Jumat, 04 Mei 2018

Sabtu, 14 April 2018 Seminar "Perpuluhan" Sesi 1 - 3 Pdt. Dr. Erastus Sabdono

🌷Sesi 1
Maksud membahas hal perpuluhan dan persembahan, bukan supaya saudara memberi uang kepada gereja.
Jauh dari niat mau mengeksploitasi jemaat atau untuk memperbesar gereja πŸ’’
Itu bukan inti masalah.

Inti masalahnya adalah bagaimana kita bertanggung jawab atas harta, uang yang Tuhan percayakan kepada kita.
Semua itu sesungguhnya telah menjadi milik Tuhan ketika kita memberi diri menjadi anak tebusan.
Harta kita πŸ‘₯ yang sesungguhnya harta kita, sendiri adalah nanti di Kerajaan Surga.

Jangan berpikir negatif maksud dari seminar perpuluhan ini.
Sebab mudah orang berbicara, tetapi belum tentu apa yang dikemukakan mulutnya sesuai dengan apa yang ada di dalam hati.

Tetapi Tuhan πŸ’— itu hidup, kita bisa memperkarakannya dan dapat jawaban yang tepat dari Tuhan dengan persoalan lainnya.

Dalam bahasa Ibrani kata perpuluhan adalah : ma'aser ( kekayaan)
Dalam bahasa Yunani dekate atau apdekatoo.
Dekate artinya : perpuluhan
Apodekatoo berarti : membayar perpuluhan yaitu sepersepuluh dari penghasilan dari hasil agraria yang dimiliki bangsa Israel, kepada Tuhan πŸ’— dalam hal ini diwakili oleh Bait Allah dan Imam Lewi sebagai pengelolanya.

Perpuluhan ditinjau dari budaya Timur Tengah kuno lingkungan keagamaan seperti keagamaan Bangsa Yahudi.
- Perpuluhan diberikan kepada penguasa - penguasan seperti membayar pajak atau upeti.
- Perpuluhan juga dipersembahkan orang Kanaan Timur Tengah sebagai satu persembahan untuk dewa - dewa.

Menurut transkrip kuno,
perpuluhan menunjuk adanya metode persembahan dengan menggunakan persentase dan sudah menjadi  tradisi publik (umum) yang dilakukan masyarakat Timur Tengah kuno, termasuk Mesopotamia, di lembah Sumeria di mana Abraham berasal.
Jadi mereka πŸ‘₯ tidak asing dengan perpuluhan itu. Perpuluhan dengan persepuluhan sama.

Pada zaman masyarakat Mesopotamia kuno, perpuluhan tidak hanya diberikan pihak penguasa, tetapi juga kepada pelayan atau pejabat keagamaan.
Dan hal ini ternyata berlanjut pada zaman Musa, di mana mereka πŸ‘₯ Bangsa Israel memberikan perpuluhan untuk beberapa kebutuhan atau beberapa kepentingan.

Dengan demikian apa yang dilakukan Abraham dalam Kejadian 14
Ketika ia memberikan persembahan kepada Imam Melkisedek, itu bukan sesuatu yang tidak umum, itu sudah umum.

Itu lanjutkan dari bagian tradisi yang sudah ada.
Kepungan - kepungan tua yang melalui penggalian - penggalian dari kota - kota kuno seperti
Kota di mana Abraham berasal, perpuluhan sudah dikenal.

Perpuluhan di kota Ur kuno diberikan kepada dewa - dewa sesembahan mereka, di antaranya dewi Ningal, dewi yang disembah penduduk Ur.

Menurut beberapa ahli  ternyata pula perpuluhan tidak hanya menjadi Mesopotamia kuno, tetapi masyarakat Kanaan lainnya seperti Syro- Palestina.

Di Mesir juga dikenal tradisi perpuluhan.
Bentuk - bentuk perpuluhan pada zaman itu baik di masyarakat Mesopotamia kumo maupun bangsa - bangsa Timur Tengah lainnya perpuluhan bisa berupa hasil bumi, ternak, perak, dan perunggu.

Seperti Abraham πŸ‘€ memberikan barang rampasan perang kepada Raja Melkisedek Raja Salem yang membawa roti dan anggur

Raja Melkisedek Raja Salem yang dikenal sebagai Imam Allah πŸ’—

Ini membuktikan budaya perpuluhan yang sudah dilakukan pada waktu itu.
Yang diserahkan Abraham rampasan perang bisa berupa ternak,
perak, dan perunggu.

Di dalam kitab Ibrani
Penulis Ibrani menulis kalimat khoris de pases antilogias artinya :
tidak bisa dibantah, tidak bisa dihindari atau tidak bisa disangkal bahwa yang yang lebih muda atau kurang terhormat memberi perpuluhan kepada yang lebih tinggi derajatnya atau yang lebih tua.

Perpuluhan sudah merupakan tradisi.
Jadi bukan muncul baru pada zaman Musa, tetapi sudah ada sejak zaman Abraham.

Alkitab πŸ“š mencatat Imam Melkisedek sosok misteri yang tidak bisa tidak Yesus Kristus menerima perpuluhan dari Abraham.

Bila kita mengamati dengan teliti dan jujur. Persembahan yang diberikan Abraham kepada Melkisedek, itu bukan sebagian dari hartanya.

Ketika Abraham memburu Raja Kedorlaomer dan menyelamatkan Lot keponakannya dengan 318 hamba - hambanya.
Di sini kita πŸ‘₯ melihat sosok Abraham bukan seorang yang berpakaian bersih dan hidup di kursi singgasana, tetapi seorang yang pekerja fisik, seorang pedekar perang juga.
Dengan 318 dia bisa menaklukkan Raja Kedorlaomer yang mengalahkan Sodom dan menyelamatkan Lot.

Abraham memberikan perpuluhan bukan dari hartanya tetapi sepersepuluh dari rampasan yang dia ambil dari Raja Kedorlaomer.
Sedangkan yang 90 % itu diberikan kepada Raja Sodom.

Abraham tidak mau dirinya dianggap menjadi kaya karena jarahan yang diperoleh dari Raja Kedorlaomer.
Ia tidak mau mengambil hasil rampasan itu karena yang penting adalah
keponakannya Lot diselamatkan.
Ini pribadi yang agung.

Yang kita bicarakan perpuluhan yang diberikan Abraham.
Hasil rampasan yang dia ambil dari Raja Kedorlaomer.

Banyak orang πŸ‘₯ mempermasalahkan sepersepuluh yang diberikan kepada Melkisedek, tetapi tidak mempermasalahkan 90 % yang diberikan kepada Raja Sodom.

Tetapi ironinya ini.

Jadi Abraham tidak dengan sengaja datang ke tempat Melkisedek untuk memberikan perpuluhan
Kebetulan Abraham dalam perjalanan pulang ke tempat di mana ia menetap, Abraham πŸ‘€harus  melintasi Salem.
Justru Melkisedeklah bersama dengan Raja Sodom yang menyongsong Abraham.

Hanya sekali itu saja Abraham memberi perpuluhan.

Jadi Abraham tidak mempersembahkan sebagian miliknya, tetapi jarahan yang dia peroleh dari Raja Kedorlaomer.

 Itulah sebabnya yang kita contoh dari hidup Abraham πŸ‘€ bukan perpuluhannya, tetapi integritas pribadinya. Ia meninggalkan Urkasdim, mempertaruhkan nyawa, itu lebih dari sepersepuluh hartanya.
Itu seluruh hidupnya dirampas.

Jadi jangan melihat sepersepuluh hartanya yang diberikan kepada Melkisedek.
Yang dipersembahkan kepada Tuhan.

Adapun berbicara Yakub yang memberikan perpuluhan.
Kejadian 28 : 20 - 22
Ketika Yakub lari dari ancaman Esau.
Ia lari meninggalkan rumahnya dan tertidur di Bethel.
Ia mendapat mimpi, di tempat itulah ia berjanji akan memberikan perpuluhan kalau Tuhan πŸ’— membawa kembali ke rumah orang tuanya dengan selamat.
Kalau Tuhan melindungi Yakub membawa kembali ke rumah orang tuanya dengan selamat.
Ia memberi perpuluhan.

Jangan melandaskan perpuluhan dengan syarat.
Ini namanya conditional.
Perpuluhan dengan
conditional.

Tuhan....kalau Engkau memberkati bisnisku, maka kuberikan 10 %
Itu kurang ajar, apa artinya uang ?
Tuhan πŸ’— mau segenap hati kita.

Jadi kalau kita melihat secara historis perpuluhan yang dilakukan Abraham dan Yakub itu bukan perintah Tuhan πŸ’—
Tapi budaya memang yang sudah ada pada waktu itu.

Kita harus melihat latar belakang perpuluhan itu menyisihkan perpuluhan itu tentu penjelasannya sangat rumit di sini.

Tetapi pada dasarnya perpuluhan yang dikehendaki yang diberikan kepada Tuhan πŸ’— itu untuk 5 obyek.
Ini summary dari summary. Konklusi dari konklusi.

Jadi sangat ringkas.

Perpuluhan yang diberikan oleh bangsa Israel itu 5 obyek :
1. Untuk biaya pesta Pondok Daud.
2. Untuk suku Lewi
dan imam.
3. Untuk kegiatan sosial  janda asing, anak yatim, orang miskin dan orang asing di tengah - tengah mereka.
4. Untuk gaji pegawai dan pembiayaan penyelenggaraan pemerintah
.
5. Untuk pemeliharaan Bait Allah.

Jadi Kalau kita membaca Alkitab πŸ“š dengan lengkap, mendetail, teliti dan jujur.
Perpuluhan untuk 5 obyek ini.
Dan di setiap masa itu bisa berubah sesuai dengan situasi yang terjadi atau  berlangsung sesuai
kebutuhan bangsa Israel saat itu.

Untuk biaya Pondok Daun
diselenggarakan dengan maksud selalu mengingat bahwa Bangsa Israel pernah ada dalam perjalanan di padang gurun.

Kalau kita melihat selama ini yang sering digunakan kitab Maleakhi.
Maleakhi 3 : 10 -11
Satu hal yang harus kita ketahui, sebenarnya kitab Maleakhi kitab yang  memuat kemarahan Tuhan πŸ’— kepada bangsa Israel yang tidak melakukan Taurat.
- Tidak  memberikan persembahan yang patut kepada Tuhan,
- Perkawinan campur dengan bangsa kafir.

Ayat ini hanya untuk Bangsa Israel saja yang hidup di zaman Nabi Maleakhi ketika masih hidup.
Tidak untuk sembarang orang πŸ‘₯
Jangan ditujukan secara umum untuk semua orang.

