Rabu, 30 Mei 2018

( Sunday Bible Teaching) SBT, 27 Mei 2018 Pdt. Dr. Erastus Sabdono

Salah satu yang menghambat pertumbuhan iman jemaat bahkan bisa benar - benar menggagalkan proses
Keselamatan yang seharusnya berlangsung
dalam hidup jemaat.
Ketika jemaat πŸ‘₯ tidak memiliki pengalaman pribadi dengan Tuhan.

Seakan - akan pengalaman pribadi dengan Tuhan πŸ’— adalah sesuatu yang sangat mahal, sangat mustahil, sangat tidak mungkin dialami.
Dan salah satu kausalitas atau penyebabnya adalah :
ketika di dalam gereja tanpa disadari terbentuk atau terbangunnya adanya strata - strata.

Terutama adanya strata seorang rohaniwan yang dikesankan memiliki hak - hak istimewa untuk berinteraksi dengan TuhanπŸ’— yang mana tidak dimiliki oleh umat.
Sehingga umat membutuhkan bantuan dari rohaniwan - rohaniwan ini untuk berinteraksi dengan Tuhan.

Secara terang - terangan atau terselubung ada orang yang mengaku sebagai hamba Tuhan dan rohaniwan yang membawa dirinya menjadi mediator antara Tuhan πŸ’— dan umat.
Dan itu sudah mengakar dalam hidup orang Kristen.

Kalau hal itu terjadi pada orang beragama, di luar Kekristenan sangat bisa dimengerti.
Bisa jadi demikian polanya.
Tetapi di dalam Kekristenan Roh Kudus dimeteraikan di dalam hati setiap orang percaya.

Bila Roh Kudus  dimeteraikan, itu berarti setiap individu yang menerima meterai memiliki peluang, potensi, kesempatan seluas - luasnya untuk berinteraksi dengan Tuhan πŸ’—

Jadi kalau diajarkan jemaat πŸ‘₯ seakan - akan membutuhkan mediator atau pengantara untuk bisa berhubungan dengan Tuhan, berinteraksi dengan Tuhan, korbannya sangat besar, kerugiannya sangat besar.

Hal ini sudah terbiasa dalam agama.
Tetapi Kekristenan tidak boleh menyuburkan cara berpikir ini.
Contoh :
- Misalnya jemaat yang mengharapkan doa.
- Minta pendeta mendoakan dirinya.
Lalu pendeta mengesankn seakan - akan dirinya orang khusus untuk datang kepada Tuhan πŸ’— dengan permohonan kepada Tuhan.
Ini seperti imam - imam
dalam Perjanjian Lama.
Memang imam - imam
dalam Perjanjian Lama demikian.

Nabi - nabi menjadi pengantara antara Tuhan dan umat.
Pada waktu setiap individu belum dikarunia Roh Kudus.
Beda dengan umat Perjanjian Baru.
Setiap kita memiliki meterai Roh Kudus.

Jadi betapa merugikan jemaat πŸ‘₯ menulis permohonan doa di lembar doa, lalu dilayangkan ke atas mimbar.
Lalu pendeta dan aktivisnya tumpang tangan.
Itu pola - pola agama di luar Kristen, ini mistik sekali.

Kalau kita tidak mengalami revolusi iman, pembaharuan pikiran, barangkali kita akan terus melakukan hal itu.

Di dalam kehidupan orang percaya ini mal praktek yang salah.
Jadi orang ke gereja πŸ’’ hanya berurusan dengan pendeta, liturgi, pelayanan permohonan doa.

Semakin kita memahami kebenaran bahwa doa itu dialog.
Kita πŸ‘₯ tidak sembarangan
menyampaikan pernintaan.

Kita mulai terbuka  kebenaran - kebenaran yang lebih mendalam, lebih murni.
Jadi kalau kemudian kita melihat hamba - hamba Tuhan yang mengesankan dirinya memiliki kuasa supranatural karena jabatan itu.

Itu menyesatkan umat.
Kuasa itu dimiliki Tuhan πŸ’— bukan dimiliki manusia.
Sebab sebenarnya karunia itu dimiliki Roh Kudus bukan milik kita.
Sebab yang dipercayakan kepada orang percaya untuk situasi tertentu di mana dibutuhkan karunia tersebut.

Jadi mulai sekarang kita jangan kehilangan kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan Tuhan, itu harta yang mahal sekali.
Kita memiliki harta yang sangat mahal, tidak ternilai yaitu : Tuhan yang kita bisa rasakan kehadiranNya.
Tuhan πŸ’— menjadi hidup bagi orang yang serius perkarakan dengan Dia.
Tuhan seakan - akan mati bagi orang yang tidak berurusan dengan Tuhan.

Jangan lagi ditipu dengan orang - orang yang mengesankan dirinya berdekatan khusus dengan Tuhan πŸ’—, yang tidak dimiliki pendeta lain atau jemaat.

Ada kecenderungan pendeta - pendeta yang sukses dalam pelayanan jemaat nya banyak.
Apalagi yang sudah mendemonstrasikan mukjizat.
Kecenderungan mengesankan bahwa dirinya orang istimewa Tuhan, Vip nya Tuhan.
Sehingga jemaat πŸ‘₯ akan merasa bukan orang pentingnya Tuhan seperti pendeta - pendeta itu.

Lalu pendeta - pendeta atau hamba - hamba Tuhan yang istimewa ini diikuti jemaat, maka jemaat πŸ‘₯ yang ikuti lebih diberkati, akan lebih mengalami Tuhan.

Paulus hamba Tuhan yang besar tidak mengesankan demikian.
Dalam tulisannya dia berkata :
- Aku belum sempurna
- Aku melatih tubuhku
- Aku sendiri yang memberitakan Injil, jangan aku ditolak.
- Ada duri dalam daging
- Engkau tahu kelemahan - kelemahanku, menerima
kelemahan - kelemahanku.
Begitu ketulusan seorang hamba Tuhan.

Kalau dunia 🌏 hari ini ada hamba - hamba Tuhan mengesankan dirinya memiliki kedekatan khusus dengan Tuhan, memiliki hak - hak istimewa yang tidak dimiliki orang lain.
Kalau dia mau begitu silahkan...

Tapi jangan jemaat tidak punya gairah mencari Tuhan dan mengalami Tuhan πŸ’—
Sungguh sangat memprihatinkan banyak jemaat tertipu.

Tidak sedikit masyarakat yang mempercayai praktek - praktek mirip perdukunan itu di gereja.
Jadi yang jadi sumber kuasanya itu Tuhan Yesus.
Kalau dukun sumber kuasanya demit atau siapa.
Yang menakutkan itu
Tuhan πŸ’— seakan - akan diam.

Kita percaya mukjizat, tetapi kita tidak berharap mukjizat jika memang tidak dibutuhkan.
Dikesan hamba - hamba Tuhan itu, lebih membuat orang kaya.
Mengarungi hidup lebih mudah.
lebih gampang didoakan untuk kesembuhan.
Dengan cara diam - diam ia ingin dikultuskan.
Tanpa sadar dia mengambil mahkotanya Tuhan πŸ’—
Mahkotanya Tuhan tidak bisa diambil.
Dia membuat mahkota tiruan, dia menjadi some one.

Jangan berpikir kita selalu memerlukan doa dari orang lain.
Kita harus tanggung jawab atas diri Kita sendiri.
Jangan lagi mengganggap pendeta itu hebat.
Yang hebat itu Tuhan πŸ’—
Kalau kita mau cari pendeta tanya Tuhan.
Yang jadi jurubicara Tuhan
Yang menyampaikan pesan - pesan Tuhan
Pasti dia akan memyampaikan hal - hal berguna untuk pertumbuhan iman dan kedewasaan rohani.
Bukan menjuruskan jemaat sibuk memenuhi kebutuhan jasmani.

Kalau ada pendeta yamg mengarahkan jemaat
Tidak salah hidup diberkati, hidup sehat, sukses dalam karier, jabatannya baik.
Kelihatannya baik, tapi orang diparkir di sini.

Jangan ini dianggap masalah besar.
masalah besar bagaimana kita hidup berkenan di hadapan Tuhan πŸ’—
Modus iblis menjatuhkan manusia tidak berubah, dari dulu sampai sekarang.

Sebenarnya orang mau jadi tuan atau majikan bagi dirinya sendiri.
Dan kalau bisa bagi orang lain.

Kalau di dunia 🌏 sekuler dengan pangkat, dengan gelar, dia jadi "Tuan"
Yang dipertuan, yang diagungkan.
Memang tidak semua orang begitu.
Pada umumnya apa sih yang dicari ?
Kenapa mau jadi pejabat tinggi ?
Apa benar - benar cinta rakyat ?
Ada pasti yang benar - benar cinta rakyat, ada...
Tetapi tidak sedikit yang karena mau jadi tuan atau majikan bagi orang lain.

Dengan kata lain mau jadi Tuhan, ini seperti gelora hati Hawa dan Adam.
Tidak rela Sang khalik tertandingi.
Mau menjadi menjadi seperti Allah πŸ’—
Seperti yang ditulis dalam Yesaya 14 : 12 - 14
Iblis yang berkata,
- Aku mau mengatasi segala bintang
- Aku mau menyamai yang maha kuasa
- Aku mau menaruh takhtaku di atas.

Semua kita πŸ‘₯ punya gelora itu cuma tidak berkesempatan.
Jadi ada orang tidak berkesempatan, lemah, dia tidak mengusahakan sampai begitu rupa.
Tapi kalau ada kesempatan pasti, semua orang...

Betapa berbahayanya seorang pendeta, tidak mematikan gairah itu.
Tidak mematikan irama jiwa yang salah itu.
Dia mempunyai takhta.
Kalau kita menghidupkan gelora ini gairah ini kira tidak akan menyembah, memberi nilai tinggi sepatutnya kepada Tuhan.

Kisah tua - tua dalam kitab Wahyu melempar mahkotanya.
Artinya : Engkau Tuhan lebih terhormat
Kita harus berani melempar mahkota kiat di kaki Tuhan dan menyembah.
- Bagaimana kita melemparkan takhta ini ?
- Bagaimana kita memberi hormat kepada Bapa di Surga ?
- Bagaimana rendah hati itu?
Tidak bisa dibahasakan.
Tidak bisa dijelaskan.
Tapi Tuhan πŸ’— akan mengajar masing - masing bagaimana melemparkan mahkota di bawah kaki Tuhan πŸ’— dan mengatakan, "Engkau yang layak dipuji dan disembah !"

Mari kita rela hati mengatakan otoritas Tuhan πŸ’— sebagai majikan yang harus kita layani.
Kalau sudah berhadapan dengan Tuhan kita tunduk habis.
Kalau kita tidak berinteraksi dengan Tuhan, karena yang berinteraksi itu para pendeta - pendeta, bagaimana kita bisa mengalami kedasyatan dan keagungan Tuhan dan menaruh rasa hormat kita kepadaNya

Kalau hanya pengetahuan saja tentang Tuhan kita belum bisa, menundukkan diri.
Tetapi kalau sebuah interaksi langsung melalui doa, penghayatan terhadap  kehadiran Tuhan πŸ’—, baru kita bisa tahu apa arti menundukkan diri.

Betapa besar kerugian kalau jemaat merasa tidak perlu berurusan langsung dengan Tuhan πŸ’—
Oleh sebab itu menempatkan pendeta atau rohaniwan harus pada tempatnya.
Mereka orang - orang yang harus kita hormati bukan dilecehkan.
Tetapi mereka tidak boleh menggantikan tempat Tuhan yang menjadi tujuan hidup kita.

Kalau kita memiliki persekutuan, hidup dalam doa, tiap hari bertemu Tuhan πŸ’—, belajar Firman kita akan menempatkan pendeta atau hamba Tuhan pada tempatnya.
Dan kita akan dapat membedakan
- Pendeta palsu dan pendeta bukan palsu.
- Hamba Tuhan yang sejati dan hamba Tuhan yang gadungan.
Hamba Tuhan gadungan ini hamba uang, hamba kehormatan.

Ketika seseorang tidak mau mengakui otoritas Tuhan πŸ’— nmaka seseorang itu tanpa sadar menolak dibawahi Allah.
Sebagian kita kan tidak mau dibawahi Allah.
Aku mau makan....makan
Aku mau pergi... pergi
Aku mau jalan... jalan
Aku mau beli apa... beli
Aku mau buat apa...buat
Kenapa bisa begini ?

- Karena kita tidak berinteraksi dengan Tuhan.
- Kenapa tidak berinteraksi dengan Tuhan ?
- Karena kita merasa kita tidak bisa menjangkau itu, sangat mustahil, sangat tidak mungkin, itu hanya pendeta dan rohaniwan.
Ini lho akibatnya.

Jadi keselamatan yang diusahakan oleh Allah πŸ’— pada dasarnya adalah usaha mengambil miliknya.
Kita ini milikNya.
Tuhan mau ambil kita.
Tapi kita tidak mau diambil.
- Karena kita tidak berinteraksi berhubungan langsung.
- Kita mau jadi majikan bagi diri kita sendiri.

Allah Bapa πŸ’— mengingini kita menjadi milikNya.
Tapi kita tidak mau dimiliki Tuhan.
Dengan cara apa ?
Mau hidup suka - suka sendiri.
Karena :
- kita tidak berinteraksi dengan Tuhan
- Tidak menghayati Tuhan  - Tidak merasakan kedasyatan keagungan pribadiNya.
Keagungan kesucianNya.
Kita tidak bisa mengalami itu, jadi kita tidak bisa dimiliki Tuhan.

Kita tidak bisa dimiliki Tuhan dan memiliki Tuhan tanpa memiliki karakterNya.
Tuhan mau interaksi itu mau membimbing kita.
Tuhan menebus kita πŸ‘₯, mau memiliki kita, mau berjalan dengan kita.
Dan kalau Tuhan mau berjalan dengan kita, Tuhan mau membawa kita ke satu arah.

Tuhan pimpin kita, Tuhan mau merubah kita, mau merubah karakter dan watak kita.
Maka dalam kebersamaan tersebut Tuhan mendidik kita.
Kita akan mengerti  bagaimana Tuhan mendidik kita.

Melalui setiap peristiwa - peristiwa yang terjadi Tuhan πŸ’— mendandani manusia batiniah kita.
Agar kita cantik di mata Tuhan, agung di mata Tuhan, indah di mata Bapa di Surga.

Kalau kita merasa
bersentuhan dengan Tuhan πŸ’—, berinteraksi dengan Tuhan sesuatu yang mustahil ya habislah kita.

Banyak kita πŸ‘₯ yang tidak mengalami Tuhan.
Apalagi bertahun - tahun, berjalan tanpa mengalami Tuhan.
Rasa tidak mungkin mengalami Tuhan itu.

Jangan hanya yakin - yakin masuk surga, berhenti yakin masuk Surga.
Tapi mengalami, bukan menyakini.
Kita kalau mau mendapatkan pertanggungan asuransi mobil ditabrak, rumah terbakar, atau kesehatan.
Kita tidak hanya yakin saja, tapi harus membayar premi.
Baru bisa dapat jaminan.

Bagaimana kita dengan Tuhan ?
Kita harus membayar premi.
Tiap hari berjalan dengan Tuhan
Kalau salah minta ampun.
Jadi kalau mati bukan yakin masuk surga, tapi tahu karena mengalami Tuhan πŸ’— tiap hari berjalan pengalaman dengan Tuhan.

Kalau kita merasa bahwa yang bisa berinteraksi itu hanya rohaniwan atau pendeta habislah kita.
Apalagi seseorang tampil dengan visi Tuhan.
Pesan - pesan dan visi - visi Tuhan itu harus berdasarkan Alkitab.

Pasti tidak akan bertentangan dengan Alikitab.
Semua harus berdasarkan Alikitab πŸ“š
Jangan sombong, orang hebat, kaya terhormat, sehebat apapun.
Ketika orang yang dicintainya meninggal hilang kehormatannya atau kurang kehormatannya.
Ketika dia mati habis kehormatannya.

Yang kaya saja tidak boleh sombong.
Apalagi yang miskin.
Banyak orang πŸ‘₯ tidak bisa diubah.
Karena semua diselesaikan dengan uang.
Dia bisa beli keputusan hakim.
Dia bisa beli aparat.
Nanti kebawa, Tuhan juga gampang, plus pendeta sekalian dibeli.
Akhirnya dia menggampangkan kekekalan.
Orang yang bisa melewati masalah dengan gampang, cerdik, licik jadi sombong.

Ini zaman Perjanjian Baru, setiap kita πŸ‘₯ diberi peluang untuk berinteraksi dengan Tuhan.
Maka kita harus ketemu Tuhan.
Kita harus bergumul pribadi dengan Tuhan.
Belajarlah berbicara dengan Tuhan.
Seakan - akan percakapan tidak ada seperti angin.

Kita harus menghayati bahwa setiap perkataan kita sampai kepada Bapa.
Karena Roh Kudus πŸ’—dalam diri kita.
Yang terpenting kita berdoa dengan tulus, jangan protokuler.
Kalau kita bergaul dengan Tuhan dengan benar kita akan menjadi peka.

Kita boleh mengasihi dan menghormati pendeta, tetapi kita tidak boleh mengkultuskan pendeta.
Tidak ada pendeta yang hebat.
Yang hebat Tuhan πŸ’—
Yang kita perlukan dari pelayanan kebenaran Firman Tuhan, supaya kita bisa berinteraksi dengan Tuhan dengan benar.

JBU 🌷

Tidak ada komentar:

Posting Komentar