Minggu, 20 Mei 2018

RH Truth Daily Enlightenment “SEPENUH HATI” Pdt. DR. Erastus Sabdono  20 Mei 2018

Ditengah-tengah komunitas Kristen, masih saja terdapat pemahaman yang salah mengenai siapa yang patut disebut sebagai hamba Tuhan.
Biasanya mereka yang merasa diri sah dengan status sebagai hamba Tuhan, merasa berhak untuk menerima perpuluhan.

Biasanya mereka juga merasa sebagai imam-imam, seperti imam-imam di Perjanjian Lama.
Dalam hal ini, jemaat 👥dipandang sebagai umat, sepertiumat Israel. Dengan demikian “imam-imam” tersebut merasa berhak untuk menerima perpuluhan.

Firman Tuhan jelas menyatakan bahwa kita semua adalah imamat-imamat (1Ptr. 2:9).
Kalimat imamat yang rajani dalam 1 Petrus 2:9 dalam teks aslinya adalah basileion ierateuma (Βασιλειον ιερατευμα), yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris sebagai kingly priesthood. Priesthood artinya keimaman atau yang sama artinya dengan hulubalang. Kingly artinya bertalian dengan hal kerajaan.

Imam-imam di Perjanjian Lama adalah hulubalang-hulubalang Elohim Yahwe yang melayani Dia di Bait Allah.
Orang percaya adalah hulubalang dalam Kerajaan Surga, yang sama dengan seorang imam yang melayani di Bait Allah.

Semua orang percaya adalah imam-imam bagi Tuhan Yesus 💗
Dengan demikian, tidak ada strata dalam gereja Tuhan Yesus.
Seharusnya, orang percaya berani menyatakan bahwa dirinya adalah seorang hamba Tuhan atau hulubalang atau imam bagi Tuhan Yesus Kristus.

Seorang hamba Tuhan atau hulubalang atau seorang imam bagi Tuhan Yesus, tidak harus memiliki jabatan sinode sebagai pendeta.
Kita yang telah dibeli oleh Tuhan Yesus 💗 dengan darah-Nya yang mahal adalah milik-Nya seratus persen atau sepenuhnya. Kalau dulu kita adalah hamba dosa, sekarang harus menjadi hamba Tuhan.

Untuk ini, kita 👥 tidak boleh lagi membedakan, kalau pendeta adalah hamba Tuhan sedangkan jemaat bukan hamba Tuhan.
 Kalau bukan hamba Tuhan, hamba siapa? Dalam kehidupan ini orang percaya harus memilih menjadi hamba Tuhan atau hamba setan.
Orang percaya harus menempatkan diri di satu pihak.

Kalau semua orang percaya disebut dan memang demikian adanya berstatus sebagai hamba Tuhan, maka berarti semua orang percaya 👥 harus mengabdi kepada Tuhan Yesus sebagai Tuannya sepenuh waktu, sebab bagi Tuhan Yesus tidak ada pelayan atau hamba Tuhan Yesus yang separuh waktu (Ing. parttimer).

Tuhan Yesus menegaskan di dalam Firman-Nya, bahwa orang percaya tidak bisa atau tidak boleh mengabdi kepada dua tuan (Mat. 6:24).
Seseorang harus menjadi hamba Tuhan Yesus 💗 sepenuh waktu (full timer) atau tidak sama sekali. Dengan menjadi hamba Tuhan sepenuh waktu bagi Tuhan, maka apapun harus dengan rela dilepaskan bagi kepentingan Kerajaan Surga.

Ini berarti ia harus rela kehilangan “nyawa”, artinya kehilangan segala kesenangan dunia ini, demi dapat melayani Tuhan sepenuh waktu.
Menjadi hamba Tuhan sepenuh waktu berarti sepenuh hati.
Tidak sedikit orang yang mengaku hamba Tuhan atau yang melayani Tuhan 💗 sepenuh waktu, tetapi sebenarnya tidak sepenuh waktu.

Ukuran sepenuh waktu bukan pada jam atau waktu yang digunakan dalam kegiatan gereja 💒, tetapi sikap hatinya.
Sikap hati terhadap Tuhan dan terhadap dunia ini, serta kualitas kehidupan rohani atau kedewasaannya.

Kalau seseorang belum mengasihi Tuhan 💗dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan, tidak mungkin ia dapat melayani Tuhan sepenuh waktu.
Orang seperti ini pasti sebagian hatinya masih terbelah, karena mengasihi dunia ini.
Paling tidak, ia masih ingin hidup wajar seperti manusia lain.

Hal ini tidak dapat dihindari, sebab kalau seseorang belum dewasa, maka belum bisa meninggalkan percintaan dengan dunia 🌏
Biasanya orang-orang seperti ini, masih mengingini bagaimana bisa menikmati dunia, walau sekecil apapun.

Berbeda dengan orang Kristen yang mengasihi Tuhan dengan segenap hidup dan bertumbuh dalam kedewasaan rohani, ia sudah tidak mau lagi menikmati dunia seperti anak-anak dunia.
Dengan demikian, orang yang bersedia melayani Tuhan sepenuh waktu dari sikap hatinya yang benar, bersedia meninggalkan kesenangan dunia 🌏 dan keinginan-keinginan yang bertentangan dengan kehendak Allah adalah hamba Tuhan.

Tentu saja, orang-orang seperti ini hidupnya bersih di hadapan Tuhan.
Dalam hal ini pelayanan yang benar bagi Tuhan 💗 adalah menyenangkan hati-Nya dengan segala perbuatan yang benar, termasuk dalam mempersembahkan persembahan bagi Tuhan.

Kehidupan seorang percaya tidak bisa dipisahkan dengan kesucian hidup.
Orang yang hidupnya tidak bersih atau tidak benar di hadapan Tuhan 💗, tidak mungkin dapat melayani Tuhan sepenuh waktu. Tetapi, ini bukan berarti harus menunggu hidup sempurna, baru dapat mengambil bagian dalam pelayanan pekerjaan Tuhan.

Setiap orang percaya harus sedini mungkin belajar untuk hidup benar.
Hidup yang benar orang percaya 👥 ditandai dengan kesediaannya hidup sepenuhnya untuk melayani Tuhan.
Orang percaya harus terus bergerak dalam pertumbuhan iman yang benar, yaitu semakin seperti Yesus.

Sementara berubah terus semakin seperti Yesus, orang percaya 👥 belajar mengambil bagian dalam pelayanan pekerjaan Tuhan.
Oleh sebab itu, lebih dari mempersoalkan uang persembahan, perpuluhan dan masalah-masalah “minor” lainnya, hati orang percaya harus digarap dengan benar.

Kalau hatinya sudah beres, maka masalah lain juga menjadi beres.
Orang percaya 👥 seperti ini sudah tidak lagi mempermasalahkan berapa persen penghasilannya yang harus dikembalikan kepada Tuhan.
Baginya segenap hidup adalah persembahan bagi Tuhan.

JBU

https://overcast.fm/+IqOCpJwKc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar