Jumat, 11 Mei 2018

RH Truth Daily Enlightenment “TANGGUNG JAWAB GEREJA” Pdt. DR. Erastus Sabdono   12 Mei 2018

Dalam sub bab ini kita membahas mengenai tanggung jawab gereja πŸ’’ dalam pengelolaan uang persembahan.
Betapa besar tanggung jawab gereja yang dalam hal ini pelakunya adalah para pimpinan jemaat dengan stafnya dalam penggunaan dan pengelolaan uang persembahan yang dipersembahkan jemaat kepada Tuhan.

Persembahan uang dari jemaat kepada Tuhan πŸ’— tersebut sesungguhnya sudah menjadi uang Tuhan.
Jadi kalau gereja dalam hal ini pimpinan jemaat dan stafnya sembarangan menggunakan uang Tuhan, maka hukuman Tuhan pasti menimpa mereka.

Dalam hal ini juga berlaku Firman bahwa yang diberi banyak dituntut banyak, tetapi yang diberi sedikit dituntut sedikit.
Semakin besar jumlah uang persembahan yang diterima gereja πŸ’’, maka tanggung jawabnya juga semakin besar.

Oleh sebab itu, mereka yang diberi kepercayaan oleh Tuhan πŸ’— untuk mengelola uang Tuhan, harus mengelola uang Tuhan tersebut dengan benar.
 Dalam hal ini, kedewasaan rohani seorang pimpinan jemaat, seperti Gembala Sidang, sangat berperan besar.

Pimpinan jemaat dan stafnya harus mengelola uang Tuhan dengan takut dan gentar, serta mohon petunjuk serta pimpinan Roh Kudus.
 Semakin besar uang persembahan yang diberikan jemaat πŸ‘₯ kepada gereja, maka semakin besar godaan untuk melakukan banyak hal yang bertentangan dengan kehendak Tuhan.

Kalau seorang gembala jemaat tidak takut Tuhan, maka stafnya pun juga tidak mungkin memiliki hati yang takut akan Tuhan πŸ’— secara benar.
 Orang yang tidak takut akan Tuhan dengan benar, pasti menggunakan uang Tuhan secara tidak benar pula, sehingga tujuan persembahan perpuluhan atau persembahan lain tidak mengenai sasaran.

Selama ini banyak terjadi penyimpangan penggunaan uang, sebab pimpinan jemaat mengelola uang sesuka sendiri di luar pimpinan Tuhan πŸ’—
Di sini Teokrasi diganti penjadi pendetakrasi.

 Hal ini biasa terjadi pada gereja-gereja πŸ’’ dimana pimpinan jemaat memiliki hak penuh mengatur uang persembahan, yaitu gereja-gereja yang sistim organisasinya otonomi atau disentralisasi, dimana masing-masing gereja lokal memiliki hak penuh mengatur keuangan gereja.

Dalam kondisi seperti ini, pendeta berpotensi besar menjadi raja kecil di tengah-tengah jemaat.
Tentu saja penyalahgunaan uang Tuhan sangat merugikan perkembangan pekerjaan Tuhan πŸ’—
 Hal ini pun juga sangat berdampak negatif terhadap kehidupan rohani pimpinan jemaat dan keluarganya.

Harus selalu diingat bahwa akar segala kejahatan adalah cinta uang(1Tim.6:10).
Kalau seorang pimpinan jemaat dan keluarganya tidak menyadari hal ini dan tidak berhati-hati dalam menyikapi uang, maka mereka sangat bisa dirusak oleh “gairah cinta uang” tersebut.

Tentu saja kehidupan rohani pimpinan jemaat yang tidak baik memiliki pengaruh dan peran yang sangat besar terhadap jemaat πŸ‘₯ yang dilayaninya.
Hal ini sudah terjadi di banyak kehidupan pimpinan jemaat dewasa ini di dalam banyak gereja.

Bisa terjadi, ketika gereja masih kecil, penghasilan pimpinan jemaat masih rendah, ia memiliki kehidupan rohani yang baik, tetapi ketika gereja πŸ’’ bertambah besar dan pemasukkan uang gereja besar pula, tidak sedikit di antara mereka menjadi rusak.

Kalau seorang pimpinan jemaat merasa berhak memiliki dan menguasai perpuluhan jemaat πŸ‘₯tanpa batas, dan ia tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan serta tidak mengasihi Tuhan dengan benar, maka dengan jumlah jemaat yang besar dan pemasukan uang gereja yang besar, hal ini dapat membuat pimpinan jemaat dan keluarganya menjadi milyarder sampai trilyuner.

Sementara itu kepentingan pekerjaan Tuhan bisa terabaikan.
Kepentingan pekerjaan Tuhan πŸ’— antara lain: pelebaran penginjilan, bantuan kepada kaum miskin dan lain sebagainya.
Sangat tidak benar kalau seorang pimpinanjemaat mengklaim bahwa semua perpuluhandalam jumlah yang sangat besar jauh dari hidup cukup adalah haknya.

Atas dasar apakah tuntutan tersebut kalau bukan atas dasar keserakahan dan naluriah “dilayani”, bukan melayani?
Untuk menghindarkan kesalahan dalam menggunakan uang perpuluhan dan persembahan lainnya, seorang pimpinan jemaat harus hidup dalam pemerintahan Allah.

Sesuai dengan Doa Bapa kami : Datanglah Kerajaan-Mu, ia harus menyelenggaraan pengelolaan uang persembahan sesuai kehendak Tuhan.
Inilah Teokrasi bagi umat Perjanjian Baru
 Dalam kehidupan gereja Tuhan πŸ’— yang tidak Teokrasi, perpuluhan dan persembahan lain bisa menjadi senjata Iblis untuk membunuh kehidupan iman pimpinan jemaat, keluarganya dan jemaat.
Tetapi kalau kehidupan gereja Teokrasi, maka pekerjaan Tuhan berkembang luar biasa dan uang persembahan menjadi alat efektif bagi Tuhan mengembangkan Kerajaan-Nya.

JBU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar