Firman Tuhan mengatakan: Sebab bukan karena hukum Taurat telah diberikan janji kepada Abraham dan keturunannya, bahwa ia akan memiliki dunia 🌏, tetapi karena kebenaran, berdasarkan iman. Sebab jika mereka yang mengharapkannya dari hukum Taurat, menerima bagian yang dijanjikan Allah, maka sia-sialah iman dan batallah janji itu. (Rm. 4:13-14).
Dalam pernyataan ini Paulus mengatakan bahwa bukan karena hukum Taurat maka diberikan janji kepada Abraham dan keturunannya untuk memiliki dunia 🌏, tetapi karena (berdasarkan) iman.
Kita harus memahami maksud kata dunia dalam ayat tersebut.
Dunia yang dimaksud dalam ayat ini belum tentu hanya dunia 🌏 kita hari ini. Bagi keturunan Abraham secara darah daging memang “yang dijanjikan” adalah tanah Kanaan di bumi ini; itupun juga bukan dunia dalam arti sebuah wilayah yang luas, tetapi wilayah sangat kecil di Palestina.
Tetapi bagi keturunan Abraham, oleh atau karena iman, tentu maksud bumi tersebut bukanlah bumi yang sekarang kita huni, tetapi langit baru dan bumi 🌏 yang baru.
Dalam Ibrani 11:9 dikatakan: Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu. “Tanah asing” yang dimaksud adalah tanah Kanaan.
Tanah Kanaan dijanjikan oleh Allah 💗 kepada Abraham untuk dikuasai dan didiami oleh anak cucu serta semua keturunannya secara darah dan daging. Tetapi “janji yang satu itu” maksudnya adalah “dunia yang akan datang” (bukan tanah Kanaan di bumi) yang dijanjikan oleh Allah kepada Abraham dan anak-anaknya di dalam iman.
Dalam Roma 4:13, sangat jelas dikemukakan oleh Paulus: Sebab bukan karena hukum Taurat telah diberikan janji kepada Abraham dan keturunannya, bahwa ia akan memiliki dunia 🌏, tetapi karena kebenaran, berdasarkan iman. Hal ini sangat penting untuk kita pahami, bahwa “dunia yang dijanjikan” tersebut adalah dunia yang akan datang untuk orang yang dibenarkan karena iman, bukan untuk umat yang melakukan hukum Taurat.
Dunia dalam ayat ini, teks aslinya adalah kosmos (κόσμος). Kata kosmos memiliki banyak pengertian; selain memang berarti dunia dalam pengertian umum, tetapi juga bisa lebih menunjuk universe (alam semesta yang tidak terbatas).
Kalau kita membaca Alkitab 📚, kata bumi dalam arti wilayah tertentu biasanya diterjemahkan ge (ῆγ). Jadi kosmos bisa menunjuk alam semesta atau jagad raya ini, sedangkan ge lebih menunjuk suatu wilayah bumi.
Sebutan kosmos ini mengingatkan kita kepada janji Allah kepada Abraham, ketika Abraham disuruh menghitung bintang di langit dan Allah mengatakan bahwa keturunannya akan besar jumlahnya seperti bintang di langit.
Bintang-bintang di langit menunjuk kepada universe atau jagad raya. Jadi mewarisi dunia 🌏, bisa berarti mewarisi jagad raya ini.
Kata “memiliki” dalam ayat 13, terjemahan aslinya adalah kleromenos (κληρονόμος), yang juga berarti warisan. Inilah yang sebenarnya menggerakkan Abraham menjalankan hidup ini.
Dengan demikian bisa dikatakan, bahwa orang percaya 👥 yaitu anak-anak Abraham oleh iman- suatu hari akan mewarisi jagad raya ini. Jagad raya ini sebenarnya sama dengan shamayim (שָׁמַיִם), yang dalam Alkitab Bahasa Indonesia diterjemahkan surga.
Abraham hidup hanya untuk memenuhi kehendak Allah, yaitu untuk menemukan negeri yang memiliki dasar yang direncanakan dan dibangun oleh Allah sendiri (Kej. 12; Ibr. 11:8).
Jadi, dunia yang dimaksud dalam Roma 4:13-14 adalah “kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah” tersebut. Ini berarti bahwa kota yang dimaksud tersebut bukan ada di bumi sekarang ini (sebab bumi ini akan menjadi lautan api).
Itulah negeri yang kitab Ibrani katakan sebagai “tanah air yang lebih baik, yaitu satu tanah air surgawi” (Ibr. 4:16). Tanah air ini tidak dikenal oleh bangsa Israel dalam agama samawinya. Mereka hanya menekankan kemakmuran lahiriah dan kejayaan duniawi 🌏
Mereka beragama karena membutuhkan naungan Allah untuk memberkati atau memberkahi kehidupan mereka di bumi.
Walau mereka juga mengharapkan ada dunia lain di balik kubur yang indah, tetapi mereka tidak memahami mengenai tanah air surgawi.
Orang percaya 👥 harus memandang bumi ini bukan sebagai rumah mereka.
Seperti Abraham menjadi “musafir” dan dikenal sebagai bangsa nomaden, maka orang percaya juga harus berpola hidup demikian juga.
Abraham walaupun sudah ada di Kanaan, tanah yang dijanjikan Allah untuk dihuni keturunannya, namun Abraham tetap berlaku sebagai orang asing dan pendatang (Ibr. 11:9), sebab tanah Kanaan bukanlah negeri tujuan Abraham yang dimaksudkan oleh Allah. Orang percaya harus mengerti dan menerima bahwa bumi 🌏 ini bukanlah tempat orang percaya menikmati kehidupan.
Bumi ini adalah tempat perjalanan atau pengembaraan di mana orang percaya memperbaharui manusia 👥 batiniahnya terus menerus agar menjadi umat yang layak bagi Dia (2Kor. 4:16-18). Pembaharuan manusia batiniah merupakan proses perjalanan atau pengembaraan rohani. Itulah tanda sebagai umat pilihan.
JBU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar