Paulus dalam Roma 7:11 mengatakan: Sebab dalam perintah itu, dosa mendapat kesempatan untuk menipu aku dan oleh perintah itu ia membunuh aku. Apa maksud kalimat ini sebenarnya? Sebenarnya kata menipu dari teks aslinya aphormen (ἀφορμὴν), dari akar kata aphrome (ἀφορμή), yang artinya menempatkan dalam keadaan memiliki kesempatan.
Kalau dilihat secara sekilas, kalimat ini bisa diartikan seakan-akan perintah (hukum) diadakan oleh Tuhan 💗 untuk membunuh atau membinasakan umat, sebab dalam perintah tersebut dosa mendapat kesempatan untuk menipu umat.
Kalau tidak ada perintah berarti dosa tidak mendapat kesempatan menipu umat.
Seakan-akan perintah diberikan oleh Tuhan 💗 dengan maksud jahat atau membinasakan umat. Dengan demikian bisa dikesankan bahwa Allah mengupayakan kecelakaan bagi umat dengan memberikan perintah.
Tentu saja Allah yang benar (Elohim Yahweh), tidak memiliki karakter demikian.
Oleh sebab itu kalau kita salah memahami ayat ini, maka kita tidak akan memperoleh kebenaran yang berimplikasi positif dalam kehidupan kita.
Oleh karenanya kita 👥 harus memahami ayat ini secara benar.
Satu hal yang sering tidak terpikirkan oleh kita, bahwa ternyata dalam perintah itu, dosa mendapat kesempatan untuk menipu, dan oleh perintah itu ia dapat membunuh (Rm. 7:11). Dalam hal ini Paulus yang memberikan pernyataan dalam ayat tersebut mewakili umat pilihan; seperti pada umumnya umat Israel. Kalimat dalam tulisan Paulus di Roma 7:11 ini sangat sulit dipahami.
Kalau kita tidak dengan teliti memperhatikan teks asli Alkitab 📚 dan menghubungkannya dengan ayat-ayat sebelumnya, maka kita akan salah atau sesat memahaminya.
Oleh sebab itu kita harus dengan teliti memperhatikan kata demi kata dalam ayat ini.
Kata pertama yang harus diteliti adalah kata perintah.
Kata perintah di sini bukan berarti hukum atau peraturan (Yun. Nomos; νόμος), tetapi kata perintah di sini adalah entole (ἐντολή), yang menunjuk perintah di dalam Dekalog.
Dalam konteks ini entole lebih bersifat sebuah “ikatan perjanjian”, yang dalam bahasa Inggris adalah covenant.
Adapun untuk kata perjanjian dalam bahasa Yunani adalah diatheke (διαθήκη).
Kata diatheke selain diterjemahkan covenant juga berarti testament. Memang dalam bahasa Inggris, pada umumnya kata entole ini diterjemahkan the commandment.
The Commandment adalah sepuluh perintah Allah (Dekalog) -yang dikenal pula sebagai Dasatitah yang diberikan oleh Allah 💗 kepada bangsa Israel di Sinai.
Di dalam Dasatitah, termuat sepuluh perintah yang mengatur kehidupan bangsa Israel.
Dekalog tersebut membangun dan mewarnai gaya hidup bangsa Israel secara mutlak.
Tidak ada perundang-undangan yang keluar dari Dasatitah ini. Dasatitah adalah sila kehidupan bagi bangsa Istrael yang tidak boleh diubah sedikit pun. Memiliki nilai kemutlakan yang absolut.
Jadi, kata “perintah” di dalam Roma 7:11, penekanannya bukan menunjuk kepada isi hukum atau perintah-perintah di dalam dekalog tersebut, tetapi penekanannya pada ikatan perjanjian (covenant) antara Allah 💗 dan umat pilihan (bangsa Israel).
Jika umat melakukan pelanggaran berarti sebuah tindakan yang merusak perjanjian dengan Allah 💗
Oleh sebab itu, kata perintah hendaknya tidak dipahami sebagai peraturan atau hukum, tetapi lebih menunjuk kepada ikatan perjanjian dengan Allah.
Dengan demikian pelanggaran terhadap hukum adalah tindakan memisahkan diri dari Allah yang dengan-Nya umat mengikat perjanjian. Keterpisahan dengan Allah💗 adalah bencana di atas segala bencana.
Kata kedua yang harus diteliti adalah dosa.
Dalam teks aslinya kata dosa adalah hamartia (ἁμαρτία).
Kalau dikatakan dosa berarti sebuah penyimpangan atau ketidaktepatan.
Dalam konteks ini dosa adalah penyimpangan terhadap sepuluh perintah Allah 💗, yaitu tindakan tidak memenuhi seluruh hukum secara konsekuen. Sebenarnya ada beberapa kata dapat diterjemahkan pelanggaran atau penyimpangan, seperti parabasis (pemberontakan) atau adikia (kejahatan).
Penggunaan kata hamartia (penyimpangan atau ketidaktepatan) bukan kata lain seperti parabasis (pemberontakan) atau adikia (kejahatan) menunjukkan bahwa Allah tidak menghendaki umat melakukan penyimpangan sedikit pun terhadap hukum-Nya.
Kalau seseorang melanggar satu dari sepuluh perintah Allah 💗, berarti ia melanggar semuanya.
Pelanggaran tersebut merupakan tindakan mematahkan atau merusak ikatan perjanjian dengan Allah 💗
Kata hamartia tepat sekali digunakan dalam teks ini, sebab kata hamartia ini hendak menekankan ketepatan melakukan hukum secara menyeluruh dan konsekuen oleh umat.
Ikatan perjanjian dengan Allah 💗 adalah ikatan perjanjian dengan menggunakan hukum yang harus dipatuhi secara mutlak.
Kata ketiga adalah menipu. Kata ini dalam teks aslinya adalah eksapatao (ἐξαπατάω), yang memiliki beberapa pengertian selain deceive, cheat (menipu), juga berarti seduce (merayu, membujuk, menggoda, dan memikat). Pengertian menipu dalam teks ini bukan berarti berbohong sehingga menjadi penyebab dari suatu pelanggaran yang tidak disadari sepenuhnya.
Seperti yang telah dijelaskan di bab terdahulu, bahwa Paulus tidak mempersalahkan hukum Taurat kalau dirinya berbuat salah, tetapi ia menyadari bahwa karena kodrat dosa di dalam dirinyalah yang menjadi penyebabnya.
Kalau dosa mendapat kesempatan untuk merayu, membujuk, menggoda, dan memikat, itu merupakan fakta yang tidak dapat dihindari oleh manusia yang telah jatuh dalam dosa dan di dunia 🌏 yang sudah jatuh dan rusak ini.
Dosa bisa merayu, membujuk, menggoda, dan memikat, tetapi apakah seseorang mengikuti atau tidak godaan tersebut tergantung individu.
Dosa dalam hal ini pelanggaran terhadap Dekalog bukan sesuatu yang dipaksakan pasti terjadi atas umat.
Dalam hal ini pula, dosa yang dilakukan oleh seseorang bukan karena tidak tahu (akibat penipuan), tetapi dilakukan dalam kesadaran penuh. Hal ini dikemukakan agar kita 👥 tidak tergiring pada pemikiran seakan-akan dosa dilakukan oleh seseorang di luar pengertian dan kesadaran akibat sebuah penipuan. Itulah sebab kata “penipuan” dalam Roma 7:11 harus dimengerti dengan benar.
Kalau Hawa diperdaya oleh ular dalam kelicikannya, bukan berarti kesalahan Adam dan Hawa karena ular semata-mata, sehingga hanya ular yang harus dipersalahkan. Tetapi sesungguhnya manusia 👥 sendiri menyambut bujukan tersebut sehingga terjadi kesalahan (2Kor. 11:2-4).
Dosa adalah kerjasama antara manusia 👥 dan Iblis, sebaliknya kesucian adalah kerjasama antara manusia dan Roh Kudus.
Kata keempat adalah membunuh.
Kata ini dalam teks aslinya adalah apokteino (ἀποκτείνω), yang artinya to kill in any way whatever, to destroy, to allow to perish, metaph, to extinguish, abolish (untuk membunuh dengan cara apa pun, menghancurkan, memungkinkan binasa, memadamkan, menghapuskan).
Tentu saja dalam konteks ini, pengertian membunuh bukanlah membunuh secara fisik, tetapi tindakan merusak, mematahkan, atau menghancurkan suatu ikatan perjanjian. Pengertian ini penting, sebab kalau kata membunuh diartikan keliru, maka makna ayat tersebut bisa menjadi rusak sama sekali, sehingga tidak ada aplikasi konkret yang dapat kita 👥 kenakan sebagai umat pilihan di zaman Perjanjian Baru.
JBU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar