Selasa, 24 September 2019

Renungan Harian 24 September 2019 PENGUDUSAN OLEH FIRMAN, ROH DAN DOA

     Pengudusan aktif adalah tanggung jawab setiap individu. Allah memberikan sarana untuk mengalami perubahan guna mencapai pengudusan Allah. Adapun apakah proses pengudusan itu berlangsung atau tidak, tergantung masing-masing individu. Salah satu sarana yang diberikan Tuhan untuk pengudusan orang percaya adalah firman Tuhan dalam arti Logos, yaitu firman yang dipahami dengan nalar. “Dikuduskan oleh firman” artinya dengan kuasa firman Tuhan yang dipahami, maka seseorang dapat didewasakan agar tidak lagi hidup dalam dosa, tetapi hidup sesuai dengan kehendak Allah.

     Dalam doa Tuhan Yesus kepada Allah Bapa di Yohanes 17, jelas sekali bahwa firman yang menguduskan, karena firman adalah kebenaran. Firman Tuhan menguduskan artinya firman Tuhan mengubah manusia dari karakter dosa (sinful nature) menjadi manusia yang mengenai kodrat Ilahi (divine nature) (Yoh. 17:14-17). Dalam Yohanes 8:31-32 Tuhan Yesus berkata, “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu”. Kemerdekaan ini adalah kemerdekaan dari dosa. Untuk ini seseorang harus tekun belajar kebenaran Firman Tuhan, sebab kalau seseorang tetap dalam firman barulah ia dapat dimerdekakan. Dimerdekakan oleh kebenaran maksudnya adalah dibebaskan dari kecenderungan berbuat dosa sampai tidak bisa berbuat dosa lagi. Inilah kesucian yang sejati; bukan tidak berbuat dosa saja tetapi tidak dapat atau tidak bisa berbuat dosa lagi.

     Dalam kasus-kasus tertentu dan untuk orang-orang tertentu (bagi mereka yang mengasihi Tuhan), Tuhan memroses pengudusan melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan (Rm. 8:28). Semua ini dilakukan oleh Tuhan, khususnya untuk mereka yang merasa perlu dan sungguh-sungguh bersedia menerima didikan atau pukulan dari Allah (Ibr. 12:7-9). Tidak ada pendewasaan tanpa pengalaman dalam kehidupan nyata setiap hari. Memang proses ini tidak menyenangkan, bahkan tidak jarang yang menyakitkan; tetapi Tuhan melalui segala pengalaman-pengalaman riil tersebut hendak membersihkan karakter dosa kita. Dalam hal ini Bapa mendidik kita melalui Roh-Nya. Inilah yang dimaksud dikuduskan oleh Roh Allah.

     Oleh pekerjaan atau pimpinan Roh, seseorang dimungkinkan untuk memiliki ketaatan kepada Bapa. Jadi bukan dengan kuat dan gagah seseorang, ia dapat melakukan atau mencapai kesucian seperti yang dikehendaki oleh Allah, tetapi oleh Roh Allah yang menolong orang percaya. Roh Allah adalah fasilitas keselamatan yang disediakan guna membawa orang percaya kepada kesempurnaan Allah.Dikuduskan oleh Roh berarti seseorang dipimpin oleh Roh setiap hari untuk bertumbuh dalam kesucian. Dalam teks asli Alkitab bahasa Yunani, kata “dipimpin” ada dua kata; pertama,ago (Yun. ἄγω). Kata ini terdapat di dalam dua ayat dalam tulisan Paulus. Pertama, dalam Roma 8:14, tertulis semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Kedua, Galatia 5:18 tertulis: Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. Kata “dipimpin oleh Roh” di sini menunjuk pada kehidupan seseorang yang menuruti apa yang dikehendaki oleh Allah.

     Firman Tuhan mengatakan: “… sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa” (1Tim. 4:5). Dari teks Alkitab ini ditunjukkan kepada kita bahwa pengudusan atas orang percaya juga melalui doa (1Tim. 4:5). Apa maksud pernyataan Paulus ini? Maksud pernyataan Paulus ini adalah bahwa melalui persekutuan yang tiada henti dengan Tuhan dalam doa pribadi, maka seseorang diarahkan untuk memiliki karakter Bapa. Dalam hal ini doa harus dipahami sebagai dialog atau hubungan interaksi terus menerus dengan Tuhan. Oleh sebab itu kalau Alkitab menyatakan bahwa kita harus berdoa dengan tiada berkeputusan atau tetap dalam doa, itu berarti bahwa kita harus terus menerus hidup dalam persekutuan dengan Bapa (1Tes. 5:17).

     Doa bukan sekadar permintaan. Dalam doa, seseorang menunjukkan isi relasinya dengan Tuhan. Doa menunjukkan bagaimana seseorang telah dan akan memiliki kepentingan dengan Tuhan, tentu kepentingan dua arah: kepentingan manusia terhadap Tuhan dan kepentingan Tuhan terhadap manusia. Walau sebenarnya Tuhan bisa tidak membutuhkan dan tidak berkepentingan dengan manusia, tetapi karena Tuhan menempatkan roh dari diri-Nya pada manusia (Kej. 2:7), maka Tuhan memiliki kepentingan terhadap manusia. Tuhan mengingini roh yang ditempatkan dalam diri manusia dengan cemburu (Yak. 4:5).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar