Minggu, 04 Maret 2018

RH Truth Daily Enlightenment “MENINGGALKAN DUNIA INI”   4 Maret 2018

Harus ditegaskan bahwa beriman berarti penurutan terhadap kehendak Allah. Ini berarti segala sesuatu yang diperintahkan Allah πŸ’— harus dilakukan, walaupun perintah itu bertentangan dengan pola hidup manusia di sekitar dan tidak sesuai dengan keinginan atau kehendak diri sendiri.

Seperti Abraham yang meninggalkan Urkasdim demi negeri yang akan ditunjukkan Allah kepada Abraham, demikian pula orang percaya harus meninggalkan dunia 🌏 ini demi negeri yang ditunjukkan Tuhan kepada kita.

Orang percaya sebagai anak-anak Abraham di dalam iman, harus berpola hidup seperti Abraham yang berlaku sebagai musafir di bumi 🌏
Dengan kesadaran bahwa kita adalah musafir-musafir di bumi ini, maka kita tidak akan terikat dengan keindahan dunia ini.

Walaupun kita memiliki “hak-hak” menikmati dunia, tetapi kita πŸ‘₯ harus tetap dalam kesadaran bahwa kita adalah orang asing dan pendatang di bumi. Oleh sebab itu kita harus belajar berlaku sebagai orang asing di bumi.

Segala sesuatu yang kita miliki di bumi ini harus kita pandang sebagai bukan milik kita sendiri, tetapi milik Tuhan πŸ’—
Dan memang Tuhan Yesus sendiri mengatakan bahwa harta kita sendiri nanti di langit baru dan bumi yang baru (Luk. 16:12).

Maksud kata “dunia” dalam Roma 4:13, adalah tanah Perjanjian -baik untuk orang Yahudi maupun non Yahudi yang percaya kepada Yesus Kristus- di dunia yang akan datangp7 nanti.

Dengan demikian, beriman juga berarti menunjukkan kehidupan di dunia yang akan datang.
Dengan demikian orang percaya πŸ‘₯ seharusnya tidak lagi terikat dengan dunia hari ini dan menikmatinya seperti orang-orang yang bukan keturunan Abraham secara iman.

Orang Kristen dikatakan sebagai orang beriman keturunan Abraham (dalam atau oleh iman) untuk memiliki “dunia 🌏 yang akan datang”, kalau mereka memiliki tindakan hidup seperti Abraham.

Jadi, kalau ada orang-orang Kristen yang masih duniawi -yaitu terikat dengan kesenangan dunia 🌏 hari ini, tidak merindukan suatu tanah air yaitu kota yang memiliki dasar yang direncanakan dan dibangun oleh Allah sendiri- itu berarti ia belum memiliki iman.

 Jika demikian berarti orang Kristen seperti itu belum termasuk anak-anak Abraham, belum termasuk orang yang beriman, berarti belum dibenarkan pula (Ibr. 11:16).
Jika gereja πŸ’’ dan pembicaranya dengan mudah melegalisir atau mengakui orang Kristen sebagai orang percaya yang sudah dibenarkan, tanpa memperhatikan syarat-syarat untuk hidup dalam pembenaran, maka ini berarti sebuah penipuan dan penyesatan.

 Faktanya demikian, banyak orang Kristen merasa sudah dilegalisir sebagai orang yang sudah dibenarkan hanya karena merasa sudah percaya kepada Tuhan Yesus πŸ’—, padahal percaya mereka hanya ada di dalam wilayah keyakinan pikiran bukan tindakan seperti tindakan Abraham. .

Sebagai akibatnya, banyak orang-orang Kristen yang duniawi, terikat dengan dunia 🌏 utetapi merasa berhak masuk surga. Padahal mereka adalah orang-orang yang mencintai atau bersahabat dengan dunia ini.

Firman Tuhan tegas mengatakan bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah (Yak. 4:4). Orang Kristen yang bersahabat dengan dunia 🌏, tidak akan diterima dalam keluarga Kerajaan Surga.

Banyak orang Kristen berbekal iman palsu, menjalani hidup dengan berani dan dengan keyakinan kalau mati nanti pasti masuk surga. Sementara hidup di bumi, mereka πŸ‘₯ tidak melakukan perjalanan atau pengembaraan rohani guna pembaharuan manusia batiniahnya.

Mereka tidak bertumbuh sebagai anak-anak Allah yang berkodrat Ilahi.
Tentu saja hati mereka terikat dengan dunia ini. Mereka seperti bangsa Israel yang tidak mau meninggalkan atau melupakan Mesir. Mereka tidak hidup dalam penurutan terhadap kehendak dan rencana Allah dalam perjalanan, sehingga mereka ditewaskan di padang gurun.

Perjalanan bangsa Israel menjadi pelajaran yang berharga bagi orang percaya πŸ‘₯ (1Kor. 10:1-11). Sungguh sangat menyedihkan, banyak orang Kristen berkeadaan seperti ini.
Oleh sebab itu perlu ditegaskan pula di sini, iman adalah tindakan dalam penurutan terhadap kehendak Allah.

Abraham melakukan apa pun yang diperintahkan oleh Allah πŸ’— 
Bukan hanya rela meninggalkan Urkasdim, dan tinggal di kemah (tidak menikmati budaya Urkasdim yang sudah maju), tetapi juga ketika harus mempersembahkan anak tunggalnya sebagai korban bakaran.

Tindakan Abraham inilah yang disebut atau dikatagorikan sebagai iman.
Jadi iman bukan hanya aktivitas pikiran, yaitu merasa sudah percaya karena setuju bahwa Allah itu Esa, bahwa Yesus πŸ’— adalah Tuhan dan Juruselamat.
Percaya seperti ini belum membuat seseorang dapat dibenarkan.

Syarat untuk dibenarkan adalah beriman seperti Abraham, yaitu hidup dalam penurutan terhadap kehenak Allah.
Kehendak Allah πŸ’— bagi Abraham melakukan beberapa perintah yang diberikan Allah kepadanya, tetapi kehendak Allah bagi orang percaya adalah melakukan kehendak Bapa atau menjadi serupa dengan Yesus.

JBU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar