Dikuduskan oleh Firman tidak dapat dipisahkan dari dikuduskan oleh Roh. Firman Tuhan mengatakan : … yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa π kita, dan yang dikuduskan oleh Roh … (1Ptr. 1:2). Dalam ayat ini terdapat kalimat bahwa orang percaya juga dikuduskan oleh Roh.
Apa yang dimaksud dengan dikuduskan oleh Roh itu dan bagaimana proses dikuduskan oleh Roh tersebut? Menjawab pernyataan ini, kita π₯ harus memahami dan dapat membedakan pengertian Firman dalam arti Logos dan Rhema. Pada waktu seseorang mendengar Firman Tuhan, cara berpikirnya diubah dengan pengajaran yang diajarkan secara penalaran atau kognitif.
Dalam hal ini Firman (Logos) menjadi pengertian di dalam pikirannya.
Logos adalah Firman yang dipahami di dalam pikiran melalui pengajaran yang didengar. Misalnya seseorang mendengar Firman (secara Logos): Kasihilah musuhmu.
Ini bukan berarti seseorang sudah bisa mengasihi musuh. Pengertiannya mengenai mengasihi musuh belum tentu dapat diperagakan atau dilakukan.
Untuk itu seseorang π€ harus mengalami secara konkret atau riil bagaimana menghadapi orang yang memusuhinya.
Pada waktu dalam pergumulan dimusuhi tersebut, Roh Kudus akan mengingatkan perkataan Tuhan π
Di sini Firman (Logos) yang sudah dipahami secara akal pikiran diterjemahkan secara konkret dalam kenyataan hidup. Roh Kudus akan berbicara kepada orang tersebut.
Perkataan Tuhan inilah yang disebut sebagai Rhema.
Rhema inilah yang membangun karakter secara signifikan.
Tanpa Rhema orang percaya π₯ tidak mungkin mengalami pertumbuhan yang nyata.
Pengalaman hidup yang melahirkan Rhema dapat menggores hati nurani dalam membangun karakter Allah π atau kodrat Ilahi.
Dalam kasus-kasus tertentu dan untuk orang-orang tertentu, yaitu bagi mereka yang mengasihi Tuhan, Tuhan memroses karakter melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan (Rm. 8:28).
Peristiwa-peristiwa tersebut, baik yang dilihat, didengar dan yang dialami. Semua ini dilakukan oleh Tuhan π, khususnya untuk mereka yang merasa perlu dan sungguh-sungguh bersedia menerima didikan dari Allah (Ibr. 12:7-9). Tidak ada pendewasaan tanpa pengalaman dalam kehidupan nyata setiap hari.
Memang proses tersebut tidak menyenangkan, bahkan tidak jarang yang menyakitkan, tetapi Tuhan π melalui segala pengalaman-pengalaman riil tersebut hendak membersihkan karakter dosa kita. Dalam hal ini Bapa mendidik kita melalui Roh-Nya. Inilah yang dimaksud dikuduskan oleh Roh Allah.
Jadi, dikuduskan oleh Roh bukan sesuatu yang bersifat mistis, ajaib atau spektakuler, tetapi proses yang natural melalui atau di dalam peristiwa yang terjadi setiap hari. Itulah sebabnya Firman Tuhan mengatakan bahwa berkat-Nya selalu baru setiap hari. Berkat yang pasti baru adalah pembentukan karakter kita untuk menjadi serupa dengan Yesus.
Oleh pekerjaan atau pimpinan Roh, seseorang dimungkinkan untuk memiliki ketaatan kepada Bapa π
Jadi, bukan dengan kuat dan gagah seseorang dapat melakukan atau mencapai kesucian seperti yang dikehendaki oleh Allah, tetapi oleh Roh Allah yang menolong orang percaya.
Roh Allah adalah fasilitas keselamatan yang disediakan guna membawa orang percaya π₯ kepada kesempurnaan Allah.
Dalam hal ini Allah Bapa menggarap setiap individu melalui pengalaman hidup secara konkret. Allah menggunakan semua peristiwa kehidupan yang dilihat, didengar dan yang dialami untuk pendewasaan rohani guna mencapai kesempurnaan seperti Bapa atau serupa dengan Yesus.
Ini adalah bagian dari kuasa (Yun. exousia) yang diberikan kepada mereka yang menerima Yesus, supaya menjadi anak-anak Allah.
Menjadi anak-anak Allah artinya berkeberadaan seperti Bapa sendiri.
Dalam hal tersebut, orang percaya π₯ harus jeli dan teliti memerhatikan setiap peristiwa kehidupan yang dialaminya setiap hari.
Setiap peristiwa kehidupan baik yang didengar, dilihat dan dialami merupakan sarana Tuhan π untuk mengubah hidup orang percaya.
Hal ini merupakan proses keselamatan yang sangat penting.
Respon atau reaksi orang percaya terhadap setiap peristiwa dalam kehidupan ini menentukan pertumbuhan iman seseorang.
Tetapi masalahnya adalah bagaimana seseorang dapat meresponi setiap peristiwa kehidupan yang dialami kalau ia tidak mampu menangkap maksud Tuhan π di balik peristiwa tersebut? Di sini peran penting Injil yang mencerdaskan seseorang untuk dapat mengerti apa yang dikehendaki oleh Allah melalui atau di dalam setiap peristiwa kehidupan yang dialami orang percaya.
JBU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar