Senin, 02 September 2019

Renungan Harian 01 September 2019 TATANAN PENGAMPUNAN

     Terkait dengan hukum tabur tuai, sering muncul pertanyaan: Mengapa ketika Adam berbuat dosa, Allah tidak segera mengampuni seketika itu juga sehingga masalah dosa manusia segera bisa diselesaikan atau ditanggulangi di Eden, agar Allah tidak perlu mengusirnya dari Eden? Bukankah itu hal yang mudah dilakukan oleh Allah? Ternyata ini bukan hal yang sederhana seperti yang dapat dipikirkan oleh pikiran manusia. Kalau kita tidak melihat “hukum kehidupan” di balik semua peristiwa tersebut, maka kita akan memandang Alkitab seperti kitab banyak agama yang tidak logis.

     Dibalik fenomena di atas, kita memperoleh pengertian adanya suatu hukum kehidupan yang luar biasa, sekaligus menemukan hakikat Allah Yang Mahaagung yang sangat mengagumkan. Mengapa Allah tidak segera mengampuni Adam pada waktu itu sehingga tidak perlu mengusirnya dari Eden?Jawabnya adalah bahwa setiap kesalahan harus ada sanksinya. Allah memang Mahakasih dan Maha Penyayang, tetapi Ia juga Allah yang adil. Allah tidak mungkin menyangkali hakikat keadilan-Nya. Keadilan Allah menuntut setiap tindakan mendapat ganjaran, juga setiap kesalahan harus ada konsekuensi dan sanksi. Firman Tuhan mengatakan bahwa apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya (Gal. 6:7; Nah. 1:3). Jadi, harus ada yang memikul kesalahan tersebut demi supaya manusia dapat diampuni dan kembali diterima oleh Dia. Ini adalah tatanan Allah.

     Firman Tuhan mengatakan bahwa upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus (Rm. 6:23). Kalau Allah dengan mudah mengampuni kesalahan Adam dan Hawa, berarti Ia adalah Allah atau pribadi yang tidak adil, Allah yang tidak tertib, Allah yang tidak memiliki tatanan dan aturan. Tetapi yang benar, Allah adalah Allah yang memiliki integritas yang sempurna. Di dalam diri Allah yang juga merupakan hakikat-Nya terdapat hukum (rule), sistem, dan aturan. Ia adalah Allah yang tertib. Karena integritas Allah tersebut, maka Allah tidak bertindak sembarangan tanpa aturan.

     Dalam sejarah kehidupan manusia, Tuhan Yesus tampil menggantikan tempat manusia yang harus dihukum dengan memikul atau menanggung dosa manusia. Hal ini dilakukan-Nya untuk memenuhi atau menjawab keadilan Allah. Hanya dalam Kekristenan terdapat mekanisme keselamatan semacam ini. Itulah sebabnya hanya Kekristenan yang memiliki konsep keselamatan “hanya oleh anugerah” (Lat. sola gratia. Ing. Only by grace). Wujud anugerah itu adalah pemberian Anak Tunggal Allah Bapa untuk menyelamatkan manusia. Dengan demikian kalau seseorang menolak keselamatan dalam Yesus Kristus, maka ia memandang Allah sebagai Allah yang tidak memiliki aturan.

     Dengan hal ini kita mengerti mengapa keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia(Yesus Kristus), sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya manusia dapat diselamatkan (Kis. 4:12). Hanya dengan jalan penebusan dosa yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus, manusia memperoleh pengampunan. Dalam hal ini pengampunan tidak hanya berangkat dari kesediaan Allah Bapa mengampuni, tetapi juga terpenuhinya persyaratan pengampunan, yaitu adanya oknum yang bersedia menggantikan tempat manusia memikul hukuman atas kesalahan manusia. Mekanisme keselamatan dalam Kekristenan adalah mekanisme yang logis, jujur, adil, dan cerdas.

     Tidak bisa disalahkan kalau ada agama sebelum zaman penggenapan tidak memiliki konsep ini dan tidak mengenakannya dalam kehidupan mereka, sebab mereka tidak tahu. Kalau ada manusia yang hidup pada zaman anugerah atau zaman penggenapan ini, mendengar Injil tetapi berusaha membangun kebenarannya sendiri, maka ia akan menjadi alat Lusifer menyerang Kekristenan(Yoh. 9:41; 15:24). Dalam hal ini Tuhan Yesus menyatakan bahwa pasti akan ada penyesat (Mat. 18:7). Dalam bagian lain di Alkitab tegas sekali menyatakan bahwa di dunia pasti ada antikris, bisa suatu kekuatan atau gerakan politik atau komunitas agama yang akan menyerang Kekristenan. Lusifer akan selalu memiliki antek-antek untuk menyerang kebenaran.

     Dari perjalanan sejarah kehidupan manusia, di mana tindakan-tindakan Allah tercatat dalam Alkitab dengan jelas, dapat ditarik suatu kesimpulan seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa Allah tidak bertindak tanpa aturan; Ia adalah Allah yang adil, Allah yang tertib, Allah yang memiliki tatanan dan aturan. Hal ini akan memberi inspirasi kepada kita untuk tidak bertindak sembrono dalam hidup ini. Manusia terikat dengan hukum kehidupan yang ditetapkan oleh Allah, bahkan Allah sendiri juga konsekuen terhadap diri-Nya sendiri dengan apa yang telah ditetapkannya sebagai “rule of the life”.


https://overcast.fm/+IqOA7cOqc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar