Dalam Roma 2 terdapat tulisan Paulus yang kuat sekali membahas mengenai fakta adanya penghakiman Allah yang akan berlangsung atau terjadi atas semua orang. Dalam Roma 2:2-3 tertulis: Tetapi kita tahu, bahwa hukuman Allah 💗berlangsung secara jujur atas mereka yang berbuat demikian.
Dan engkau, hai manusia, engkau yang menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri melakukannya juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah? Ayat-ayat ini jelas mengindikasikan bahwa setiap orang akan dihakimi oleh Tuhan 💗, oleh sebab itu kita tidak berhak menghakimi sesama kita.
Perlu kita memerhatikan kalimat “berbuat demikian” dalam Roma 2:2-3. Kalimat “berbuat demikian” menunjuk pada ayat sebelumnya, Roma 1:18-32, yaitu orang-orang 👥 yang hidup dalam kefasikan dan kelaliman manusia.
Kefasikan dan kelaliman pasti mendapat ganjaran yang setimpal. Dalam Roma 2:2-3 ini Paulus juga menunjuk bahwa orang-orang yang menghakimi sesamanya, ternyata mereka juga termasuk orang yang “berbuat hal yang sama”.
Hal ini juga ditunjukkan oleh Paulus dalam Roma 2:1-5, khususnya ayat 1 dan 3: Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama… Dan engkau, hai manusia, engkau yang menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri melakukannya juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah?
Mereka yang menghakimi sesamanya tersebut sangat besar kemungkinan adalah orang-orang yang telah memiliki hukum dan kemungkinan juga mengenal Allah 💗
Tentu mereka yang memiliki hukum dan mengenal Allah adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen.
Mereka dapat menghakimi sesama, sebab mereka memiliki hukum sebagai dasar penghakiman tersebut.
Seperti yang telah dibahas dalam pembahasan terdahulu bahwa orientasi tulisan Paulus dalam Roma 1 dan 2, pertama mengenai orang Yahudi mewakili umat pilihan secara darah dan daging; kedua mengenai orang Yunani yang mewakili bangsa di luar bangsa Yahudi.
Orang Kristen sebagai pihak ketiga yang tentu termasuk penerima surat Roma harus memerhatikan kebenaran tulisan Paulus.
Dalam Roma 2:4-5 tertulis: Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah 💗yang adil akan dinyatakan.
Ayat ini menunjukkan fakta adanya orang-orang 👥yang memiliki hukum dan mengenal Allah, tapi tidak hidup sesuai dengan hukum dan tidak bertobat dari kejahatan mereka. Tetapi sementara itu mereka menghakimi sesamanya.
Hal seperti ini sudah biasa terjadi atas orang-orang beragama, juga terjadi atas orang Kristen.
Bila kita membaca kitab Roma, kita temukan pernyataan bahwa adanya kemungkinan orang-orang Kristen yang ditolak oleh Allah 💗 karena kekerasan hati mereka yang tidak bertobat artinya berbuat kejahatan seperti orang yang tidak mengenal Allah (Rm. 11:21-22).
Walaupun umat pilihan Allah (bangsa Israel dan orang Kristen) memiliki atau mengenal hukum dan mengenal Allah, tetapi kalau mereka melakukan kefasikan dan kelaliman, mereka juga akan dihukum oleh Allah.
Hal ini mengingatkan kita kepada orang-orang yang mengaku Tuhan Yesus 💗 adalah Tuhan tetapi tidak melakukan kehendak Bapa, dan sebaliknya berbuat kejahatan, dengan tegas Tuhan Yesus menolak mereka dan mereka tidak diperkenan masuk Kerajaan Surga (Mat. 7:21-23).
Dalam hal ini bukan jaminan bahwa orang yang berseru kepada Tuhan Yesus 💗 sebagai Tuhan akan masuk Kerajaan Surga, tetapi hanya orang yang melakukan kehendak Bapa yang akan masuk Kerajaan Surga.
Apakah tulisan Matius 7:21-23 di atas tidak bertentangan dengan prinsip ‘solagratia’? Tentu tidak.
Keselamatan dapat diperoleh bukan karena berbuat baik.
Perbuatan baik tidak membuat dosa manusia dapat terhapus.
Hanya darah Yesus yang dapat menghapus dosa dunia; hukuman atas kesalahan yang telah dilakukan.
Tetapi darah Yesus 💗 tidak dapat menghapus kejahatan dalam diri manusia.
Orang percaya harus dikuduskan oleh Firman dan Roh Kudus.
Itulah sebabnya setelah mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka orang percaya harus belajar melakukan kehendak Bapa.
Jika tidak, maka akan ditolak juga.
JBU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar