Sabtu, 31 Maret 2018

RH Truth Daily Enlightenment “IMAN ADALAH TINDAKAN” 1 April 2018

Perlu dan harus berulang-ulang disampaikan kepada kita, dan harus benar-benar kita camkan, bahwa iman bukanlah sekadar pengaminan akali atau persetujuan pikiran.
Iman bukanlah sekadar aktivitas nalar atau pikiran. Iman bukan saja mengakui bahwa Allah 💗 itu ada atau keberadaan-Nya yang Esa.
Iman bukan saja mengakui status Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Iman bukan hanya sekadar memeluk suatu agama dan menjalankan hukum atau syariatnya, serta melakukan berbagai seremonial atau liturginya. Dengan demikian, sebenarnya kehidupan beriman bukan sesuatu yang sederhana, tetapi kompleks sekali.
Kehidupan beriman dalam Kekristenan berangkat dari keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus 💗 di kayu salib.

Keselamatan yang kita terima sesungguhnya karena anugerah, bukan karena perbuatan baik, artinya tidak dimulai dari amal kebajikan kita (Ef. 2:8). Harus hati-hati memahami kalimat “itu bukan hasil usahamu” dalam ayat tersebut. Kalimat “itu bukan hasil usahamu” diartikan bahwa kita tidak perlu atau dikesankan tidak boleh berusaha apa pun.

Sejatinya, “itu bukan hasil usahamu” artinya itu bukan dari dirimu sendiri, tetapi dari Allah atau pemberian Allah 💗
Kalimat “itu bukan hasil usahamu” dalam teks aslinya adalah: καὶ τοῦτο οὐκ ἐξ ὑμῶν, yang artinya bukan dari dirimu: that not of yourselves, this was not from yourselves, but is the gift of God.

Kalimat “bukan pekerjaanmu” dalam Efesus 2:8 adalah: οὐκ ἐξ ἔργων, bukan pekerjaanmu artinya bukan berangkat atau dimulai dari karyamu. Itu adalah karya Tuhan Yesus 💗 di kayu salib.
 Hal ini dikemukakan agar orang percaya tidak membanggakan diri seakan-akan keselamatan adalah hasil usahanya.

Efesus 2:8-9 bukan bermaksud mengajarkan kita tidak memiliki usaha untuk keluar dari keadaan kita yang belum benar, karena dengan alasan bagaimanapun keadaan kita kita sudah dianggap benar. Itu cukup.
Hal ini menyesatkan. Kalau kita membaca ayat-ayat berikut dalam Efesus, maka kita dapati perjuangan orang percaya 👥 untuk hidup benar, bagaimana hidupnya berpadanan dengan panggilan untuk menjadi seperti Yesus (Ef. 4: 1, 15).

Tindakan yang sebaik apa pun tidak dapat menyelamatkan seseorang.
Dalam hal ini Kekristenan bukanlah usaha manusia untuk mencapai Tuhan 💗, tetapi usaha Tuhan untuk mencapai manusia.
Tuhan Yesuslah satu-satunya yang dapat menyelamatkan manusia dari api kekal oleh pengorbanan-Nya di kayu salib.

Hanya Dialah yang dapat merebut manusia 👥 dari tangan kuasa kegelapan. Pola keberagamaan tidak akan mendapat tempat dalam Kekristenan yang benar.
Pola keberagamaan di sini maksudnya adalah usaha mencapai keselamatan dengan melakukan hukum, tanpa diawali korban penebusan oleh darah Anak Domba Allah.

Dalam keberagamaan, pada umumnya terdapat unsur-unsur peraturan atau hukum yang harus ditaati; yang mana dengan menaatinya akan menyukakan hati Tuhan 💗 yang dipercayainya dan membuatnya masuk surga. Kekristenan tidak demikian.

Kekristenan yang benar adalah respon terhadap anugerah yang ditawarkan. Respon tersebut adalah tindakan iman.
Tindakan iman adalah: pertama, seseorang harus menerima Yesus Kristus 💗 sebagai Tuhan dan Juruselamat secara akali atau persetujuan pikiran.

Dalam hal ini seseorang setuju dan mengakui dengan mulut bahwa Dia adalah Tuhan 💗 dan Juruselamat.
Tetapi ini tidak cukup, sebab iman adalah perbuatan.
Manusia yang ditawari keselamatan harus merespon dengan iman sejati, yaitu iman dalam tindakan.

Abraham dipilih sebagai nenek moyang umat pilihan bukan karena ada sesuatu yang istimewa yang dimiliki oleh Abraham, tetapi karena anugerah.
Alkitab 📚 tidak menunjukkan kepada kita bahwa Abraham dipilih Tuhan sebab ia baik.

Tetapi setelah menerima panggilan tersebut, ia harus memiliki tindakan sebagai respon terhadap panggilan untuk hidup dalam iman.
 Dalam hal ini tindakan manusia tidak diperlukan. Alkitab 📚 menunjukkan kepada kita bahwa Abraham taat terhadap panggilan untuk meninggalkan Urkasdim dan melakukan apa pun yang Tuhan perintahkan kepadanya.

Abraham diperintahkan menyembelih anaknya sendiri pun ia lakukan. Respon inilah yang harus kita teladani.
Respon Abraham yang konkret tersebut diperhitungkan sebagai iman (Yak. 2:20-23). Demikian pula orang percaya, setelah menerima Yesus dengan mengakui Dia sebagai Tuhan 💗 dan Juruselamat, harus hidup dalam penurutan terhadap kehendak-Nya.
Inilah Kekristenan yang sejati.

JBU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar