Lusifer yang jatuh, tidak akan terbukti bersalah sebelum ada pembuktiannya. Kalau kesalahan manusia dalam perilaku konkretnya dapat dibuktikan dengan Taurat, tetapi bagaimana dengan kesalahan Lusifer? Dalam pemberontakannya, ia ingin menyamai Allah. Dalam dirinya mulai muncul hasrat yang bertentangan dengan keinginan Allah. Kesalahan Lusifer berangkat dari dalam dirinya, sesuatu yang tidak bisa dibuktikan dengan hukum yang tertulis. Lusifer tidak menempatkan diri sebagai makhluk ciptaan yang tunduk di hadapan Allah. Untuk membuktikan kesalahannya, harus ada makhluk yang memiliki ketaatan dan penghormatan yang benar kepada Allah dan memiliki persekutuan dengan Dia secara benar. Makhluk yang memiliki ketaatan kepada Bapa itulah sebagaicorpus delicti. Dengan adanya corpus delicti akan membungkam Iblis sehingga tidak bisa mengelak, sebab Iblis terbukti melakukan suatu kesalahan. Inilah rule of the game (life)-nya.
Jelas sekali bahwa Lusifer -yang adalah makhluk ciptaan yang seharusnya dibawahi atau didominasi oleh Allah ini- mencoba untuk menolak hidup dalam kedaulatan dan kekuasaan Allah. Ia ingin berdaulat sendiri. Hal ini nampak dalam tulisan Yesaya, bahwa ia mau mendirikan takhtanya sendiri. Kata mendirikan (takhta) dalam teks aslinya adalah riwn (רוּם) yang lebih berarti menaikkan ke atas. Dalam bahasa Inggris, kata ini diterjemahkan exalt atau lift-up. Sikap menyamai Tuhan atau menempatkan diri sebagai Tuhan nampak dalam tulisan Yesaya 14:13-14, bahwa ia akan duduk di atas bukit pertemuan. “Bukit pertemuan” dalam teks aslinya adalah mowed (מוֹעֵד), yang dapat diterjemahkan sebagai appointed place atau sacredseason (tempat yang ditunjuk atau ditentukan dan waktu yang kudus). Kata yang sama ditemukan dalam 2 Tawarikh 8:13, yaitu kata mowadah (מוֹעָדָה). Kata ini menunjuk hari raya di mana bangsa Israel mengadakan hari raya bagi atau di hadapan Allah. Di sini Lusifer mau menduduki tempat yang diduduki oleh Allah.
Dikatakan juga bahwa Lusifer mau naik ke langit, artinya ia melanggar batas wilayah di mana ia ditempatkan. Kata “naik” dalam teks aslinya adalah alah (עָלָה). Kata alah ini juga memiliki pengertian mendaki. Langit yang didaki adalah shamayim (שָׁמַיִם). Timbul pertanyaan: Apakah Lusifer tidak di surga pada waktu itu? Tentu pada waktu itu ia di surga, tetapi harus dipahami bahwa surga pun memiliki tingkatan. Maksudnya naik ke langit adalah Lusifer menginginkan tempat atau kedudukan yang lebih tinggi. Lebih tinggi dari bintang-bintang Allah. Hal ini memberi kesan bahwa Lusifer tidak mau dibawahi, tetapi ia mau membawahi bintang tanpa harus ada di bawah kedaulatan siapa pun. Lusifer mau menjadi kepala pemerintahan. Itulah sebabnya ia ingin menaikkan takhtanya.
Kesalahan Iblis bukan kesalahan yang hanya menyangkut tindakan yang nampak, tetapi dari sikap hati yang ingin menyamai Allah. Dalam Alkitab kita tidak menemukan bentuk konkret pemberontakannya secara fisik. Pada dasarnya Lusifer tidak menempatkan diri sebagai ciptaan yang harus hidup dalam ketaatan kepada Allah secara mutlak dan total dari sikap batin sampai tindakan luarnya. Dengan tindakan hendak menyamai Tuhan tersebut, Lusifer bersikap tidak menghormati Allah. Sikap menghormati Allah bukan hanya terbukti dalam tindakan yang dapat dilihat, tetapi sikap hati pun memainkan peranan apakah seseorang menghormati Allah atau tidak. Walaupun hanya dalam bentuk keinginan seperti Lusifer ingin menyamai Yang Mahatinggi, keinginan tersebut sudah merupakan tindakan tidak menghormati Allah.
Manusia yang diciptakan ini diharapkan dapat menampilkan suatu kehidupan yang bersekutu dengan Bapa, taat, menghormati, memuliakan Allah, dan meninggikan Allah Bapa, serta mengabdi dan melayani-Nya secara pantas. Manusia harus menampilkan diri sebagai makhluk ciptaan yang berlaku benar sebagai ciptaan; diciptakan hanya untuk mengabdi dan melayani Penciptanya. Hal tersebut dapat menjadi bukti terhadap kesalahan Lusifer sehingga ia bisa dihukum. Inilah rule of the game-nya. Kalau ada pertanyaan: mengapa bukan malaikat lain yang tidak jatuh yang membuktikan kesalahan Lusifer, mengapa harus manusia sehingga Allah harus menciptakan makhluk ini? Jawabnya adalah bahwa Lusifer bukanlah malaikat, tetapi anak Allah yang diciptakan secara khusus untuk tugas-tugas istimewa seperti yang telah dijelaskan pada bab terdahulu (penjelasan secara lengkap dapat ditemukan dalam buku LUSIFER karya penulis). Iblis bukan hanya berbentuk roh yang melayani. Iblis memiliki keberadaan yang istimewa yang juga bisa berbentuk fisik. Itulah sebabnya Allah harus menciptakan anak-anak-Nya yang lain,yang memiliki keberadaan serupa (Yeh. 28:12-19).Ini merupakan tatanan Allah.
https://overcast.fm/+IqOAIX6cQ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar