Selasa, 24 September 2019

Renungan Harian 23 September 2019 TATANAN PERJUANGAN UNTUK MENJADI KUDUS

     Kalau kata “dikuduskan” ini dihubungkan dengan pernyataan Tuhan Yesus bahwa Ia menguduskan diri-Nya supaya orang percaya dikuduskan dalam kebenaran (Yoh. 17:19), maka berarti Tuhan Yesus berusaha untuk taat agar bisa menggenapi rencana Allah. Demikian pula orang percaya dapat dikuduskan dengan kebenaran supaya bisa dipakai oleh Bapa (Yoh. 17:19). Dalam Ibrani 5:8-9 tertulis: Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya. Setelah Tuhan Yesus menyelesaikan tugas penyelamatan-Nya, Ia membuat manusia dikuduskan dan dipakai oleh Bapa, seperti diri-Nya sendiri. Paulus juga dikuduskan untuk menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk menggenapi rencana Allah (Rm. 1:1).

     Dalam hal ini jelas sekali bahwa pengudusan Tuhan bukan hanya berhenti di mana orang percaya dipindahkan statusnya dari orang berdosa menjadi anak, juga bukan sekadar diperbaiki karakternya, tetapi juga direncanakan untuk menjadi alat dalam tangan Bapa guna menggenapi rencana-Nya. Rencana Bapa adalah membinasakan pekerjaan Iblis (1Yoh. 3:8). Hal ini sejajar dengan pengertian “kudus” dalam bahasa Ibrani, yaitu qadhos, yang artinya dipisahkan dari yang lain untuk digunakan. Kesucian haruslah diperjuangkan, karena seseorang tidak akan dapat memiliki kesucian tanpa perjuangan. Kesucian hidup tidak dapat dimiliki orang percaya dengan sendirinya atau secara otomatis.

     Seberapa tinggi seseorang mencapai kesucian bukan hanya tergantung dari kasih karunia-Nya tetapi juga sangat tergantung dari perjuangannya. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menyatakan bahwa untuk masuk Kerajaan Surga harus berjuang (Luk. 13:24). Di bagian lain Tuhan Yesus menyatakan bahwa banyak yang dipanggil, sedikit yang dipilih (Mat. 22:14). Tentu pilihan ini juga berdasarkan respon seseorang. Sangat menyedihkan, banyak orang Kristen kalau sudah merasa percaya, maka ia yakin pasti selamat masuk surga. Padahal dalam Matius 7:21-23, dinyatakan bahwa sekalipun seseorang sudah mengadakan banyak mukjizat, tetapi kalau ia tidak melakukan kehendak Bapa atau tidak hidup dalam kesucian, ia bisa ditolak Allah. Percaya bukan hanya dalam pikiran, tetapi harus ada tindakan konkret.

     Dari banyak ayat dalam Alkitab jelas menunjukkan bahwa hidup kudus adalah perintah Tuhan yang sangat jelas dan tegas. Dalam 2 Korintus 6:17-18 tertulis, sebab itukeluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan, demikianlah firman Tuhan Yang Mahakuasa.” Dalam teks ini orang percaya dipanggil untuk keluar dari kehidupan yang tidak sesuai kehendak Allah sejak di dunia ini, yaitu dalam pergaulan di bumi.

     Dalam 1 Tesalonika 4:7 tertulis: Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. Seirama dengan hal ini, di banyak ayat Alkitab terdapat seruan atau panggilan untuk hidup dalam kesucian (1Kor. 1:8; Ef. 1:4; Flp. 1:10; Kol. 1:22; 1Tes. 3:13; 5:23; 1Tim. 6:14; 2Ptr. 3:14). Secara khusus Petrus menasihati kita dengan pernyataan yang sangat jelas untuk hidup dalam kesucian Allah: Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus. Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus (1Ptr. 1:13-16).

     Orang Kristen yang tidak berani hidup suci berarti tidak percaya kepada Tuhan Yesus. Percaya artinya menyerahkan diri kepada obyek yang dipercayainya. Kalau seseorang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus maka ia harus bersedia untuk hidup dalam kesucian Allah. Tuhan Yesus berkata bahwa kita harus sempurna seperti Bapa (Mat. 5:48). Dalam hal ini kesucian hidup orang percaya bertalian dengan keagungan kepribadian seperti keagungan pribadi Bapa. Orang percaya harus menjadi anak-anak Allah yang memancarkan keagungan Bapa. Oleh sebab itu tidak bisa tidak orang percaya harus hidup dalam kesucian Bapa, yang sama dengan mengambil bagian dalam kekudusan Allah (Ibr. 12:9-10).


https://overcast.fm/+IqODFuJNg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar