Sabtu, 27 Januari 2018

RH Truth Daily Enlightenment “HUKUM TERTULIS DI DALAM NURANI”  28 Januari 2018

Meneguhkan kebenaran bahwa orang-orang di luar bangsa Yahudi dan di luar orang Kristen juga memiliki hukum di dalam nurani mereka, ditulis Paulus dalam Roma 2:14-15 yang berbunyi : Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri.

Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka 👥 turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela. Siapa yang dimaksud bangsa-bangsa lain? Harus dimengerti bahwa yang dimaksud dengan “bangsa-bangsa lain” adalah mereka yang bukan bangsa Israel, tetapi juga bukan orang Kristen.

Kalau orang percaya kepada Tuhan Yesus 💗 lebih sering disebut sebagai “orang percaya, anak-anak Allah, umat-Ku, umat pilihan”.
Kalimat bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dimaksudkan bahwa mereka (bangsa-bangsa lain) mengenal hukum Taurat dari warisan hukum yang diturunkan oleh nenek moyang mereka. Hukum Taurat maksudnya adalah hukum moral yang termuat dalam Dekalog, khususnya dari hukum ke-5 sampai ke-10, yaitu hukum yang mengatur hubungan antar umat.

Dalam hal ini harus dipahami bahwa Taurat yang tertulis di dalam hati mereka, mereka peroleh dari hasil interaksi dengan lingkungan, yaitu dari apa yang mereka dengar dan apa yang mereka lihat serta dari segala pengalaman yang indera alami.
Kata hati dalam teks ini adalah kardia (καρδία), yang menunjuk kepada komponen jiwa manusia 👥
Di dalam jiwa juga terdapat pikiran dan perasaan.

Sejatinya pikiran dan perasaan tidak dapat dipisahkan, sebab apa yang dirasakan seseorang juga bertalian dengan pertimbangan nalar atau pikirannya.
Kata kardia sama dengan kata leb dalam bahasa Ibrani, yang selain menunjuk perasaan juga menunjukkan aktivitas pikiran.

Sebenarnya hati dan rasio atau pikiran merupakan komponen dalam diri manusia yang tidak terpisahkan.
Keadaan hati manusia 👥 tergantung dari masukan, yaitu segala sesuatu yang didengar dan dilihatnya serta semua pengalaman hidup.
Jadi kardia juga menunjuk pada kesadaran manusia, yaitu pada jiwa, yang merupakan hasil atau buah interaksinya dengan lingkungan melalui jendela jiwanya, yaitu panca inderanya.

 Kardia adalah wilayah jiwa di mana semua yang ditangkap oleh indera masuk ke dalamnya. Dalam jiwa membangun ‘sirkuit’ yang selanjutnya mewarnai nurani.
 Sesuatu yang paling banyak masuk dalam jiwa dan diakui sebagai bisa diterima akan dominan mewarnai nurani.
Dalam hal ini diterima atau tidaknya sesuatu yang masuk dalam jiwa tergantung oleh konsep yang sudah masuk dalam jiwa dan nuraninya terdahulu.

Bangsa-bangsa di luar Israel bisa memiliki ‘Taurat’ di hati mereka tentu bukan secara mistis, artinya : di luar kesadaran seseorang secara ajaib muncul pengertian mengenai norma-norma yang mirip dengan Taurat.
Tetapi proses penulisan Taurat di hati mereka melalui penerusan warisan secara estafet yang berlangsung dari generasi ke generasi.
Tentu saja semua berawal dari nenek moyang yang satu, yaitu Adam dan Hawa, yang mengajarkan moral kepada anak-anaknya.

Anak-anak Adam mengajarkan kepada generasi berikut dan seterusnya. Dari proses ini maka hukum Taurat tertulis di hati mereka atau di jiwa mereka atau di dalam kesadaran mereka. Hal ini berlangsung atau terjadi melalui proses pendidikan atau mentoring dari satu generasi ke generasi berikut.
Selanjutnya, dalam Roma 2:15: tertulis “suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela”.

Kalimat “suara hati” dalam teks aslinya adalah suneidesis (συνείδησις). Kata lain dari suara hati adalah hati nurani atau nurani.
Suneidesis ini merupakan institusi dalam diri manusia 👥 hasil atau akibat dari apa yang paling dominan mengisi jiwanya. Dengan kalimat lain suneidesis adalah ekstraksi dari apa yang ada pada jiwa; yang paling banyak mengisi jiwa itulah yang mewarnai hati nuraninya.
Hati nurani inilah inti kehidupan moral seseorang.

Bagaimana kualitas hidup seseorang tergantung dari keadaan hati nuraninya. Hati nurani seseorang tergantung dari apa yang diterima oleh jiwa melalui jendela jiwa, yaitu indera fisik manusia 👥 terutama mata dan telinganya. Penghakiman Tuhan nanti ditentukan oleh keadaan hati nurani seseorang.

JBU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar