Rabu, 23 Mei 2018

( Sunday Bible Teaching ) SBT, 20 Mei 2018 Pdt. DR. Erastus Sabdono

Bagi orang - orang beragama masyarakat yang menjunjung tinggi keberagamaan dan kebertuhanan.
Manusia πŸ‘₯ menjadi makhluk yang hebat adalah manusia yang beragama.

Tetapi di dalam Kekristenan justru pola - pola keberagamaan manusia tidak menjadi hebat seperti standar yang Allah πŸ’— inginkan.
Ini ada unsur paradoks.

Kehebatan manusia bukan pada keberagamaan, tetapi bagaimana manusia bisa mengenakan kodrat penciptanya.
Dan ini tidak bisa dilakukan agama.
Agama pasti berorientasi pada ceremonial, pada hukum, dan dominasi tokoh.
Sehingga umat tidak bisa berhubungan langsung secara proporsional, secara ideal dengan Allahnya.

Kalau Kekristenan sudah jadi agama dengan berbagai atribut tersebut, maka banyak orang Kristen tidak menemukan keunggulan Kekristenan itu.
Jadi tidak heran banyak orang Kristen πŸ‘₯ tidak lebih baik dari orang beragama lain.

Keberagamaan itu baik, bisa sangat baik.
Manusia πŸ‘₯ bisa berbudi luhur, mulia karena beragama.
Dan tidak ada agama yang mengajarkan kejahatan kecuali individu menafsirkan agamanya salah.
Keagamaan mengajarkan kebaikan.
Keagamaan pasti diakui mendatangkan damai sejahtera.

Tetapi Kekristenan bukanlah agama, sebab Kekristenan tidak memiliki pilar ceremonial.
Tetapi agama pasti memiliki pilar dan ceremonial.
Tanpa ceremonial itu nyaris tidak bisa dikatakan beragama.

Agama pasti memiki pilar yaitu hukum.
Tanpa hukum tidak bisa dikatakan beragama.
Harus ada hukum dan harus ada syariat.
Itulah orang - orang Yahudi yang memiliki hukum, syariat, tatanan hidup diatur oleh peraturan - peraturan.

Di dalam agama ada pilar yaitu : dominasi tokoh,
di mana ada pemimpin, ulama.
Di dalam Kekristenan setiap individu itu imamat - imamat yang bisa langsung berhubungan dengan yang disembah.

Bangsa Israel menghormati Allah dengan upacara agama
Bangsa Israel menghormati Elohim dengan ceremonial dalam bentuk menyanyi, memuji Tuhan πŸ’— dengan tarian, dengan gambus dan kecapi, serta melakukan hukum.

Gereja - gereja πŸ’’ hari ini mengimpor.
Ini tidak salah, tetapi jangan dijadikan pilar.
Sebenarnya melakukan itu belumlah menghormati Tuhan secara ideal.
Jadi dengan menyembah Tuhan dengan ceremonial belumlah menghormati Tuhan.

Tidak cukup orang setuju dengan hukum - hukum yang diberikan dan melakukannya.
Tetapi setuju dengan setiap gerak perasaan, pikiran, dan kehendak Allah 
Menyatu dengan Sang Khalik.
Seperti doa Tuhan Yesus : "Bapa dalam Aku, Aku dalam Engkau".
Allah Bapa πŸ’— dan Allah Anak.
Dan mereka dalam Kita.

Yohanes 17 : 20 - 21
Mereka dalam Kita,
bukan sembarangan.
Ini orang - orang yang menyatu dalam pikiran dan perasaan Tuhan.

Yohanes 17 : 1 - 2
Ini orang - oramg eksklusif.
Jadi tidak bisa banyak, atau tidak mungkin banyak.
Karena Tuhan πŸ’— berkata "Banyak yang dipanggil, sedikit yang dipilih".
Ini bukan orang - orang yang berteologi, orang - orang yang bisa berkemampuan berdebat tentang Tuhan atau membuat kajian Teologi.

Tetapi orang - orang yang memiliki pikiran dan perasaan Tuhan.
Tidak harus memiliki ilmu Teologi, tetapi harus ada namanya guru, gembala sidang yang mengajar.
Tidak bisa tidak.

Yang mengajar memberitahukan pengetahuan yang memadai untuk bisa menjadi kendaraan jemaat ini mengembangkan cara berpikirnya sampai bisa memiliki pikiran dan perasaan Tuhan πŸ’—

Jadi tidak harus seperti
seorang Teolog yang belajar Teologi di sekolah Teologi sampai gelar akademis, master Teologi sampai doktor.
Tetapi bagaimana seorang pembicara sebagai jurubicara Tuhan orang harus menyampaikan kebenaran - kebenaran yang pada setiap masing - masing jemaat menemukan sesuatu yang bisa menjadi kendaraan kapital / modal ia bertumbuh untuk menemukan pikiran dan perasaan Kristus.

Karena masing - masing kita punya keberadaan yang berbeda - beda.
Tetapi apa yang disampaikan jemaat itu sudah cukup modal setiap individu untuk bisa mencapai pengenalan akan Tuhan πŸ’— dan memiliki pikiran dan perasaan Kristus.
Dan ini baru memjadi makhluk yang luar biasa.

Jadi bukan diukur dari keberagamaan.
Kalau di masyarakat orang yang menjunjung tinggi agama itu hebat.
Tetapi justru agama bisa menghambat pertumbuhan iman Kristiani yang benar untuk jadi serupa dengan Kristus dan memiliki pikiran dan perasaan Kristus πŸ’—
Sebab pilarnya ceremonial hukum, dominasi tokoh ini malah menghambat.

Yang penting adalah bagaimana firman diberitakan seperti saat ini, kita duduk diam mendengar Firman, kita mendengar kebenaran - kebenaran akan membangun sebuah bangunan berpikir yang dapat membuat kita bertumbuh sendiri sampai mencapai pengenalan Allah πŸ’— yang membuat kita serupa dengan Kristus.

Di tempat kita, posisi hidup kita, karakter kita yang sangat khas itu.
Itu baru benar.
Jadi tidak banyak, ini eksklusif sekali.

Yoh 17 : 21
Di balik Tuhan Yesus πŸ’—kita menjadi pertaruhannya.
Siapa yang percaya Yesus itu anak Bapa ?
Karena banyak tokoh agama yang hebat - hebat.
Orang percaya harus memiliki hidup keberagamaan lebih dari tokoh - tokoh agama, ahli Taurat, dan orang - orang Farisi, lebih dari ulama - ulama.
Level apa itu ?

Sedangkan ahli Taurat dan orang Farisi simbul puncak orang beragama.
Harus lebih dari ahli Taurat dan orang Farisi, macam apa itu ?
Ya macam ini, Keluar dari kodrat manusia ke kodrat Ilahi.

Buktikan Yesus adalah utusan Bapa πŸ’—
Kita di dalam Tuhan ketika menampilkan Tuhan di dalam hidup kita yang lebih dari ahli Taurat dan orang Farisi.
Ini berat, tidak main - main.
Kalau hanya beragama Kristen tidak berat.

Bagaimana Yesus diutus oleh Allah πŸ’— kalau kita menampilkan satu penampilan yang sangat istimewa, yang dibahasakan Tuhan Yesus ini.

Matius 5 : 20
Betapa hebat ini, luar biasa hal ini.
Semua umat Perjanjian Lama yang belum mengenal Tuhan Yesus Kristus sebaik apapun belum menemukan kemuliaan Allah.

Bagi mereka dosa berarti melanggar hukum Taurat.
Mereka belum bisa mengerti bahwa, dosa berarti meleset melakukan kehendak Allah πŸ’— atau tidak sesuai dengan keinginan Bapa.
Tetapi bagi kita kemelesetan, karena target kita seperti Yesus, sempurna seperti Bapa.

Jadi bagi kita yang hidup dalam zaman anugrah ini
di mana kemuliaan Allah πŸ’— yang hilang itu dimungkinkan ditemukan kembali.
Kemuliaan yang gagal dicapai Adam, manusia pertama.
Untuk Bapa yang Maha Mulia.
Tuhan Yesus bagi kemuliaan Bapa.

Memahami dosa bukan sekedar melanggar hukum, tetapi ketidak tepatan bertindak.
Hal ini mencakup sikap batiniah atau lahiriah.

Tetapi kalau pilarnya sudah hukum, semuanya
diverifikasi secara hukum terpasung di dalam kebodohan, kelicikan. Dangkalnya, sempitnya pengertian hidup mengiring Tuhan Yesus.

Kapan Tuhan memulihkan kerajaan Israel ?
Begitu pertanyaan yang memuat tuntutan.
Kisah para rasul 1
Tuhan Yesus menjawab : "Mengenai masa kamu tidak perlu tahu, itu Bapa yang menentukan."
Tuhan Yesus sendiri tidak menentukan.
Tapi kamu harus menjadi saksiKu dulu sampai ke ujung bumi 🌏
Kamu harus membuktikan Aku utusan Bapa.

Oleh sebab itu penginjilan bukan kita pergi ke satu tempat, menceritakan kisah Yesus, lalu orang menjadi Kristen.
Bukan begitu, sama sekali itu salah.
Setiap orang Kristen πŸ‘₯harus jadi saksi bagaimana memperagakan kehidupan seorang utusan seperti Yesus.

Utusan Bapa dengan kualitas moralnya agung seperti Bapa, serupa dengan Tuhan Yesus, sempurna seperti Bapa.
Memang ada orang yang ke daerah - daerah atau menginjil.

Tetapi harus dipahami tujuan pelayanan itu bukan sekedar orang menjadi Kristen.
Tetapi sampai tinggal di dalam Bapa πŸ’— dan Tuhan Yesus.
Bukan hanya setuju, tetapi
Kita harus mengalami.

Jangan sampai kita menyesal, kesempatan ini hanya 1 kali.
Kita πŸ‘₯ harus mengejar ketinggalan kita.
Semua harus jadi tidak berarti bernilai.
Kita bisa mengganggap apapun tidak menjadi masalah, kecuali satu ini
bagaimana kita berkenan kepada Tuhan.

Kemampuan berpikir semacam Allah πŸ’— inilah yang memungkinkan manusia menghormati Allah secara benar.
Jadi kalau ceremonial belumlah sikap hormat yang patut.
Kalaupun dianggap patut, itu cara manusia.
Berdosa itu kapasitasnya terbatas.

Untuk yang maha tinggi, patut mendapat penghormatan yang patut.
Untuk Bapa yang Mulia, Dia patut mendapat penghormatan yang paling  mulia dan paling baik.
Tuhan Yesus πŸ’— inilah yang  bisa jadi kemuliaan bagi Bapa.

Kita juga jadi manusia bagi kemuliaan Bapa πŸ’—
Maka baik kamu makan, minum, melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Bapa.
Terutama pada waktu kita : - Mengangkat orang
- Tidak menghina orang
- Membagi roti kita.
- Menjadi anggur yang tercurah dan roti yang terpecah untuk mereka yang kekurangan.
- Meletakkan beban penderitaan orang di bahu kita.
Kita bisa merasakan orang melihat kemuliaan Allah πŸ’— dalam hidup kita.

Tidak perlu menunjukkan diri hebat.
Tidak bisa tidak terang itu bercahaya.
Harus menjadi manusia πŸ‘₯ yang mendatangkan kemuliaan Allah.
Ketika kita membantu seseorang dengan tulus, sehingga orang melihat kemuliaan Allah dalam diri kita.

Ketika seseorang disentuh Tuhan πŸ’—, memandang kemuliaan Tuhan melalui kehidupan yang diubah, itu
baru intinya memandang kemuliaan Tuhan itu.
Bisa jadi sarana, doa yang menyembuhkan, ekonomi yamg kita bantu.
Tapi tujuan akhirnya orang itu diubah, ingat itu.

Kemuliaan Allah yang hilang dari manusia adalah
Kemampuan moral seperti Bapa di Surga dalam hidup kita, itu kita temukan.

Melayani Tuhan πŸ’— itu adalah :
Ternyata bagaimana kita merubah diri dulu mengalami perubahan dulu, baru kita bisa menyentuh orang lain.
Jika demikian baru dia bisa menghormati Bapa secara benar.

Tuhan Yesuslah profil, sosok, model, prototype dari manusia yang menghormati Bapa πŸ’—dengan benar.
Itulah yang membuat lusifer terbukti bersalah.
Jadi kalau agama baik, lusifer belum terbukti bersalah.
Tapi kalau menjadi Corpus Delcti, di mana menghormati Bapa secara patut, itu baru.

Agama Yahudi tata cara
mereka menghormati Yahwe luar biasa,
- Jam - jam doa mereka
- Kiblat ke Yerusalem
- Tiap tahun ziarah ke Yerusalem
- Mereka bunuhi orang - orang Kristen, karena merasa membunuh orang Kristen πŸ‘₯, mereka senang,
mereka lakukan.

Penghormatan itu belum penghormatan yang patut.
Mereka mendapat
nilainya 7,5
Tetapi Kalau seperti Yesus itu nilainya 10
Karena menentang Yesus nilainya jadi minus.

Orang yang menemukan kemuliaan Allah πŸ’—
Ini tak ternilai.
Kita ini punya panggilan bagaimana menjadi saksi.

Jadi orang yang menemukan kemuliaan Allah πŸ’— tidak menjadi saksipun menjadi saksi.
Kemuliaan Allah harus kita temukan.
Jadi sehebat apapun seorang pendeta dengan segala karunianya, sukses dalam membangun organisasi tanpa menemukan
kemuliaan Allah nyang hilang percuma.

Kalau kita menemukan kemuliaan Allah πŸ’— yang hilang kita pasti ditaruh di tengah rumah, karena tidak mungkin orang meletakkan pelita di bawah mangkok.
Ditaruh tengah - tengah rumah menerangi semua orang.
Rumah di situ dunia maksudnya.

Jadi kita tidak perlu berkata,Tuhan pakailah aku.
Mungkin orang belum merasa dipakai Tuhan.
Yang berdoa Tuhan  pakailah aku belum tentu dipakai, apalagi yang belum berdoa.
Mungkin orang belum pernah sungguh - sungguh berkata, "Tuhan pakailah aku."
Ada juga, "Tuhan saya mau memakai Engkau."

Tapi kalau kita berubah, otomatis dipakai.
Jadi jangan berpikir sekolah Alkitab, sekolah Teologi baru dipakai Tuhan.

Sekolah Alkitab yang benar di gereja πŸ’’, jemaat menjadi mahasiswa - mahasiswanya.
Jadi kita tidak usah ngotot mau sekolah Alkitab.
Kecuali orang mau jadi pembicara, karena memang ada orang yang bertalenta.

Kalau tidak kita belajar firman dari Youtube, CD khotbah, baca buku, yang terpenting prilaku kita berubah.
Tidak bisa tidak kita πŸ‘₯akan bercahaya di manapun.
Di tengah lingkungan yang banyak tantangan kita makin bercahaya.

Orang percaya πŸ‘₯ harus berubah kodrat.
Kalau hanya baik cukup mengutus Musa.
Melakukan hukum dan membuat Bangsa Israel itu jadi baik.

Alkitab πŸ“š berkata mereka  melihat kemuliaan Musa sampai menutupi muka mereka.
Kemuliaan Musa yang dipancarkan, mereka tidak sanggup.

Betapa lebih besarnya kemuliaan orang - orang πŸ‘₯ yang menerima Injil.
Kemuliaan yang maha tinggi itu memancar.
Kalau Musa secara fisik, kalau kita kemuliaan rohani.
Yesus itu utusan Allah πŸ’—
Setan itu menutupi segala sesuatu.

Jangankan kita, Yesuspun dibully, dirusak.
Banyak orang πŸ‘₯ mempromosikan agamanya membully agama lain.
Kita jangan membully.
Kita harus menghargai agama orang lain juga baik.
Kita harus bermasyarakat secara dewasa.

Agama - agama mengajarkan kebaikan.
Tapi kita sebagai orang Kristen πŸ‘₯ harus sempurna.

Jadi tugas kita memancarkan kemuliaan Allah.
Kita bisa memancarkan kemuliaan Allah waktu ditusuk, ini emas atau kotoran.

Jadi kemuliaan Allah πŸ’— itu lewat peritiwa yang terjadi.
Bahkan yang ektrim
Di manapun kita berada kita diuji.
Dan akan nampak dengan jelas kemuliaan Allah dalam hidup kita.
Kita harus jadi saksi Tuhan sampai ke ujung bumi.

JBU...🌷

Tidak ada komentar:

Posting Komentar