Sabtu, 13 Januari 2018

RH Truth Daily Enlightenment “PENGUDUSAN”  14 Januari 2018

Dalam Roma 1:7 tertulis, Kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah πŸ’—, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus: Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus.

Kalimat penting dalam ayat ini adalah “dijadikan orang-orang Kudus”. Kalimat ini kalau dipahami keliru, maka kekeliruan tersebut berdampak fatal bagi proses keselamatan yang seharusnya berlangsung dalam kehidupan orang percaya
Oleh sebab itu, kita πŸ‘₯harus memahami dengan tepat benar hal pengudusan di dalam Tuhan.

Terkait dengan hal ini, hendaknya kita tidak terbelenggu oleh pandangan yang sudah ada.
Pandangan mengenai pengudusan yang sudah mengakar dalam doktrin gereja πŸ’’ yang diakui sebagai kebenaran yang sejajar dengan Alkitab selama ini.

 Kita harus memperkarakan ini di hadapan Tuhan, agar kita menemukan makna ayat tersebut sesuai dengan pikiran Tuhan πŸ’—
Pelajaran yang sangat penting dalam kehidupan Kekristenan adalah hal pengudusan.
Kesalahan memahami hal pengudusan ini memengaruhi kualitas hidup orang percaya.

Dipanggil dan dijadikan orang kudus yang ditulis oleh Paulus ini bukanlah proses otomatis.
 Kata “dijadikan” dalam Roma 1:7 mengesankan manusia pasif dan hanya Allah yang aktif.
 Harus dipahami dengan benar bahwa manusia πŸ‘₯ adalah makhluk bebas yang harus meresponi anugerah.

Manusia bukanlah robot yang keadaannya ditentukan atau digariskan oleh takdir.
Pengajaran takdir adalah pengajaran yang bertentangan dengan Alkitab πŸ“š, serapan dari teologi atau pengajaran di luar Alkitab.
Selama ini banyak orang berpikir bahwa disucikan atau dikuduskan adalah seperti sebuah bidang yang dibersihkan dengan sesuatu.
Ini adalah pemahaman yang salah.

Harus kita pahami bahwa konsep pengudusan yang disamakan dengan pembersihan suatu bidang atau benda adalah konsep yang tidak tepat benar. Sejatinya, pengudusan berarti tindakan dari Allah πŸ’— oleh korban salib Kristus untuk menempatkan manusia pada status baru.

Pengudusan mengubah keadaan, dari manusia sebagai pribadi yang berstatus sebagai orang bersalah menjadi orang πŸ‘₯ yang dianggap tidak bersalah.
Proses ini paralel dengan penebusan.
Penebusan tersebut menempatkan manusia sebagai “dimiliki oleh Tuhan” untuk menjadi hamba Tuhan.

Tetapi ini bukan berarti keadaan batiniah atau karakter manusia sudah berubah dengan sendirinya.
Kalau pengampunan dosa berpusat atau menekankan pada keadaan manusia πŸ‘₯ (yaitu kesalahan yang ditandai dengan bercak-bercak dosa), maka itu bukan pengampunan yang theocentris (berpusat pada Allah), tetapi anthropocentris (berpusat pada manusia).

Konsep seperti ini ada di dalam banyak agama pada umumnya. Pengampunan harus berpusat pada Allah πŸ’— (theocentris), yaitu menekankan atau terfokus pada perasaan Tuhan yang telah dikhianati manusia. Oleh pengorbanan Tuhan Yesus murka Allah atas manusia diredakan tuntas. Di sini manusia mengalami pengudusan.

Tetapi pengudusan ini barulah pengudusan secara pasif.
Pengudusan oleh darah Tuhan Yesus atas πŸ’— hidup kita hendaknya tidak dibayangkan seakan-akan setelah menerima pengudusan dalam hati kita, maka tidak ada lagi bercak-bercak hitam dosa sebab darah Tuhan Yesus membersihkannya, lalu merasa sudah suci.

Jika dikuduskan oleh darah Tuhan Yesus atas semua perbuatan salah, diartikan bahwa seseorang sudah berkeadaan berkenan kepada Tuhan. Hal ini membuat banyak orang Kristen πŸ‘₯ tidak berusaha untuk bertumbuh secara proporsional.

Harus dipahami bahwa darah Tuhan Yesus πŸ’— tidak otomatis dapat mengubah natur atau kodrat dosa.
Penyucian atau pengudusan secara pasif ini tidak membuat kodrat dosa seseorang seketika berubah menjadi kodrat Ilahi.
Pengudusan atau penyucian oleh darah Tuhan Yesus (yang membuat status orang berdosa berubah) barulah pengudusan secara pasif.

Kita sebagai orang-orang yang ditebus, dibenarkan dan memperoleh pengampunan dosa bersikap pasif.
Semua dikerjakan oleh Tuhan Yesus πŸ’— tanpa peran dan jasa kita sama sekali.
Dengan pengertian ini, maka tidak seorang pun dapat membanggakan diri bahwa dirinya kudus atau suci oleh karena usahanya.

Sebab pengudusan oleh darah Tuhan Yesus adalah pengudusan sepihak yang Allah lakukan tanpa peran manusia sama sekali.
Inilah yang dimaksud bahwa keselamatan manusia bukan usaha manusia atau bukan karena perbuatan baiknya, tetapi karena anugerah Allah πŸ’— semata-mata.
Tetapi setelah ditebus dan menerima pengudusan secara pasif, orang percaya harus berjuang untuk berkeadaan benar-benar kudus. Bukan hanya dibenarkan atau dianggap benar, tetapi berkeadaan benar-benar benar.


JBU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar