Dalam memahami kata iman dengan tepat menurut Alkitab π, perlu diperhatikan bukan saja aspek kepercayaan secara pikiran atau persetujuan secara pikiran ini disebut pula keyakinan akali atau pengaminan akali, tetapi juga aspek hubungan antara umat dan Tuhan dan kesediaannya dituntun Roh Kudus untuk memiliki kehidupan seperti Tuhan Yesus.
Dari pertumbuhan iman yang benar seseorang dapat memiliki karakter agung seperti Tuhan π, sehingga dapat mengimbangi Tuhan untuk hidup dalam persekutuan dengan Dia.
Jadi iman sangat bertalian dengan kualitas hubungan antara umat yang percaya dan Allah yang dipercayai.
Kalau iman hanya dikaitkan dengan keyakinan akali atau persetujuan pikiran, maka belumlah dapat mencakup pengertian iman secara lengkap.
Banyak orang π₯ merasa sudah beriman hanya karena percaya bahwa Tuhan itu ada. Kepercayaan seperti ini bukanlah iman yang benar, sebab kalau hanya kepercayaan berangkat dari persetujuan pikiran bahwa Allah itu ada, maka roh-roh jahat pun percaya dan gemetar (Yak. 2:19).
Artinya roh-roh jahat pun percaya bahwa Allah ada, bahkan ketakutan, namun roh-roh jahat tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan, bahkan roh-roh jahat memposisikan diri sebagai musuh. Dalam hal ini roh-roh jahat bukan pribadi yang bisa dikatakan beriman kepada Tuhan π, walau ia percaya Allah itu ada.
Sungguh ironis, banyak orang beragama yang sekualitas dengan roh-roh jahat tersebut. Mereka memercayai adanya Allah yang esa, tetapi tidak memiliki hormat yang pantas kepada-Nya. Lebih ironis lagi, mereka melakukan kegiatan peribadahan kepada Allah tanpa takut kepada Allah. Kalau roh-roh jahat bisa gemetar karena menyadari kedahsyatan Allah yang esa tersebut, tetapi manusia tidak menyadari kedahsyatan kekudusan-Nya.
Tidak heran kalau perbuatan manusia π₯ tidak kalah jahatnya dengan roh-roh jahat tersebut.
Di dalam Injil yang memuat kebenaran itulah manusia mengenal Allah, kebenaran tentang keberadaan Allah dan kehendak-Nya untuk dilakukan manusia. Iman kepada Tuhan tidak akan ada dalam diri manusia kalau manusia tidak mengenal Allah.
Pengenalan tentang keberadaan-Nya dan apa yang patut dilakukan manusia dapat diperoleh melalui Firman-Nya (Injil) secara berkesinambungan.Seirama dengan bertumbuhnya pengenalan akan Tuhan π dan melakukan Firman tersebut, bertumbuh pula kualitas iman seseorang. Jadi iman dapat ditemukan dalam diri seseorang, bukan pada bibirnya, tetapi perbuatannya.
Penerimaan dan keyakinan dengan mulut bahwa Yesus π adalah Tuhan dan Juruselamat barulah sebuah awal perjalanan hidup Kekristenan.
Ia baru percaya dengan mulut mengaku, tetapi hati belum percaya. Hati yang percaya dapat dibuktikan dalam perbuatan.
Iman atau percaya kepada Tuhan π dalam hati, harus diaplikasikan secara konkret dalam tindakan. Itulah sebabnya surat Yakobus menegaskan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati seperti tubuh tanpa roh (Yak. 2:17-26).
Untuk ini iman harus disempurnakan dalam perbuatan.
Selanjutnya dipersoalkan: Perbuatan yang bagaimanakah yang menunjukkan kehidupan iman tersebut?
Ketika Ibrani 11:1 berbicara mengenai iman yang didefinisikan sebagai berikut: Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita π₯ harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat; konteksnya di sini adalah mengenai panggilan untuk menemukan “kerajaan yang akan datang”, yaitu kota yang direncanakan dan dibangun oleh Allah sendiri. (Ibr 11:10).
Jadi “sesuatu” yang diharapkan, yang tidak terlihat tetapi buktinya iman adalah Kerajaan Surga.
Abraham menuruti kehendak Tuhan π untuk meninggalkan Urkasdim demi kerajaan yang dibangun oleh Allah tersebut (Ibr. 11:8-10, 13-16).
Abraham adalah Bapa orang beriman.
Apanya yang istimewa dari iman Abraham? Keistimewaan Dari iman Abraham adalah penyerahan dirinya kepada Tuhan π yang menunjukkan ketaatannya terhadap kehendakNya, walaupun untuk hal-hal yang sangat tidak masuk akal seperti meninggalkan Urkasdim untuk menemukan negeri yang dijanjikan Tuhan, menyembelih anak kandungnya sebagai korban bakaran dan lain sebagainya.
Dalam hal ini jelaslah bahwa iman adalah penurutan terhadap kehendak Allah.
Dalam Ibrani 12:3-4, Alkitab π mengungkap rahasia mengenai pengertian iman yang benar.
Penulis kitab Ibrani menunjukkan bahwa Tuhan Yesus adalah teladan iman, yang menuntun iman kita kepada kesempurnaan. Apanya yang harus diteladani dari kehidupan Tuhan Yesus sehingga iman kita menjadi sempurna? Yang harus diteladani dan dituruti adalah ketaatan tak bersyarat kepada Bapa.
Ketaatan yang tak bersyarat adalah ketaatan Tuhan Yesus π sampai mati di kayu salib.
Ini adalah penurutan yang sempurna terhadap kehendak Allah.
Inilah yang harus diteladani.
Jadi, orang yang beriman adalah orang yang bersedia mengikuti jejak kehidupan Tuhan Yesus.
JBU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar