Hati nurani sebenarnya seperti sebuah mahkamah atau semacam institusi dalam diri manusia 👥, yang berkemampuan kuat dan permanen untuk memutuskan apa yang baik dan buruk.
Jika hati nurani terwarnai baik, setiap keputusan dan pilihannya baik pula, maka perilakunya baik.
Tetapi sebaliknya, kalau hati nuraninya terwarnai buruk, maka kelakuannya juga buruk sebab keputusan dan pilihannya salah.
Hati nurani di sini sebenarnya juga merupakan mindset atau cara berpikir.
Bila aktivitas berpikir terdapat pada jiwa, tetapi cara berpikir atau kemampuan bertindak mengambil keputusan terdapat pada nuraninya.
Firman Tuhan 💗 mengatakan agar orang percaya memiliki pikiran dan perasaan Kristus (Flp. 2:5-7). Dalam teks aslinya adalah phroneite (φρονεῖτε) dari akar kata phroneo (φρονέω), yang artinya berpikir, membentuk opini dan menghakimi.
Hal ini menunjuk kepada aktivitas hati nurani.
Kata phroneo bertalian dengan cara berpikir (mindset).
Dalam terjemahan bahasa Inggris ada yang menerjemahkan attitude (sikap).
Tentu saja sikap menunjuk kepada keadaan batiniah atau hati nurani seseorang.
Bagi anak manusia yang masih kanak-kanak, mereka masih belum memiliki prinsip-prinsip yang kokoh, sebab hati nuraninya belum memiliki warna yang jelas sebab belum banyak masukan.
Hati nurani mereka 👥belum memiliki kemampuan yang kuat dan permanen untuk mengambil keputusan dan pilihan.
Tetapi ketika sudah dewasa, maka terbangun prinsip-prinsip hidup yang kuat sesuai dengan masukan (input) yang diterima.
Semakin tua, semakin kokoh prinsip-prinsip hidupnya.
Oleh sebab itu betapa besar peran orang tua dan lingkungan yang membangun mindset seorang anak manusia sejak dini agar hati nurani mereka terwarnai dengan lukisan atau goresan yang baik.
Nurani ini terdapat pada roh manusia yang dalam bahasa Ibrani adalah “neshamah”.
Untuk menunjuk kesadaran manusia, kata roh tidak diterjemahkan ruakh, tetapi neshamah.
Neshamah lebih menunjuk kepada unsur kesadaran, bukan unsur kehidupan. Kalau Firman Tuhan 💗 mengatakan bahwa roh manusia adalah pelita Tuhan yang menyelidiki seluruh lubuk hatinya (Ams. 20:27).
Kata roh dalam ayat ini menggunakan kata neshamah, bukan ruakh. Neshamah inilah yang bersifat kekal.
Hasil akhir dari seluruh perjalanan hidup seseorang ada di neshamah-nya.
Neshamah manusia inilah yang akan diperhadapkan kepada pengadilan atau penghakiman Allah 💗, sebab di dalam neshamah manusia terdapat hati nurani.
Dalam Roma 2:16 tertulis: Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus.
Pada hari penghakiman yang dihakimi adalah sesuatu yang tersembunyi dalam diri manusia.
Dalam Alkitab 📚 terjemahan bahasa Indonesia diterjemahkan “hati manusia” (Rm. 2:16), tetapi dalam teks aslinya adalah krupta ton anthropon (κρυπτὰ τῶν ἀνθρώπων), yang artinya sesuatu yang tersembunyi di hati manusia.
Sesuatu yang tersembunyi di hati manusia adalah keadaan hati nurani.
Jadi, hati nurani adalah hasil akhir dari seluruh perjalanan pengembaraan hidup manusia.
Selanjutnya apa yang dimaksud dengan “sesuai dengan Injil yang kuberitakan”? Kalau kita memerhatikan dengan teliti, kalimat tersebut disambung dengan kalimat: “akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia”. Maksud kalimat “oleh karena Injil (kabar baik)” adalah bahwa oleh karena Tuhan Yesus memikul dosa manusia, maka penghakiman Allah dapat terselenggara. Kalau Tuhan Yesus tidak memikul semua dosa manusia, maka tidak ada penghakiman lagi, semua manusia tanpa mempertimbangkan hati nuraninya dan semua perilakunya, pasti masuk neraka.
Dengan adanya darah Yesus yang ditumpahkan, maka ada penghakiman.
Jadi, kalimat “sesuai dengan Injil yang kuberitakan” menunjukkan betapa hebat peran darah Yesus yang ditumpahkan untuk mengangkat semua dosa manusia 👥
Oleh karena penumpahan darah Tuhan Yesus, maka ada keselamatan bagi orang percaya dan keselamatan bagi orang di luar Kristen.
Bukan keselamatan di luar Kristus, karena tidak ada keselamatan di luar Kristus.
Tentu bagi orang non-Kristen, keselamatannya hanyalah diperkenan masuk dunia yang akan datang sebagai anggota masyarakat; yaitu mereka yang mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri.
Tapi tentu saja ini berlaku bagi mereka yang tidak memusuhi Tuhan Yesus.
Sedangkan bagi mereka yang memusuhi Tuhan Yesus, sebaik apa pun orang itu, ia tetap binasa. Adapun keselamatan bagi orang percaya adalah dikembalikannya manusia ke rancangan Allah semula.
Jika proyek keselamatan berlangsung atas orang percaya, maka mereka diperkenan menerima kemuliaan bersama-sama dengan Tuhan Yesus 💗
Dalam hal ini ada dua jenis keselamatan yang berbeda.
JBU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar