Jumat, 19 Januari 2018

RH Truth Daily Enlightenment “DE JURE DAN DE FACTO”  19 Januari 2018

[04:41, 1/19/2018] Afung Xiaomi Telkomsel: Memercayai Tuhan Yesus berarti menuruti kehendak-Nya.
Iman merupakan penyerahan diri sepenuh kepada seluruh kehendak Tuhan secara mutlak sepanjang hidup sampai kekekalan.
 Hal ini sesuai dengan pengertian iman dalam bahasa Alkitab πŸ“š, yaitu aman (Ibrani) dan pisteuo (Yunani), yang artinya menyerahkan diri secara tetap atau teguh atau berkesinambungan kepada sesuatu atau seseorang.

Oleh sebab itu seseorang tidak akan dapat meningkatkan kualitas imannya kepada Tuhan πŸ’— tanpa bertumbuh dalam kebenaran yang termuat di dalam Injil.
Untuk mewujudkan apa yang diajarkan Injil, seseorang harus masuk ke dalam kebenaran Tuhan sepenuh hati dan segenap hidup dengan segala pengorbanannya. Dalam hal ini kita mengerti mengapa Tuhan Yesus berkata: ”Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku” (Luk. 14:33).

Perjalanan hidup Kekristenan kita πŸ‘₯ haruslah sebuah perjalanan untuk mewujudkan apa yang diajarkan dalam kebenaran Injil.
Mewujudkan apa yang diajarkan dalam kebenaran Injil pada dasarnya adalah mengenakan kehidupan yang dikenakan oleh Tuhan Yesus.

Pada kenyataannya dalam sejarah gereja πŸ’’, tokoh-tokoh iman yang terpilih sebagai sahabat Tuhan mempertaruhkan seluruh hidupnya untuk menerima panggilan berjalan dengan Tuhan. Ketika mereka masih hidup di bumi ini, pasti mereka dianggap konyol oleh orang-orang sezamannya.

 Tetapi sekarang, setelah ribuan tahun peristiwa itu berlalu, kita dapat menemukan betapa beruntungnya mereka bisa berjalan dengan Tuhan. Terlebih lagi, ketika mereka ada di dalam Kerajaan Tuhan Yesus πŸ’—, mereka adalah orang-orang yang sangat beruntung.
Dengan meneladani cara hidup Abraham, yaitu ketaatan kepada semua kehendak Allah, maka dalam kehidupan umat Perjanjian Baru hal itu harus diterjemahkan dalam bentuk memahami Injil dan mengenakan gaya hidup Tuhan Yesus oleh tuntunan Injil.

Dengan begitu barulah seseorang dapat dibenarkan.
 Itulah sebabnya setelah seseorang memiliki iman persetujuan pikiran (pengaminan akali) dan berlanjut pada kesediaan hidup dalam tuntunan Roh guna hidup seperti Tuhan Yesus πŸ’—, maka hasilnya orang seperti itu dapat dikatakan sebagai “benar” di mata Allah. Dalam hal ini orang benar tidak hidup oleh hukum Taurat, tetapi oleh iman.

 Perlu dipahami bahwa kalimat : Orang benar hidup oleh iman, adalah kalimat dalam ayat yang diambil dari Habakuk 2:4. Selanjutnya kalau kita memerhatikan pasal-pasal berikut dalam kitab Roma, ternyata dibenarkan oleh iman menunjuk pada kehidupan Abraham, bukan sejarah hidup Habakuk. Seseorang tidak dapat dikatakan sebagai dibenarkan oleh iman kalau tidak memiliki penurutan terhadap kehendak Allah, seperti yang diperagakan oleh Abraham.

Dengan demikian, dua ayat dalam Roma 1:16-17 tersebut bisa mengacaukan pikiran kalau tidak dipahami secara komprehensif. Sebab bisa timbul pertanyaan: sebenarnya yang menyelamatkan orang percaya itu korban Kristus, iman atau Injil? Menjawab pertanyaan ini perlu dibedah secara cerdas dan teliti.

Pertama, bahwa korban Kristus di kayu salib adalah satu-satu jalan yang dapat menempatkan manusia pada posisi yang baru. Korban Tuhan Yesus πŸ’— mengangkat semua dosa manusia.
Oleh korban Tuhan Yesus maka semua dosa yang dilakukan oleh manusia sejak zaman Adam sampai manusia terakhir, dipikul-Nya atau dihapus-Nya (Yoh. 1:29). Kata “menghapus” dalam teks aslinya di ayat tersebut adalah memikul atau mengangkat (Yun. airo, αἴρω).

Apakah dengan hal ini berarti semua orang secara otomatis masuk surga? Pandangan universalisme mengatakan bahwa pada akhirnya semua orang πŸ‘₯ akan masuk surga.
 Pandangan itu sesat.
Kita harus menentang keras faham universalisme.

Korban Kristus tidak secara otomatis membuat orang masuk surga. Oleh korban Tuhan Yesus πŸ’— tersebut maka penghakiman dapat dilakukan. Bagi mereka yang menerima Injil, harus masuk dalam proses pendewasaan atau penyempurnaan dengan hidup dalam percaya yang benar.

Percaya artinya penyerahan sepenuh kepada obyek yang dipercayai.
Hal ini bukan sesuatu yang mudah.
Tetapi perjuangan yang membuat kita mempertaruhkan segenap hidup kita tanpa batas. Dalam hal ini percaya kepada Tuhan Yesus berarti kehilangan segala sesuatu untuk memiliki Kristus (Flp. 3:7-9).

Seseorang tidak akan dapat dimiliki Kristus πŸ’—kalau masih memiliki dirinya sendiri.
Penebusan membuat seseorang secara hukum (de jure) dimiliki Kristus. Oleh sebab itu kalau seseorang dimiliki Kristus tidak boleh lagi hidup secara sembarangan. Ia harus mewujudkan dirinya menjadi milik Kristus dalam seluruh perilakunya (de facto).
Hal ini sama dengan maksud tatanan dalam kehidupan umat yang telah ditebus, bahwa orang yang tidak memiliki karakter Kristus, tidak mungkin dimiliki oleh Tuhan Yesus Kristus.

JBU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar