Senin, 16 September 2019

Renungan Harian 14 September 2019 TATANAN ALLAH DALAM PENCIPTAAN MANUSIA

     Ternyata Allah menciptakan manusia bukan sekadar ingin memiliki makhluk yang segambar dengan diri-Nya, ditempatkan dalam sebuah taman untuk mengelolanya. Tentu tidak sesederhana itu. Ada rancangan atau agenda yang lebih besar dari hal tersebut. Ternyata manusia diciptakan untuk menggenapi rencana Bapa, yaitu mengalahkan Iblis dengan membuktikan bahwa ia bersalah (sebagai corpus delicti). Itulah sebabnya bahan dasar yang dimiliki manusia pada hakikatnya adalah dari dalam Allah sendiri, yaitu melalui hembusan nafas-Nya. Manusia diciptakan segambar dan serupa dengan diri-Nya sendiri. Sangat luar biasa. Hal itu dilakukan Bapa agar manusia bisa mengalahkan Lusifer yang jatuh tersebut. Disini manusia menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk mengakhiri sepak terjang Lusifer.

     Mandat untuk menaklukkan Lusifer jelas sekali tersirat pada mandat yang diberikan kepada manusia yang tertulis dalam Kejadian 1:28, “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” Dari penjelasan diatas ini, yang penting yang hendak dikemukakan adalah bahwa manusia harus menghadapi segala rintangan kehidupan. Bukan hanya yang material, tetapi juga yang non-material. Justru yang non-material inilah yang lebih berat, yaitu Lusifer dengan malaikat-malaikat yang jatuh (Yes. 14:12: Yeh. 28:18). Di bumi ini manusiaharus bisa mengalahkan atau menaklukkannya.

     Dalam perjalanan sejarah kehidupan, ternyata manusia gagal memenangkan pergumulan melawan Lusifer. Manusia malah mengikuti jejak atau jalan Lusifer, manusia juga ingin menjadi seperti Allah. Ada sebagian jejak Iblis yang ditularkan kepada manusia (Kej. 3). Hal inilah yang membuat manusia tidak bisa lagi mencapai kesucian Allah. Manusia telah kehilangan kemuliaan Allah. Manusia pertama gagal menggenapi rencana Allah.

     Untuk membuktikan kesalahanLusifer agar ia pantas dihukum, harus ada mahkluk yang diciptakan oleh Allah yang memiliki segambaran dengan Allah yang bisa hidup dalam persekutuan dengan Allah. Mahkluk yang diciptakan untuk membuktikan kesalahan Lusifer yang jatuh tersebut adalah manusia. Dengan demikian,sejatinya Adam di taman Eden bukan hanya dididik untuk bisa taat, tetapi bisa mencapai suatu persekutuan yang ideal dengan Allah untuk membuktikan bahwa Lusifer bersalah dan pantas dihukum.

     Kegagalan manusia pertama menyisakan persoalan, siapakah yang dapat mengalahkan Iblis atau membuktikan bahwa Iblis bersalah dan pantas untuk dihukum? Tidak ada jalan lain, kecuali Anak Tunggal yang bersama-sama dengan Bapa. Anak Tunggal Bapa harus turun ke bumi menjadi manusia (Adam terakhir), di mana dalam segala halnya Ia disamakan dengan manusia (Ibr. 2:17). Allah Anak menjadi manusia untuk membuktikan bahwa ada pribadi yang bisa taat tanpa syarat kepada Bapa dan mengabdi sepenuhnya (Flp. 2:5-11; Yoh. 4:34). Hal ini akan membuktikan bahwa tindakan Iblis salah dan patut dihukum.

     Sampai titik tertentu, ternyata Adam tidak bisa mencapai kesucian dan kebenaran yang Allah kehendaki, maka terpaksa ia harus diusir dari Eden. Adam telah meleset (Rm. 3:23). Seharusnya Adamlah yang harus membuktikan bahwa Iblis bersalah, tetapi Adam gagal. Tidak pernah kita tahu berapa lama jarak antara penciptaan manusia dan pemberian peringatan untuk tidak makan buah yang dilarang Allah dengan saat Adam dan Hawa makan buah yang dilarang tersebut. Buah pengetahuan yang baik dan jahat bukanlah buah yang dikonsumsi untuk fisik, tetapi jiwa atau pikiran. Buah ini figuratif atau menunjuk pengaruh jahat Lusifer. Manusia diperhadapkan pada pilihan, apakah berpikir seperti Allah berpikir sehingga menjadi seperti Bapa, atau memiliki pengertian (understanding) yang sama dengan Lusifer.

     Ternyata Adam ditempatkan di suatu tempat, di mana ia harus berhadapan dengan Iblis, ular tua. Manusia harus menentukan nasib dirinya dan keadaan semua keturunannya, bahkan nasib bumi ini. Di taman itu manusia harus mengemban tugas besar dari Bapa. Tugas besar itu adalah membuktikan bahwa Iblis bersalah dan patut dihukum. Dengan cara bagaimana manusia membuktikan bahwa Iblis bersalah kepada Bapa dan patut dihukum? Dengan pembuktian dalam bentuk cara hidup Adam yang menaati Bapa dan menghormati Bapa sepantasnya, itulah yang sama dengan memuliakan Bapa. Dengan kehidupan Adam yang benar, maka terbukti bahwa yang pernah dilakukan oleh Iblis salah. Dengan demikian, sebenarnya Eden adalah taman perjuangan, di mana manusia harus bergumul melawan kuasa jahat.


https://overcast.fm/+IqOCeJtLM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar