hari.

Jadi kalau kita mengatakan: terima kasih Tuhan untuk berkat-Mu hari ini, termasuk di situ penderitaan yang kita harus pikul bagi pekerjaan-Nya. Penderitaan yang harus kita pikul bagi kebaikan dan kepentingan orang lain. Jadi seperti Tuhan Yesus memikul salib demi berkat bagi orang lain- kita juga melakukannya.

Solagracia.

Shalom saudaraku,

Atas nama seluruh crew program Suara Kebenaran, saya Pdt. Erastus Sabdono mengucapkan: Selamat Hari Natal, kiranya Natal tahun ini 2018, menjadi Natal yang menginspirasi kita untuk hidup lebih berkenan di hadapan Tuhan. Juga kami menyampaikan Selamat menyambut Tahun Baru, doa harapan kami, di tahun mendatang kita lebih bersungguh-sungguh menginvestasikan waktu kita untuk mencari Tuhan dan bertumbuh dalam kedewasaan rohani.
Terima kasih untuk semua dukungan yang saudara berikan dalam pelayanan kami.
Kiranya Tuhan memberkati.

Solagracia.

https://overcast.fm/+IqOBCB05A

Kamis, 20 Desember 2018

RH Truth Daily Enlightenment Desember 2018 21. MENCARI KEMULIAAN

Menjadi dorongan yang melekat di setiap individu yaitu penghargaan. Pada umumnya atau hampir semua manusia berusaha untuk memperoleh penghargaan. Penghargaan itu bisa dari orang dekat maupun dari orang jauh. Dari orang yang bermartabat lebih rendah atau dari orang yang dianggap bermartabat lebih tinggi dari dirinya.

Dorongan ini sudah melekat di dalam kehidupan seseorang sejak kecil, sejak kanak-kanak. Itulah sebabnya seseorang menggerakkan hidupnya untuk memperoleh penghargaan tersebut. Waktu kanak-kanak, bermain-main mau menjadi yang menang, mau menjadi yang menonjol, mau menjadi yang terkemuka. Lalu kemudian setelah menjadi dewasa, dengan cara lain ia mau menjadi seorang yang menonjol, yang terkemuka, yang lebih terhormat dari orang lain. Itulah sebabnya orang menggerakkan hidupnya dari pagi sampai sore, sore sampai malam hari, hanya untuk penghargaan ini.

Orang yang memiliki rumah akan merasa terhormat dari pada orang yang homeless (tidak memiliki rumah). Orang yang sudah memiliki rumah ingin membesarkan rumahnya supaya lebih mewah. Orang yang belum memiliki kendaraan berusaha memiliki kendaraan, yang sudah memiliki kendaraan menginginkan kendaraan yang lebih mewah dan seterusnya. Akhirnya, manusia-manusia seperti ini terbelenggu dalam siklus kehidupan yang tidak memperdulikan Tuhan, tidak memperdulikan rencana-rencana Allah di dalam hidupnya. Ini bukan hanya terjadi atas orang-orang non-Kristen, juga terjadi atas orang-orang Kristen.

Perlu saudara ketahui, bahwa kita dipanggil Tuhan untuk memperoleh kemuliaan bersama dengan Tuhan Yesus. Demikianlah dikatakan dalam Roma 8:17, Roma 8: 28-30; kita dipilih oleh Bapa di sorga guna serupa dengan Tuhan Yesus. Dan jika proses keserupaan itu benar-benar terjadi atau berlangsung, maka kita menjadi dewasa. Dan kalau kita menjadi dewasa, kita bisa diajak menderita bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Dan hanya orang yang menderita bersama-sama dengan Tuhan Yesus yang akan dimuliakan bersama-sama dengan Dia.

Oleh sebab itu, fokus hidup kita tidak boleh kepada perkara-perkara duniawi. Fokus hidup kita harus kepada perkara-perkara sorgawi. Penghargaan manusia terbatas, pasti akan ada ujungnya. Tetapi penghargaan yang dari Tuhan itu abadi. Itulah sebabnya kita dipanggil untuk mencari kemuliaan bukan dari dunia ini, tetapi kemuliaan bersama dengan Tuhan Yesus. Dalam hal ini kita tidak boleh men-dua hati. Kita harus memilih, kemuliaan dari Tuhan atau kemuliaan dari dunia ini. Tidak bisa dua-duanya.

Apakah saudara bertekad untuk memperoleh kemuliaan bersama dengan Tuhan Yesus atau tidak, tergantung dari keputusan masing-masing individu. Saudara tidak boleh- tidak memiliki ketetapan, harus memiliki ketetapan. Kita harus memilih. Membiarkan diri dalam keadaan tidak pasti atau mengambang berarti memberi diri dimangsa oleh kuasa kegelapan, direnggut oleh kuasa kegelapan. Sehingga akan membuat orang tersebut kehilangan kesempatan selama-lamanya untuk memperoleh kemuliaan bersama dengan Tuhan Yesus Kristus.

Oleh sebab itu, pastikan bahwa kita hidup di bumi ini hanya untuk mencari dan menemukan kemuliaan bersama dengan Tuhan Yesus. Kita tidak mengharapkan penghargaan dari manusia. Jadi kalau kita studi, kita kuliah, kita bekerja, berumah tangga dan melakukan segala kegiatan- semua itu kita lakukan semata-mata hanya untuk memperoleh kemuliaan bersama dengan Tuhan Yesus Kristus. Bukan untuk memperoleh penghargaan dari manusia, tetapi untuk memperoleh penghargaan dari Tuhan semesta alam.

Kiranya kebenaran hari ini memberkati kita sekalian.

Solagracia.

https://overcast.fm/+IqODX3ToY

IF TOMORROW NEVER COMES Pdt, Erastus Sabdono Natal GSKI REHOBOT MINISTRY 20181215


https://youtu.be/JNYGRBDHZEk

( Sunday Bible Teaching ) SBT, 16 Desember 2018 Pdt. DR. Erastus Sabdono

Yang memarkir banyak orang Kristen tidak bertumbuh adalah mereka
yang mengaku dan percaya Yesus sudah selamat.
Artinya : kemungkinan besar masuk surga.
Bahkan lebih berani meyakini pasti masuk surga.

Lalu mereka merasa sydah berhak menjadi Anak Allah, berhak berdoa, menyebut nama Allah Bapa πŸ’“ dan diberkati.
Ini benar - benar sebuah penyesatan.

Jika keadaan atau level rohani seperti ini dikenakan orang Kristen baru bisa.
Tetapi Kekristenan itu proses organisme bukan organisasi.

Jadi jangan merasa sudah menjadi anggota gereja, sudah menjadi orang beragama Kristen, sudah terhisap dalam suatu lembaga gereja, merasa sah,  lebih sah menjadi Anak Allah.

Kekristenan organisasi satu entitas yang mengalami progresifitas / pertumbuhan.
Tidak boleh berhenti.
Jadi ketika seseorang menerima Yesus sebagai Tuhan, ia membuat ikatan perjanjian.

⚘Kalau Orang Israel membuat perjanjiannya dengan Elohim Yahwe, harus menuruti hukum taurat, harus mentaati Dekalog
Mereka harus menjalani satu perjalanan dari Mesir sampai Kanaan.

⚘Kalau orang Kristen harus melakukan kehendak Bapa itu hukumnya.
Ia harus menjalani satu kehidupan yang berproses agar semakin hari semakin berkenan kepada Allah Bapa
Dan melakukan kehendak Bapa.

Ibrani 12 : 9 - 10 itu targetnya.
Kita harus mulai memancangkan target itu di dalam hidup kita.
Yohanes 1 : 11- 13
Kita diberi kuasa / hak untuk menjadi Anak Allah.
Menjadi Anak Allah itu tidak status yang statis, tetapi organisme yang terus progresif / bertumbuh atau berkembang terus.

Jadi setiap kita tidak boleh tidak sampai mengambil bagian dalam kekudusan Allah πŸ’“
Ini harus kita terima sebagai kabar baik.
Inilah yang harus kita perjuangkan lebih dari karier, study, keluarga, nafkah, kesehatan, apapun.

Apa artinya mengambil bagian dalam kekudusan Allah? Sederhana
Artinya : berkeadaan kudus seperti Dia kudus.
Hidup seperti Tuhan YesusπŸ’“ harus hidup tidak bercacat tidak bercela.

Mengambil bagian dalam kekudusan Allah jika kita menganggap hal ini sangat mungkin, jika kita tidak mengakui ini sebagai hal yang bisa kita capai kalau kita anggap ini keniscayaan kita mengganggap Tuhan bohong atau menipu.

2 Petrus 1 : 3 - 4
Yang kita persoalkan, apakah kita susah mengambil bagian dalam kodrat Ilahi ?
Paulus belum sempurna, tapi Paulus tetap berjuang.
Paulus tidak takut ditolak manusia, tetapi takut ditolak Allah.
Paulus mencari perkenanan Allah, bukan perkenanan manusia.

Ibrani 12 : 1
Perlombaan yang diwajibkan.
Ketika ada sesuatu yang kita anggap wajib, mesti, harus ada, lumpuhlah organisme kita.
Istilah lain bocor.
Tidak bisa terbang secara normal dan proposional.

⚘Masalah terbesar kita :
- Apakah kita sudah mengambil bagian dalam kekudusan Bapa ?
- Apakah kita sudah mengenakan kodrat ilahi ?
Tidak ada yang menakutkan kita selain hal ini.
Tidak ada hal yang menggetarkan jiwa kita selain hal ini.

Sudahkah kita dipandang Tuhan mengenakan kodrat ilahi ?
1. Menghadapi keadaan di ujung maut waktu seseorang sekarat meregam nyawa.
Tidak bisa dihadapi apapun, kecuali :
- Jauh - jauh hari, sejak dini hidup di dalam kesucian Tuhan, hidup tidak bercacat tidak bercela.
- Membangun hubungan yang riil dengan Tuhan πŸ’“
- Pada waktu di lembah kekelaman kita sudah "Terbiasa" mengalami kehadiranNya, kita tidak takut.

2. Waktu berdiri di depan  tahta pengadilan Allah, itu dasyat, itu pasti sangat mengerikan.
Siapa yang tahan berdiri di depan Anak Manusia ?
- Hanya ketika hidup tidak bercacat dan tidak bercela.
- Yang melakukan kehendak Bapa.

Itu yang perlu kita gumuli, perlombaan yang wajib.
Tetapi banyak hal yang kita buat wajib, dari hal kecilpun wajib.

Selalu banyak hal yang kita pandang penting dan mendesak.
Yang selalu kita pandang penting dan mendesak hanya Tuhan πŸ’“
Kalau ada hal yang kita pandang penting dan mendesak itu karena Tuhan, bukan sesuatu itu.

Kita akan dirasa Tuhan pπŸ’“ memuliakan Dia, ketika kita pandang Tuhan penting dan mendesak, yaitu :
- Bagaimana melakukan kehendak Bapa ?
- Bagaimana mengenakan kodrat Ilahi ?
- Bagaimana mengambil bagian dalam kekudusanNya ?

Sementara itu kita bertanggung jawab menyelesaikannya.
Kita harus berusaha dan berjuang semaksimal mungkin, hasil akhir baru kita pasrah.

Hidup kita ini pekerjaan Tuhan πŸ’“
Dari kesehatan, dari nafkah, dari karier, segenap hidup kita itu pekerjaan Tuhan.
Jadi yang semua kita lakukan apapun, baik makan, minum, dan melakukan sesuatu semua untuk kemuliaan Allah.

Jadi kita tidak khawatir
menikah, tidak menikah untuk Tuhan πŸ’“
Punya anak atau tidak punya anak itu untuk Tuhan.
di situ orang baru tahu hidup kita itu pekerjaan Tuhan.
Baru Tuhan bisa berkata : "Kamu milikKu "

Selama ini kita berkata aku milikku, karena kita mau memperdaya Tuhan πŸ’“
- Ditolong
- Dilindungi
- Dijaga
- keinginan kita mau dituruti
- Doa kita mau dikabulkan
- Bahaya dihindarkan
- Malapetaka dijauhkan

Dan kita berkata :" Tuhan Aku milikimu ".
Kita tidak boleh berkata begitu, kecuali seluruh hidup kita pekerjaan Tuhan.
Itu menggenapi firman Tuhan yang mengatakan, kamu bukan milik kamu sendiri.
Itu mengenapi firman Tuhan yang mengatakan, baik kamu makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain semua untuk kemuliaan Allah.

Maka semua yang kita sentuh akan disentuh Tuhan, karena :
- Kakimu kakiNya
- Tanganmu tanganNya
- Matamu mataNya
Engkau menjadi tangan kaki Tuhan πŸ’“
Sebelum menutup mata lakukanlah ini.

Bagaimana hal ini  πŸ’“
Kalau kita mulai berjuang maka kita melihat dua manusia dalam diri kita.
1. Manusia lama - daging
2. Manusia baru - kodrat ilahi.
Keselamatan itu anugrah, itu Salib.
Karena ada salib kita ikut perlombaan.
Tidak ada anugrah tidak ada perlombaan yang kita ikuti.

Bagaimana orang berpikir tanpa perlombaan, masuk surga, dimuliakan bersama Yesus ?
Kita sesama Anak Allah  berlomba untuk menjadi serupa dengan Yesus πŸ’“atau mengambil bagian dalam kekudusanNya.

Jbu ⚘

RH Truth Daily Enlightenment Desember 2018 20. KEAGUNGAN YANG SALAH

Menjadi filosofi manusia pada umumnya bahwa orang berharga di mata manusia lain karena penampilan. Karena pakaian yang dikenakan, perhiasan yang dikenakan, karena kedudukan, karena pangkat dan lain sebagainya. Ini filosofi yang sudah mendarah daging dalam hidup kita. Filosofi ini tidak mudah dicabut dalam diri kita. Itu sudah melekat dan sering menjadi bagian integral dalam hidup yang tidak terpisahkan. Kekristenan itu mau mengubah ini. Itulah sebabnya di dalam pertemuan-pertemuan bersama di gereja, kebenaran yang harus disampaikan adalah untuk mem-brain wash (mencuci pikiran). Gereja harus menjadi brain wash bagi jemaatnya. Itulah sebabnya pertemuan-pertemuan hari Minggu jangan hanya dipakai untuk euforia. Euforia melalui musik, tarian, melalui tarian banner, dancer, tamborin dan lain sebagainya. Tapi harus dijadikan sarana di mana kebenaran disampaikan dan pikiran jemaat dibersihkan. Jika tidak, maka gereja menjadi ajang di mana orang; pamer mobil, pamer jas yang bagus, pamer perhiasan, pamer pakaian yang up to date, pamer tas branded, pamer penampilan dan lain sebagainya. Dan itu memang sudah nyata, sudah terjadi di dalam gereja. Kesaksian-kesaksian di gereja hanya menyangkut atau sering lebih banyak menyangkut mengenai berkat jasmani, naik pangkat, bisa jalan-jalan ke Israel, ke luar negeri, kesaksian sudah punya rumah baru, kesaksian bisa beli mobil. Kalau pendeta kesaksian KKR yang dihadiri ribuan orang, sukses dalam memberikan seminar atau ceramah, sukses  membangun gereja. Semua itu seakan-akan menjadi nilai. Kalau di dunia nilainya itu hal-hal lebih lahiriah; kalau di gereja ada sedikit unsur rohani, tapi pamer juga.

Keagungan kita bukan pada hal itu. Saya sadar sebagai pendeta pun saya tergoda untuk itu dan saya sudah jatuh dalam banyak kesalahan mengenai hal ini. Saya pun sudah banyak jatuh dalam kesalahan di sini sebenarnya. Saya juga menyadari saya sudah  melakukan kesalahan di sini. Saya berterimakasih Tuhan berbelas kasihan kepada saya untuk bisa menyadari kesalahan tersebut. Keagungan yang salah seperti itu sudah merasuk di dalam jiwa kita dan itu membuat kita benar-benar rusak. Tapi bersyukur Tuhan berkenan menyadarkan kita dan sekarang kita mendengar firman ini. Kiranya kita sudah menjadi sadar bahwa kita sudah melakukan kesalahan yang panjang selama ini. Sekarang kita sadar kita mau menjadi anak-anak Allah yang baik.

Keagungan kita adalah ketika manusia batiniah kita dibaharui oleh Tuhan. Di mana manusia batiniah kita ini menjadi seperti manusia batiniah-Nya Tuhan Yesus. Cirinya, kita tidak membanggakan apa pun yang kita miliki. Jadi sebenarnya saya ini juga sadar, seringkali mengucapkan kata-kata yang kelihatannya rohani; padahal dibalik itu saya mau menampilkan diri sebagai orang yang rohani, begitu. Aku rohani lho, aku dekat Tuhan lho, aku banyak berdoa lho, aku ini bijaksana. Seharusnya tidak perlu dan tidak boleh. Keagungan kita adalah ketika kita menjadi seorang yang memiliki batin seperti Tuhan Yesus. Dan pasti itu akan terpancar dan orang akan merasakannya.
Kalau hal rohani saja bisa menjadi kebanggaan dan nilai diri seperti contoh yang saya kemukakan tadi; saya pendeta yang baik lho, yang diurapi lho, yang mengubah orang lho. Tidak salah menyaksikan bagaimana kita mengubah orang atau orang berubah karena kita, tapi dasarnya bukan karena kita mencari nilai diri. Kalau dasarnya mencari nilai diri kan itu konyol. Apalagi kalau kita mencari nilai diri dengan menampilkan barang branded yang kita kenakan, sudah selesai itu. Cincin berlian yang saudara sengaja tunjukkan ke orang, penampilan yang membuat saudara akan merasa bernilai. Cerita ketemu pejabat tinggi yang anda kenal; Gubernur ini, Mentri ini. Itu lebih kampungan kalau dalam lingkungan keluarga Kerajaan sorga. Tidak salah anda punya foto dipajang sedang berfoto dengan pejabat tinggi, tetapi kalau itu seakan-akan memberi nilai diri, lebih baik jangan, Jangan! lebih baik foto dengan monyet. Dan ternyata pejabat tinggi yang dengannya anda berfoto ternyata koruptor, merusak tatanan masyarakat, menghancurkan tatanan hidup negara ini. Apa tidak lebih baik jadi hewan daripada jadi manusia. Tetapi ternyata memangsa sesamanya, semena-mena.

Manusia batiniah kita, tidak akan menuntut kita dihargai manusia lain. Manusia batiniah kita hanya merindukan kehormatan dari Bapa di sorga. Manusia batiniah kita akan mendorong kita mencari kemuliaan bersama dengan Tuhan Yesus. Tidak mengingini kemuliaan dunia ini, tidak mengingini kemuliaan dari manusia. Manusia batiniah kita, akan mendorong kita berjuang untuk menjadi manusia istimewa di mata Allah. Bukan istimewa di mata manusia.

Inilah yang harus kita mengerti. Perjuangan kita adalah perjuangan bagaimana kita bernilai di mata Allah dan istimewa di mata Allah, bukan istimewa di mata manusia. Perjuangan kita adalah perjuangan yang tiada henti untuk memenuhi keagungan yang benar, yaitu keagungan sebagai anak-anak Allah yang bermartabat bangsawan sorgawi, bukan bermartabat seperti pengertian martabat yang dimiliki anak-anak dunia. Memang Kekristenan itu sangat aneh (strange) mungkin juga dipandang weird (aneh). Kita orang-orang asing di dunia ini. Dengan cara berpikir anggota keluarga Kerajaan Sorga kita akan nampak berbeda, tetapi jangan takut berkeadaan berbeda. Be different (berani berbeda), sebab hanya orang yang berbeda dengan dunia yang akan diterima di kemah abadi. Tapi orang yang tidak berbeda dengan dunia tidak akan diterima di kemah abadi.

Periksa diri kita masing-masing, apa kita sama dengan dunia ini atau berbeda. Periksa dengan jujur dan tulus, supaya kita dapat mengenali diri kita. Dan kalau kita salah, kita bisa bertobat dan berubah. Selagi masih ada kesempatan untuk bertobat, kita bertobat.

Kiranya kebenaran hari ini memberkati kita sekalian.

Solagracia.

https://overcast.fm/+IqODwGQGc

Rabu, 19 Desember 2018

RH Truth Daily Enlightenment Desember 2018 19. MATA HATI YANG TERTUTUP

Orang yang tidak menyadari betapa mahal harga pengorbanan Tuhan Yesus, tidak menghayati betapa mahal pengorbanan Tuhan Yesus; mata hatinya tertutup. Ia tidak akan menghargai perkara-perkara rohani. Ia tidak akan menghargai hal-hal yang bertalian dengan kekekalan. Pikirannya hanya tertuju kepada perkara-perkara dunia. Memang dia bergereja, dia juga bisa aktif dalam kegiatan gereja, bahkan bukan tidak mungkin menjadi pendeta. Tetapi segala sesuatu hanya dikaitkan dengan sukses dunia, sukses duniawi. Tidak heran kalau dia menjadi pendeta, pasti khotbahnya sekitar bagaimana Tuhan menjadikan kita kepala bukan ekor. Artinya, jadi kepala bagian, kaya, diberkati. Tidak heran kalau kemudian khotbah-khotbahnya hanya sekitar kekayaan bangsa-bangsa diberikan. Tidak heran kalau kemudian bicaranya hanya sekedar mukjizat. Bukan saya tidak percaya mukjizat, kita percaya mukjizat. Tidak heran kemudian kalau pasti orientasi khotbahnya pada akhirnya hanya tertuju kepada; persepuluhan, persembahan yang akan dilipatgandakan oleh Tuhan, persembahan buah sulung, yang semua itu akan menjurus bagaimana uang jemaat bisa dilimpahkan ke gereja. Tentu dengan janji-janji, Tuhan akan memberkati berlimpah-limpah. Saya bukan anti persepuluhan, saya bukan melarang orang memberikan persembahan buah sulung, tetapi jangan sampai kemudian, orientasi berpikir kita itu kepada berkat jasmani. Percayalah kalau orang Kristen yang benar, mengenal kebenaran, menghayati korban Yesus di kayu salib, untuk keselamatan kekalnya; dengan merubah karakter sejak di bumi dari kodrat manusia ke kodrat Ilahi, maka apa pun dia akan berikan. Jangankan perpuluhan, mau segenap hidupnya pun akan diberikan tanpa perasaan terpaksa dan sayang-sayang, artinya; sayang uang. Tidak dia tidak akan sayang uang, sayang harta, dia akan rela berikan uangnya tanpa batas untuk pekerjaan Tuhan.

Saudara jangan salah memahami perkataan saya ini. Saya bukan anti mereka yang berbicara mengenai menjadi kepala bukan ekor. Sebaiknya, bahkan seharusnya orang Kristen jadi kepala dengan bekerja keras, dengan memaksimalkan potensi jadi kepala, jadi orang-orang yang terkemuka.

Saya bukan tidak setuju kalau saudara-saudara bekerja keras, bangsa negara ini bekerja keras hingga kekayaan bangsa-bangsa lain masuk di negeri ini, supaya menjadi kemakmuran bagi negara ini. Tapi faktanya hari ini, kekayaan negeri ini yang lari ke tempat lain. Banyak perusahaan-perusahaan besar di negeri ini bukan milik anak bangsa, bukan milik pemerintah bangsa Indonesia. Kenyataan hutang luar negeri kita juga tidak tambah surut. Kenyataan bagaimana orang-orang mengalirkan uangnya ke luar negeri, meng-investasikan uangnya justru bukan di dalam negeri, tapi di luar negeri. Itulah sebabnya himbauan pemerintah harus kita dengar, bagaimana kita harus membela bangsa ini secara patut.

Saya bukan tidak setuju kekayaan bangsa-bangsa diberikan kepada kita. Kita dalam arti siapa? Coba, kalau kita melihat selama ini justru kekayaan bangsa ini mengalir ke banyak negara. Saya bukan tidak setuju dengan adanya mukjizat. Tuhan kita Tuhan mukjizat, kita butuh mukjizat. Saya bukan tidak setuju kalau seseorang bisa memberikan buah sulung. Apa artinya uang itu saudaraku, apa artinya? Jangankan uang, darah-nyawa kita pun kita tumpahkan, kita harus curahkan kepada Tuhan. Tapi saya perlu beri catatan di sini. Buah sulung itu bukan berarti gaji kita pertama semua diberikan ke gereja. Kalau buah sulung di Alkitab itu kan, setiap panen itu satu keranjang kecil yang terbaik dibawa ke gereja, bukan seluruh panen diberikan. Lalu makan apa masyarakat atau rumah tangga-rumah tangga itu. Di sini saudara juga harus mengerti maksudnya.

Tidak ada salahnya gereja menerima banyak uang dari jemaat atau jemaat membagi sebagian hartanya untuk gereja. Tetapi tentu gereja harus menggunakan itu untuk pekerjaan Tuhan. Sebab gerejalah sebagai dealer, menjadi saluran resmi yang Tuhan bisa pakai untuk memperluas pekerjaan Tuhan. Tetapi kalau uang itu hanya untuk memperkaya individu atau hanya memperkaya institusi, ini yang menjadi masalah. Kalau pun itu untuk memperkaya lembaga, institusi atau  individu, tidak masalah asalkan jemaat dibawa ke sorga. Tidak masalah, berapa pun. Karena kemuliaan bersama Kristus, perubahan karakter seperti Kristus, keselamatan kekal di Kerajaan sorga itu tidak ternilai. Tetapi kalau hanya diajar bagaimana menikmati hadirat Tuhan dalam tanda kutip- tapi itu semu; hanya sorak-sorai nyanyian, tarian, suara hingar-bingar saat di gereja. Janji-janji berkat jasmani, kesembuhan, berkat berkelimpahan secara materi, tetapi tidak dibimbing kepada kebenaran di mana orang percaya diajar untuk hidup seperti Yesus hidup, itu kan penyesatan. Ini kan penipuan. Dan inilah penipuan yang terjadi. Saya mengatakan ini bukan karena saya sedang menyerang seseorang atau menyerang kelompok tertentu. Tidak!

Pikirkan saudaraku, bahwa Kristen itu menjadi seperti Kristus. Orang Kristen itu harus seperti Kristus yang mengosongkan diri meninggalkan kemuliaan sorga- kalau kita meninggalkan kemuliaan dunia ini. Kristen itu tidak terikat dengan kekayaan lagi. Harus melepaskan segala sesuatu untuk supaya layak menjadi murid Tuhan. Kristen itu berarti benar-benar tidak lagi mengingini apa pun kecuali Tuhan dan Kerajaan-Nya. Kebaktian-kebaktian kita di gereja itu hanya pertemuan bersama, bukanlah ibadah. Sedangkan ibadah kita yang sesungguhnya itu pada waktu kita menjalani hidup setiap hari, bagaimana kita menampilkan kehidupan Yesus dalam hidup kita. Sebab ketika kita menampilkan hidup Yesus dalam hidup kita; itulah ibadah, karena itulah yang menyenangkan hati Bapa di sorga. Penyembah-penyembah yang benar akan menyembah Allah dalam roh dan kebenaran, artinya; kita memperagakan hidup Tuhan Yesus Kristus dan itu menyenangkan hati Bapa di sorga dan itulah ibadah kita kepada Bapa di sorga. Kita menyenangkan hati Bapa di sorga itulah ibadah kita dan orang Kristen harus diarahkan kepada hal ini. Jangan hanya hingar-bingar, kita seru di gereja, ramai di gereja, heboh di gereja dan merasa bahwa apa yang dilakukan itu menyenangkan hati Tuhan Yesus, menyenangkan hati Bapa di sorga, seakan-akan itulah ibadah yang menyenangkan hati Bapa. Ini seperti seremonial ritual agama-agama suku yang kalau mengadakan seremonial itu menyenangkan hati dewa atau ilahnya. Ini sudah penyimpangan. Padahal yang menyenangkan hati Bapa di sorga adalah ibadah kita melalui seluruh perbuatan dan tindakan kita.

Saudaraku sekalian, kiranya kebenaran ini akan membuat saudara mengerti bahwa telah terjadi penyimpangan yang begitu parah di dalam banyak komunitas Kristen. Itu semua terjadi karena orang-orang yang tidak mengenal kebenaran. Orang-orang yang ketika secara materi diberkati. Maksud saya pendeta-pendeta yang dulunya tidak mampu, sekarang menjadi kaya karena berkat. Hanyut di dalam kekayaan sehingga teologi yang dia miliki, teologia kemakmuran yang bukan saja merusak bangunan imannya sendiri tapi juga merusak bangunan iman orang lain. Sekali lagi, saya tidak bermaksud melukai siapa pun. Saya hanya ingin kita semua kembali ke jalan Tuhan yang benar.

Solagracia.

https://overcast.fm/+IqOBAp7Lk