Selasa, 24 September 2019

Jumat, 20 September 2019 TATANAN MENGENAI KESUCIAN

Orang percaya dituntut untuk hidup tidak bercacat cela (1Tes. 4:7). Kudus seperti Bapa (1Ptr. 1:13-17). Untuk ini Paulus berkata: Aku berusaha untuk berkenan kepada Allah(2Kor. 5:9). Pengertian dosa menurut umat Perjanjian Baru ini penting sekali bagi orang percaya, sebab inilah yang menjadi dasar hidup kita; bahwa Allah memanggil orang percaya bukan saja sekadar menjadi orang baik, tetapi untuk menjadi sempurna. Ukuran kesucian kita adalah Allah sendiri, yaitu hidup selalu sesuai dengan kehendak-Nya.

Kesanggupan untuk mengerti kehendak Allah sudah diberikan Tuhan kepada manusia sejak semula. Jadi, manusia yang sesuai rancangan Allah adalah manusia yang tidak membutuhkan hukum, peraturan, dan syariat, tetapi memiliki kesanggupan mengerti kehendak Tuhan apa yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna dan melakukannya. Dalam hal ini, hendaknya kita tidak memahami bahwa akibat terdahsyat kejatuhan manusia dalam dosa adalah manusia harus mati, menderita, sakit, dan masuk neraka. Memang semua itu merupakan tragedi yang sangat menyedihkan. Tetapi hal yang paling tragis adalah manusia tidak mampu mengerti kehendak Tuhan apa yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna, serta tidak melakukan kehendak Allah. Manusia telah hamartia atau meleset.

Sesungguhnya mengerti kehendak Tuhan bukan hanya mengerti hukum-hukum, tetapi memiliki kepekaan terhadap pikiran dan perasaan Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan mengutus Roh Kudus kepada orang percaya. Namun, kalau orang percaya tidak merespon karya Roh Kudus, maka Roh Kudus yang diutus Tuhan tidak berdaya guna menuntun orang tersebut mengerti kehendak Tuhan. Setiap orang percaya harus merespon Roh Kudus dengan kerinduan untuk mengerti kehendak Tuhan, dengan usaha terus-menerus menggali kekayaan Alkitab, selalu menyediakan diri bersekutu secara pribadi dengan Tuhan dalam doa dan berjuang untuk melakukan kehendak-Nya dalam tindakan konkret.

Dalam hal tersebut di atas, bahwa kehendak Tuhan tidak cukup diwakili oleh hukum-hukum dan peraturan-peraturan. Hukum dan peraturan sebanyak apa pun dan sejelas apa pun, tidak akan dapat memuat apa yang menjadi kehendak, isi pikiran, dan perasaan Tuhan secara utuh. Hukum dan peraturan tidak dapat menampung atau memuat kehendak Tuhan yang tak terbatas serta perasaan Tuhan yang tak terwakili oleh huruf. Tuhan memberikan Roh Kudus-Nya kepada manusia yang diperbaharui hati dan pikirannya sehingga manusia dapat mengerti kehendak Tuhan dan melakukannya dengan sempurna.

Jadi, melakukan hukum bukan tujuan bagi orang percaya dan umat pilihan yang menerima karunia Roh Kudus. Orang yang menerima karya keselamatan Allah dalam Yesus Kristus adalah orang-orang yang beradab, bermoral mulia, dan tidak mendatangkan bencana bagi sesama, tanpa dibayang-bayangi atau ditekan oleh hukum. Kebaikan moral Allah atau kesucian Tuhan dapat menjadi naturnya, menyatu dalam jiwanya. Inilah kesucian yang sejati. Allah menghendaki secara mutlak agar orang percaya memiliki kesucian seperti kesucian moral Allah. Dalam hal ini hukum bukanlah tujuan atau landasan moral orang percaya, tetapi kehendak Allah atau pikiran dan perasaan Allah sebagai hukum dan landasan moralnya.

Oleh sebab itu ketika menjadi Kristen ini kita sedang dibawa kepada proyek yang luar biasa ini, proyek di mana kita diajar untuk mengerti semua apa yang diajarkan Tuhan Yesus. Melalui kebenaran Injil, Tuhan bukan hanya mengajari hukum-hukum dan peraturan, tetapi mengubah hati oleh pimpinan Roh Kudus untuk bisa melakukan kehendak-Nya. Inilah kesucian itu. Hukum-hukum agama hanya memberi kesadaran yang baik dan jahat, yang haram dan halal, tetapi kebenaran Injil mencerdaskan roh manusia sehingga dapat mengerti kehendak Allah dengan sempurna sesuai dengan takaran atau bagiannya dan melakukannya.

Kesempatan untuk mencapai kesucian ini adalah anugerah yang tiada tara. Anugerah ini tidak dapat terbeli dengan uang. Oleh sebab itu, selagi masih ada kesempatan, kita harus menggunakan kesempatan untuk menerima penggarapan dari Tuhan. Setiap hari ketika kita harus bertumbuh menjadi pribadi yang mampu mengerti kehendak Tuhan, berpikir dan berperasaan seperti Kristus (Flp. 2:4-7). Kita harus selalu berpikir bahwa kesempatan untuk berubah akan segera lenyap dan kita kehilangan untuk selamanya. Perubahan-perubahan yang dengan sengaja diperjuangkan akan membangun suatu kepekaan sehingga seseorang benar-benar mengerti apa yang diingini-Nya; apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna. Inilah kesucian versi orang percaya.

Sola Gracia 🙏🏻


https://overcast.fm/+IqOCY-zE0

Tidak ada komentar:

Posting Komentar