Kamis, 05 September 2019

Renungan Harian 05 September 2019 TATANAN DIBENARKAN OLEH IMAN

     Alkitab berulang-ulang menyatakan bahwa orang benar dibenarkan oleh iman. Pernyataan ini penting sebab ini adalah inti dari iman Kristen. Berhubung ini hal yang sangat penting, maka orang percaya harus memahami apa yang dimaksud dengan iman itu. Dalam Alkitab kita banyak menemui kata “iman”. Bila diamati dengan teliti, maka paling tidak ada tiga jenis iman yang ditunjukkan Alkitab.

     Pertama, iman keyakinan. Iman yang bertalian dengan keyakinan atau harapan terhadap sesuatu yang bisa terjadi dan terwujud jika diyakini atau diharapkan dengan kuat. Pada dasarnya ini bukan iman yang dewasa. Jenis iman seperti ini ini disebut sebagai positive thinking dalam lingkungan sekuler dan psikologi. Iman keyakinan seperti tersebut di atas tidak atau belumlah iman yang menyelamatkan. Dibenarkan oleh iman, bukanlah iman seperti atau sejenis ini. Jadi, tidak cukup hanya meyakini keberadaan kuasa Allah. Biasanya iman seperti ini diadakan atau digunakan untuk mengeksploitasi Allah. Banyak jemaat diarahkan pada iman seperti ini dan mereka bangga apabila iman seperti itu melahirkan berbagai keajaiban-keajaiban, seakan-akan mereka telah mencapai kehidupan rohani yang puncak karena karya-karya tersebut.

     Kedua, iman persetujuan pikiran. Iman jenis ini bertalian dengan persetujuan pikiran yaitu menerima sesuatu sebagai suatu kebenaran atau kebaikan. Hal ini bisa juga dikatakan sebagai pengaminan akali. Iman seperti ini juga belumlah iman yang menyelamatkan. Iman adalah suatu tindakan. Jadi, kalau seseorang mengaku beriman tetapi tidak ada tindakan yang menunjukkan imannya, berarti ia pembohong (Yak. 2:17-18). Persetujuan pikiran memang merupakan menjadi langkah awal orang belajar mengenal Tuhan yang benar. Tanpa persetujuan pikiran, seseorang tidak bisa melangkah untuk belajar mengenal Tuhan. Banyak orang Kristen merasa bahwa mereka telah memiliki iman sebab mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, padahal pengakuan iman seperti itu barulah mengakui status Yesus, tetapi belum memercayai pribadi-Nya.

     Ketiga, iman keselamatan. Iman ini bukan hanya bertalian dengan keyakinan terhadap sesuatu atau bukan sekadar pengaminan akali atau persetujuan pikiran, tetapi berupa tindakan konkret. Inilah iman yang menyelamatkan itu. Dalam memahami kata “iman” dengan tepat menurut Alkitab, perlu diperhatikan bukan saja aspek kepercayaan secara pikiran atau persetujuan secara pikiran (keyakinan akali atau pengaminan akali), tetapi juga aspek hubungan antara umat dan Tuhan. Kalau iman hanya dikaitkan dengan keyakinan akali atau persetujuan pikiran (sesuai dengan pengertian kata itu sendiri secara etimologis), maka belumlah dapat mencakup pengertian iman secara lengkap. Inilah iman yang menyelamatkan.

     Iman ada dalam kehidupan seseorang, diawali oleh tindakan Tuhan memberikan sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk membangun relasinya dengan Penciptanya. Sesuatu yang dapat membangun hubungan dengan pencipta itu antara lain: Pertama, korban-Nya di atas kayu salib yang memulihkan hubungan Allah dan manusia yang terputus. Kedua, Firman-Nya yang membuka pikiran seseorang untuk mengenal keberadaan Tuhan (Rm. 10:17). Itulah sebabnya dikatakan bahwa iman datang dari pendengaran dan pendengaran oleh Firman Kristus (Rm. 10:17). Dua aspek ini harus dimiliki orang percaya. Dalam nalar memercayai karya salib di bukit Golgota dan memercayai Ketuhanan Yesus, aspek kedua memahami kebenaran Firman sehingga memiliki kepekaan terhadap Allah dan hidup dalam melakukan kehendak Allah. Terkait dengan hal ini, dapat dipahami mengapa Yakobus menyatakan bahwa iman tanpa perbuatan seperti tubuh tanpa roh. Iman adalah perbuatan, hanya aktivitas pikiran.

     Di dalam Firman-Nya itulah manusia mengenal Allah, kebenaran tentang keberadaan Allah dan kehendak-Nya untuk dilakukan manusia. Iman kepada Tuhan tidak akan ada dalam diri manusia kalau manusia tidak mengenal Allah. Pengenalan tentang keberadaan-Nya dan apa yang patut dilakukan manusia dapat diperoleh melalui Firman-Nya secara berkesinambungan. Seirama dengan bertumbuhnya pengenalan akan Tuhan dan melakukan Firman tersebut, bertumbuh pula kualitas iman seseorang. Jadi iman dapat ditemukan dalam diri seseorang melalui perbuatannya.

     Obyek iman kita pada prinsipnya bukan sejumlah keinginan atau cita-cita kita, melainkan pada pribadi Tuhan. Hal ini sesuai dengan pengertian iman dalam bahasa Alkitab yaitu aman (Ibrani) dan pisteuo (Yunani), yang berarti menyerahkan diri kepada sesuatu atau seseorang yang bersifat tetap atau teguh. Pembenaran bisa terjadi kalau seseorang memiliki iman. Kalau seseorang belum memiliki iman yang benar seperti yang dijelaskan di atas, bagaimana ia dapat dibenarkan? Dengan demikian pembenaran bukan satu hal yang sederhana, tetapi cukup rumit. Hal ini bertalian dengan pengertian iman yang benar. Karena hal iman cukup rumit, maka hal pembenaran oleh iman juga menjadi rumit.


https://overcast.fm/+IqODUI934

Tidak ada komentar:

Posting Komentar