Oleh karena itu ayat ini tidak boleh secara harafiah secara mentah dikenakan kepada bangsa lain atau siapapun tanpa melihat konteksnya.
Juga bukan untuk umat Perjanjian Baru.

Seperti kalau kita πŸ‘₯ membaca kitab Roma.
Itupun bukan untuk orang Jakarta atau orang manapun.
 Hanya untuk orang Roma, kecuali kita memiliki kasus yang sama dan kesetiaan yang sama seperti jemaat Roma.

Misalnya Firman Tuhan mengatakan, dalam kitab Roma 6 : 16 - 17
Itu untuk untuk jemaat Roma yang kondisi untuk bersedia kehilangan kesenangan hidup, setia dan betul - betul bisa mati bagi Allah πŸ’—
Kecuali kita menyerahkan diri kepada Tuhan seperti jemaat Roma menyerahkan diri.

Apakah kita layak terima ayat ini ? Tidak, belum tentu.
Sebab dengan segenap hati kita mesti mentaati pengajaran seperti jemaat Roma yang bertahan menghadapi aniaya.
Baru mereka πŸ‘₯ disebut lebih dari pemenang.
Ayat Perjanjian Baru pun harus dilihat konteksnya. Apalagi ayat
Perjanjian Lama.

 Kitab Maleakhi adalah untuk Bangsa Israel pada waktu itu.
 Jangan diambil mentah ayat itu.

Tuhan saat itu marah kepada bangsa Israel sebab mereka tidak menghormati Allah πŸ’—
Seperti Esau tidak menghormati orang tuanya.

Tuhan πŸ’— mengasihi Yakub tetapi membenci Esau.
Lihat latar belakangnya, misalnya kisah Esau yang melukai hati papa mamanya yang menikahi bangsa Kanaan yang sangat dihindari keluarga Abraham.

Dalam kitab Maleakhi Bangsa Israel diancam jika tidak menghormati Allah πŸ’— seperti Esau, maka Tuhan  akan menghukum mereka.

Di dalam kitab Maleakhi itu  ditunjukkan juga kepada kita di mana mereka memberikan persembahan yang tidak baik.
 Mereka memberikan hewan persembahan yang cacat, misalnya hewan cacat, buta, atau pincang.
Tuhan πŸ’— marah, kata - kata Tuhan tegas dan tajam.
Khususnya kepada para imam yang menerima korban dan persembahan, termasuk  perpuluhan.

Tuhan murka pada mereka,
karena mereka menjadi perantara Firman Tuhan kepada Bangsa Israel.
Mereka juga tidak setia memberikan perpuluhan.
Tuhan πŸ’— sedang marah.
Maka Tuhan berkata, coba kamu beri apakah kamu jadi miskin ? Aku akan membuka tingkap langit.
Tuhan sedang marah.

Ternyata ayat yang memuat kemarahan ini dipakai, bila jemaat πŸ‘₯tidak memberi perpuluhan, maka mereka akan dihukum dengan ancaman belalang pelahap, sehingga Tuhan tidak memberkati nafkah, rezeki, atau mata pencaharian mereka.

Karena di Perjanjian Baru tidak pernah ditemukan perintah langsung dan khusus bahwa orang percaya πŸ‘₯ harus memberikan perpuluhan.

Kalau hal perpuluhan sebagai kemutlakan yang harus dilakukan orang percaya, maka Tuhan Yesus πŸ’— pasti membicarakannya atau memberi perintah untuk melakukannya.

Bahkan ketika Tuhan Yesus mengatur ulang Taurat Perjanjian Lama seperti hal sumpah, membunuh, zinah, perceraian.
Tuhan πŸ’— tidak menyinggung tentang perpuluhan karena dianggap bukan hal penting.

Matius 23 : 23
Percakapan Tuhan πŸ’— dengan ahli - ahli Taurat mereka memberikan perpuluhan dari selasih, adas manis jintan.
Tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat belas kasihan dan kesetiaan tidak dilakukan.

Samalah dengan orang - orang Kristen πŸ‘₯ yang memberi perpuluhan
Tetapi semena - mena  terhadap pembantu rumah tangga, karyawan, supir.
Kolusi korupsi dengan pejabat.
Perpuluhan yang diberikan tidak ada artinya.

Jadi masalah perpuluhan bukan uang, tetapi sikap  bagaimana kelakuan kita πŸ‘₯ terhadap sesama itu lebih penting dari sekedar uang yang diberikan kepada gereja

Tuhan πŸ’— sedang mengecam keras orang Yahudi dan tokoh - tokoh agama, mereka yang lebih menampilkan kehidupan saleh secara lahiriah, tetapi batiniah mereka tidak diperhatikan.
Ini sindiran sebenarnya.
Sebab selasih, adas manis, jintan, dan segala jenis sayuran adalah barang murah.
Dan mereka menunjukkan sudah memberi persembahan.

Sama dengan orang Kristen πŸ‘₯ yang sudah memberikan persembahan dengan amplop, itu belum apa - apa dibandingkan dengan hartanya.

Itu tidak jadi masalah.
Masalahnya adalah : kehidupan kita setiap hari apakah menggelar keadilan bagi orang lain ?
Perlakuan kita terhadap sesama, itulah kebenaran hidup.

Ada orang besar belum memanusiakan orang lain.
Kita boleh marah, atau memecat orang.
Kalau patut dipecat harus dipecat.
Tetapi kemanusiaan yang kita miliki harus membuat orang lain menemukan Allah πŸ’— yang hidup dalam diri kita.
Pada Perjanjian Baru, tidak semua orang Yahudi memberikan perpuluhan seperti nenek moyang mereka.

Mereka sebagai bangsa jajahan, harus memberi pajak pada kaisar.
Untuk Elohim mereka memberikan pajak ke bait Allah πŸ’—
Tidak pernah Yesus dan murid - muridNya mempersoalkan perpuluhan.
Jadi tidak semua orang Yahudi pada waktu itu  memberikan perpuluhan.

Bahkan orang - orang Farisi mau menunjukkan ketaatannya kepada hukum Taurat.
Itupun barang - barang murahan yang mereka berikan.

Bangsa Yahudi pada waktu itu sedang bercerai berai atau diaspora.
Mereka πŸ‘₯ tinggal ratusan kilometer dari Yerusalem
Setahun sekali mereka datang.
Mereka tidak bisa bawa hasil bumi, korban persembahan ke bait Allah.

Di zaman Perjanjian Baru
Pemerintahan agama zaman Perjanjian Lama sudah tidak ada.
Bait Allahpun juga sudah hancur tidak ada lagi, pada th 70.

Tuhan πŸ’— memperhatikan persembahan seorang janda miskin.
Tuhan Yesus berkata, orang ini memberi banyak, yaitu seluruh nafkahnya.
Jadi sangat jelas yang Tuhan hendak ajarkan kepada orang percaya
Persembahan yang patut bagi Tuhan adalah "Segenap hidup".

Dalam Lukas 19 : 1-10
Dalam kisah Zakheus perjumpaannya dengan Yesus πŸ’—, ia rela melepaskan semua miliknya.
Dan kepada orang yang dia pernah peras, ia mengembalikan 4 x lipat.
Merespon tindakan Zakheus, Tuhan Yesus berkata, hari ini telah terjadi keselamatan.
Tuhan Yesus tidak melihat uangnya, tetapi sikap hati.

Di zaman rasul - rasul kita juga melihat ada perpuluhan.
Yang ada seluruh harta mereka diberikan untuk hidup bersama.
Kebiasaan seperti ini dimiliki orang Yahudi, mereka memiliki perusahaan bersama satu komunitas.
Harta mereka πŸ‘₯ milik bersama.
Seperti orang Kristen pertama susah mempraktekan.

Jadi tidak ada anak yang tidak sekolah karena uang. Mestinya gereja πŸ’’ seperti itu.
Itu dibutuhkan seorang pendeta dan staf yang jujur dan punya manajemen yang bagus.
Mestinya gereja - gereja begitu.

Jangan jadi gedung besar, gedung mewah 🏒, mobil πŸš— mewah, dan rumah 🏠mewah pendeta.
Itu yang salah....

Jadi kalau kita melihat kehidupan  orang - oramg Kristen πŸ‘₯ pertama luar biasa.
Mereka memberikan seluruh harta mereka
dikumpulkan bersama lalu  hidup bersama.
Itu yang menjadi patern atau pola dari hidup bersama persekutuan bersama, komunitas
bersama bagi kerajaan surga.

Tapi hari ini banyak orang malas, memanipulasi kesempatan.
Memanfaatkan orang lain.

Yang judulnya saja parasitisme.

Orang miskin tidak selalu menjadi parasit, dia memang susah.
Tuhan ijinkan orang miskin untuk menggemburkan hati kita.
Waktu kita membagi roti kita, memecahan anggur kita, Tuhan πŸ’— mengajarkan cara menggemburkan hati.
Tuhan mengajar kita memberi juga dalam kekurangan.

Oleh sebab itu jangan memberi hanya tunggu kita kaya.
Itu tidak pernah gembur.
Justru pada waktu kekurangan atau pas - pas an kita πŸ‘₯ memberi, itu menggemburkan hati.

Kita harus belajar memberi tanpa paksa.
Dan dimulai kita memberikan hidup kita  untuk Tuhan πŸ’— tanpa batas.
Hidupku milikmu Tuhan.
Setiap kata yang kita ucapkan, kerlip mataku, tindakanku harus sesuai dengan kehendak Tuhan.

Kita harus menyisihkan untuk pekerjaan Tuhan.
Dengan persembahan yang benar.
Di mana gereja πŸ’’ menjadi satu komunitas di mana orang - orang yang ada dalamnya menerima keseimbangan ekonomi.
Bila gereja bisa memiliki auditor yang baik, distribusi yang baik.
Dan Tuhan πŸ’— berkenan.

[

🌷Sesi 2
Kalau kita mengamati kitab Kisah Para Rasul dan catatan sejarah gereja πŸ’’mula - mula sampai memasuki awal pertengahan bahkan sampai abad 19 tidak muncul secara jelas tradisi perpuluhan ini.

Dalam kehidupan dan pelayanan Yesus πŸ’— serta para penerusNya yaitu zaman rasul - rasul dan gereja mula - mula tidak pernah terdapat bukti praktek perpuluhan.
Justru yang ada adalah  milik mereka dimiliki bersama - sama.

Pada umat Perjanjian Baru bila praktek perpuluhan berdasarkan Taurat, maka hal ini akan mengacaukan pola hidup kekristenan yang benar bagi umat  Perjanjian Baru.
Karena ini akan mengobokan yang selama puluhan tahun telah dibangun di kalangan gereja - gereja πŸ’’, khususnya gereja Kharismatik.

Tetapi harus dikatakan dengan tegas dan jelas jurubicara Tuhan πŸ’— bahwa praktek perpuluhan tidak boleh diberlakukan hidup orang percaya.
Mengacaukan pola hidup umat Perjanjin Baru.

Kenyataan hal ini tidak disadari oleh banyak gereja πŸ’’ dan pendeta.
Mestinya umat Perjanjian Baru memiliki pola hidup yang jauh lebih unggul daripada umat Perjanjian Lama.
Bukan hanya beberapa tindakan moral.

Umat Perjanjian Baru harus masuk dalam wilayah hidup yang tidak memiliki diri sendiri lagi.
Kalau kita sudah mulai bermain hanya di wilayah perpuluhan yang sepenuhnya diserahkan kepada Tuhan πŸ’—
Sebab hanya bermain di wilayah perpuluhan yang
Kita akan terjerumus dalam kavling, ada kavling Tuhan ada kavling kita.

Di sini jemaat πŸ‘₯ Tuhan tidak terdidik untuk menyerahkan hidip secara patut bagi Tuhan.
Jemaat Tuhan bukan hanya menjadi pencuri tapi juga pemberontak bagi Tuhan.


Jadi Kalau hanya memberikan perpuluhan sudah dianggap tidak pencuri.
Tuhan πŸ’— mengajarkan kita untuk segenap hidup bagi Tuhan.
Bagaimana realisasi  segenap hidup ini  berkenaan dengan persembahan uang ?

Harus diakui bahwa hal perpuluhan atau persembahan tidak pernah dipersoalkan secara mayor atau secara utama.
Jadi kalau kita lihat ada perpecahan gereja πŸ’’sampai kepada pengasingan tokoh - tokoh Teolog itu pasti
orientasi pembicaraannya
 pada doktrin, bukan mengenai persembahan  uang atau perpuluhan.

Memang ada masa - masa di mana  gereja πŸ’’ menyalahgunakan uang gereja, uang jemaat untuk kepentingan pribadi.
Dan mencari dana dengan cara yang tidak benar.
Tapi bukan masalah yang dianggap mayor.

Masalah mayor, utama atau penting yang bisa membuat konflik antar individu gereja biasanya masalah doktrin atau pengajaran.
Tetapi pada zaman materialistis ini, perpuluhan menjadi masalah mayor kehidupan beberapa gereja

Gereja πŸ’’ telah sibuk dengan masalah uang sehingga masalah perpuluhan dan uang dianggap penting.
Ada hamba Tuhan yang disebut rasul uang.
Biasanya berbicara uang, perpuluhan, pelipat gandaan.
Kita sebagai individu dan gereja sebagai komunitas harus hati - hati terhadap hal ini.

Harus kita catat baik - baik
Praktek perpuluhan yang dilakukan Bangsa Israel itu terjadi di masyarakat Teokrasi dengan segala hukum - hukumnya.
Ingat perpuluhan yang diberikan pada waktu itu
masa teokrasi dengan segala hukum - hukumnya.

Dan sangsi - sangsi atas pelanggaran pada hukum - hukum itu tidak bisa dikenakan dengan kondisi yang sangat berbeda dengan orang - orang Kristen yang tidak  mengenal Teokrasi dengan benar tidak takut akan Tuhan πŸ’— dengan benar akan menjadi pendeta.

Teokrasi, Teos berarti Allah, krasi atau kratos artinya pemerintahan.
Teokrasi artinya : pemerintahan Allah πŸ’—
Kalau perpuluhan bisa terselenggara di masyarakat Teokrasi karena ada pengaturan hukum hukum, sehingga perpuluhan bisa diselenggarakan dengan baik dan dikelola dengan baik.

Di dalam Teokrasi Israel hukum Taurat yang mengatur seluruh tata kehidupan individu maupun kelompok.
Termasuk para Imam -  imamnya dan para pemimpinnyapun diatur oleh hukum.
Jadi penyelenggaraan perpuluhan dilakukan dengan aturan yang jelas.

Semua pengelolaan perpuluhan dan persembahan lain  diselenggarakan demi kesejahteraan bersama.
Ketika Israel menaklukkan Kanaan Suku Lewi tidak mendapat bagian.

Dari 12 suku Bangsa Israel, suku Lewi tidak mendapat bagian.
11 mendapat bagian.
Tentu saudara yang lain
patut memberi perpuluhan dari hasil mereka untuk kebutuhan pelayanan kepada Allah πŸ’— dan kehidupan Suku Lewi ini
Sehingga terselenggarakan
sehingga terjadi keadilan sosial ekonomi.

Harus diakui tidak ada bangsa di dunia 🌏 ini yang pengaturan sosial ekonomi seperti bangsa tersebut.
Hari ini orang - orang Yahudi yang disebut kibbutz.
Kibbutz itu Komunitas Yahudi yang hidup bersama di suatu lokasi, anggotanya disebut khawer.

Khawer rela bekerja bersama dan mengakui semua hasil mereka sebagai harta milik bersama.
Mereka memiliki tanah pertanian dan pabrik - pabrik dengan dikelola bersama demi kepentingan bersama.

Tentu saja jiwa atau nafas filosofi kibbutz itu berasal dari nenek moyang mereka yang menegakkan keadilan sosial secara merata.
Bisa ada di masyarakat seperti itu di zaman modern.

Kalau orang Kristen πŸ‘₯ tidak lebih baik pasti ada yang salah.
Cara hidup para khawer di kibbutz itu tamparan untuk kita.
Yang mana pernah dilakukan oleh zaman rasul - rasul.
Mereka menjual seluruh hartanya dikumpulkan menjadi milik bersama.

Persoalan bagi kita
apakah perpuluhan di gereja πŸ’’ benar - benar digunakan untuk pelayanan dan kepentingan Tuhan untuk saudara - saudara kita yang berkekurangan ?

Tentu perpuluhan yang diberikan jemaat hari ini
sama dengan jiwa nafas perpuluhan seperti Bangsa Israel pada waktu itu.

Sangat tidak fit dengan kita.
Bisa dilakukan, tetapi esensinya berbeda.
Karena Bangsa Israel dengan kita berbeda
Kedudukan orang Israel dengan kita πŸ‘₯ beda. Kapasitas moralnya juga beda.

Jiwa dan nafas memberikan perpuluhan harus sama dengan nafas Injil yaitu menekankan sikap batiniah yang benar dengan pimpinan Roh Kudus.
           
Di Israel salah satu suku  Lewi tidak mendapat bagian.   
Ini tidak sama 1000 jemaat semua memberi perpuluhan kepada pendeta atau 5 stafnya.

Apalagi kita melihat kehidupan bangsa Israel rata - rata sama.
Beda dengan sistem ekonomi kapitalis saat ini, penghasilan beda jauh antara masing-masing individu.

Kalau Pendeta memakai uang perpuluhan dengan suka - suka, maka pendeta bisa menjadi kaya raya.

Orang percaya πŸ‘₯ semua adalah Imam, maka jangan menganggap seorang Pendeta adalah imam yang harus diberikan perpuluhan.

Beda bila pendeta miskin dan harus dibantu jemaat. Maka tidak cukup sekedar perpuluhan bisa mencukupi kehidupan Pendeta.
Jemaat yang miskin tidak bisa memenuhi kebutuhan pendeta.

Kebutuhan kota kecil dan kota besar beda.
Jumlah anak Pendeta beda.
Anak Pendeta mau sekolah di luar negeri, sekolah Internasional, atau sekolah negeri beda.

Mustinya 10 % dipandang sebagai jumlah yang sangat kecil.
Kenapa dipersoalkan ?
Itu uang, belum rumah, warisan, mulutmu, matamu, tubuhmu.
Uang dipotong pakai perpuluhan.
Mulutmu dipotong ?
Tubuhmu dipotong gak ?

Bila gereja πŸ’’ menjadi dewasa seharusnya gereja  mengajarkan  mempersembahkan segenap hidup tanpa persentasi.
Persembahkan segenap hidup tanpa perhitungan  presentase sangat ideal  sesuai kebenaran Firman Tuhan dalam Perjanjian Baru .

Namun hal ini tidak boleh dipaksakan.
Karena masing - masing individu komunitas gereja πŸ’’ memiliki perjalanan kedewasaan rohani yang berbeda - beda.

Caranya bukan uang, hatinya dulu.
Yang dilatih bukan duitnya, tetapi batinnya.
Dengan dilatih memberi, hatinya belum tentu terjamah.
Hati terjamah, mindset dirubah, baru apapun diberikan.

Perpuluhan jangan seperti hulum Taurat baru yang membelenggu.
Kalau perpuluhan sudah menjadi Taurat ini bisa merusak bangunan moral Kristen yang landasannya sikap batiniah.

Bicara sikap batiniah tidak ada peraturan yang kaku.
Sebab batiniah orang percaya πŸ‘₯ cuma satu  standarnya  pikiran dan perasaan Kristus.

Jadi rusak kalau harus sekian -  sekian.
Lalu Coram Deonya bagaimana ?
Coram Deo itu hasil optimal pergumulan dengan Tuhan.

Kalau persepuluhan menjadi seperti hukum fleksibilitas yang logis.
Kalau orang kondisi sangat sulit, untuk makan dan  ongkos ke gereja πŸ’’ tidak ada.
Apakah dia harus berhutang untuk memberi perpuluhan ?
Kalah ekonomi sedang sulit dan parah, harus bisa diterima.

Uang kecil sisa untuk membeli susu anak, membayar uang sekolah yang nunggak.
Koq bisa loh suruh antri memberi perpuluhan.
Itu salah....

Ketika seseorang harus membayar uang sekolah anaknya sehingga tidak dapat mendukung pembangunan gereja πŸ’’atau memberi persembahan perpuluhan kepada gereja.
Apakah itu berarti bersalah ?
Ini tidak jadi hukum.

Justru kepada orang - orang πŸ‘₯ yang berkekurangan perpuluhan yang diterima gereja harus dibagikan kepada mereka.
Jadi sangat ideal kalau gereja menciptakan dan membangun keadilan sosial bagi anggotanya.

Betapa ironisnya kalau kualitas persekutuan orang percaya πŸ‘₯ kurang dari kualitas orang - orang Yahudi dalam  Kibbutz mereka.

Ingat suatu hari anak - anak jemaat yang didukung oleh gereja dalam studinya berhasil.
Keadaan keluarga yang berkekurangan membaik.
Dia akan mengerti bagaimana mengawal pekerjaan Tuhan.
Tapi kalau dia lupa diri ?
Yah sudah.... jangan kita memberi dengan syarat.

JBU
[5/1, 10:14 AM] 🌷Afung🌷: ( Sunday Bible Teaching ) SBT,  29 April 2018

Pdt. Dr. Erastus Sabdono

Kita harus berusaha untuk benar - benar menemukan injil yang sejati atau injil yang murni yang diajarkan Tuhan Yesus πŸ’—
Kalau kita boleh melihat seakan - akan diputar kembali film yang Tuhan Yesus kerjakan dan Tuhan Yesus ajarkan.
Kita mau mendengar dan melihat.

Dan itu bisa terjadi kalau kita dengan hati yang lapar dan haus kebenaran artinya :
- Kita rindu melakukan kebenaran.
- Kita sungguh - sungguh
menghormati Tuhan Yesus.
- Kita mau serupa dengan Tuhan Yesus πŸ’—
- Sungguh - sungguh mau berkodrat Ilahi.

Maka seperti film yang diputar ulang kita bisa menyaksikan yang Tuhan Yesus πŸ’— lakukan dan ajarkan yang ditulis dalam Injil Matius, Markus, Lukas, Yohanes.

Dan kita bisa merasakan perasaan Paulus, Petrus, Yohanes, Yakobus dan rasul - rasul lain yang menulis.
Bagaimana perasaan mereka waktu menulis, surat - surat itu.
Di situ kita πŸ‘₯ bisa menemukan seakurat seorisinil mungkin kebenaran yang disampaikan umat yang harus diupdaharuslam hidup kita hari ini.

Dengan segala harga yang harus kita bayar.
Dengan segala konsekuensi yang harus kita pikul.
Inilah kebahagiaan kita
kalau kita bisa mengerti ajaran Tuhan Yesus πŸ’— yang nilainya melampaui segala hal.

Dan jika kita bisa mengerti apa yang diajarkan Tuhan Yesus πŸ’— dan mengenakannya itu petualangan terhebat dalam sejarah hidup manusia.
Tidak ada petualangan hebat seperti ini.

Semua petualangan hebat manusia di luar kebenaran Injil hanya terukir di tinta dan hanya menjadi kenangan selama dunia 🌏ini masih ada.
Hanya petualangan hidup seseorang mengenal kebenaran, mengerti kebenaran dan berusaha mengenakan kebenaran akan terukir tinta emas di keabadian.

Semua kitab akan dibuka.
Dan kitab kehidupan semua yang kita lakukan.
Dan hal ini menggetarkan kita karena segala sesuatu yang kita lakukan bisa  bernilai abadi atau kekal.

Betapa indahnya kalau kita bisa mengukir sejarah kehidupan yang dihargai
orang - orang saleh di Surga dan para malaikat.
Seakan - akan Tuhan Yesus πŸ’— berkata :
"Yang ini jangan dihapus ! "

Sejarah yang lain boleh dihapus, harus dihapus.
- Perjalanan hidup orang yang mempermalukan dirinya.
- Menghina Tuhan πŸ’—, tidak memperlakukan Tuhan secara patut harus dihapus.

Tetapi sejarah hidup orang yang menghormati Tuhan, menghargai Tuhan πŸ’—harus diukir di keabadian menjadi cerita kisah abadi yang diingat di kekekalan.
Tentu yang menjadi kisah yang terdepan adalah Anak Allah menjadi manusia.
Baru orang - orang yang mau mengikuti jejakNya, yang mau mengosongkan diri seperti Dia mengosongkan diri.
Seperti Tuhan Yesus πŸ’—yang tidak menyayangkan nyawaNya.

Demikian juga Tuhan mengukir orang - orang yang tidak menyayangkan nyawanya.
Kebenaran ini hebat.
Kita harus melakukannya, karena kita πŸ‘₯ diberi Tuhan potensi, kemampuan dan kesempatan seperti itu.

Apapun yang bisa capai, kita miliki di dalam hidup di bumi 🌏 ini tidak ada artinya jika dibandingkan dengan haus dan lapar akan kebenaran, kerinduan untuk mengerti kehendak Bapa dan melakukan kehendak Bapa.

Kita πŸ‘₯ harus mau berubah, semacam proses muten, dari ulat menjadi kepompong, dari kepompong menjadi kupu - kupu.
Sebuah proses metamorfosa.

Dan Tuhan mau mengubah kita supaya kita menjadi anak, Teknon, gen :
- Anak dalam arti gen
- Anak dalam arti  keturunan.
- Anak dalam arti mewarisi gen kodrat Allah.

Kekristenan bukan agama.
Orang Kristen πŸ‘₯ yang kacau ketika hendak memperagakan mau menerapkan kehidupan.
Melihat agama - agama memiliki ceremonial.
Lalu membangun ceremonial dengan segala variasi dan elaborasi.
Makin dia mengelaborasi liturgi, dia makin blunder.

Kalau ditanya apa maksudnya mereka membuat itu, mereka pasti tidak bisa menjawab.
Karena liturgi kita itu segenap hidup.
Ada yang khusuk, ada yang hingar bingar dengan tamborin, penari, dancer.
Bukan tidak boleh.

Tetapi jangan menggantikan ibadah yang sejati dengar liturgi dan ceremonial dengan upacara agama.

Kekristenan tidak mengajarkan upacara beragama.
Tetapi mengajarkan segenap hidup yang menjadi liturgi kehidupan.

2. Ketika orang Kristen tidak memahami bahwa Kristuslah jalan hidup.
Jadi agama A, agama B akan mengatakan bahwa kitab suci nya itu way of life nya.
Itu benar....

Memang benar bahwa kitab suci yang memuat hukum - hukum itu way of lifenya.
Kitab suci agama - agama umumnya ada hukum - hukum bahkan sangsi - sangsinya.
Tetapi Kekristenan tidak mengenal itu sama sekali.
Kalau ada hukum, hukum kasih, dan Allah itu kasih.
Kekristenan jalan hidup.
HidupNya Tuhan Yesus.
Bukan jalan hukum.

Kita tidak bisa mengatakan kitab suci kita bukan jalan hukum, karena tidak ada hukum - hukum.
Lagi pula bukan huruf - hurufnya, tapi makna pengertian di dalam huruf - huruf itu.

Jadi kalau ada pertanyaan yang benar, Alkitab πŸ“š itu kitab suci atau kitab berisi kitab suci.
Itu pernah diperdebatkan.
Karena tidak semua kalimat perkataan Tuhan, karena ada kalimat setan juga.

Jadi yang kitab sucinya di mana, kitab sucinya apa?
Kitab sucinya bukan di benda.
Jadi kalau sampai suatu hari Alkitab πŸ“š kita dibakar orang, kita tidak usah marah.
Kamu boleh bakar kitab suci kita, yang suci bukan kitabnya.
Yang suci kebenaran di dalam kitab itu.
Jadi orang bisa membuka Alkitab saja berkata, Firman Tuhan berkata begini, begitu.
Tetapi apakah dia benar dalam mengekstrak dalam mengambil inti dari Alkitab itu.

Ibarat penyulingan harus lewat sebuah proses.
Dari kayu - kayu dan daun - daunnya kayu putih disuling menjadi minyak kayu putih.
Dari pewangian bunga disuling menjadi tetes, minyak Wangi.
Itu tidak bisa main direbus lalu airnya dibuka dengan kran, yang keluar air.
Tapi lewat penyulingan itu menjadi minyak.

Kebenaran itu begitu.
Dari penyulingan proses eksplorasi penggalian isi Alkitab πŸ“š hdilahirkan minyak wangi, itulah Firman.
Jadi tidak sederhana.

Jangan kita menganggap setiap orang yang membawa Alkitab πŸ“š lalu khotbah berdasarkan ayat - ayat itu berarti menyampaikan Firman.
Kita harus bisa membedakan Alkitabiah dan ayatiyah.
Bisa ayat yang dibaca tapi maknanya tidak Alkitabiah.

Karena Kalau Alkitabiah harus ekstraksi inti dari seluruh kebenaran isi Alkitab πŸ“š baru Alkitabiah.
Maka kebenaran itu tidak berbenturan satu ide dengan ide yang lain.
Satu penjelasan dengan penjelasan yang lain tidak mungkin berbenturan pasti konvergensi sinergi satu maksud.

Dan kekristenan jelas intinya satu.
Mengenakan kodrat ilahi, serupa dengan Tuhan Yesus
Sempurna seperti Bapa πŸ’—
Segambar dan serupa dengan Allah pasti ke situ.
Kalau tidak, pasti tidak benar.
Inti keselamatan itu tidak membias ke mana - mana.

Bagaimana kita πŸ‘₯ bisa mengenakan Kekristenan yang murni ?
jangan blunder.
Kekristenan itu jalan hidup.
Jalan hidupnya Tuhan Yesus.
Maka orang harus mengenal kebenaran Firman Tuhan untuk merubah cara berpikir.

Ini perlu kerja keras.
Harus menggali kitab kejadian sampai kitab Wahyu.
Kebenaran - kebenaran itu harus cukup, diakumulasi dikumpulkan sampai tajam pikiran kita untuk mengerti kehendak Allah πŸ’—, berkenan dan sempurna.

Harusnya anak - anak kita sejak kecil sudah belajar kebenaran, diajak dan dibawa ke Surga.
Karena kalau sudah tua susah dibentuk.
Maka harus dimulai dari sekolah minggu, remaja, dan pemuda diajarkan kebenaran dan dibawa ke Surga.

Jadi ada jalan hidup yang harus dikenakan.
Makanya harus mengenal. Pribadi Tuhan Yesus πŸ’—
Melakukan kehendak Bapa itu berurusan dengan Bapa setiap saat.
Dan Roh Kudus, Roh Bapa, Roh Allah itu dalam diri kita.
Kesucian seperti orang membuat kristik.

Apa standar hidup orang Kristen atau orang percaya ?
Standar moral saja tidak cukup.

Orang percaya standarnya harus :
- Sempurna seperti Bapa
- Serupa dengan Tuhan Yesus
- Tidak Bercacat Tidak Bercela.
- Kudus seperti Bapa πŸ’— Kudus, jelas, standarnya.
Jangan bolak balik tidak jelas.

Ciri orang yang ajarannya bias :
Mereka tidak berani mengakui orang percaya harus sempurna seperti Bapa.
Sempurna seperti Bapa bukan kita menyamai Allah.
Tetapi apa yang kita ucapkan, kita pikiran, kita lakukan sesuai dengan kehendak Tuhan.

Serupa dengan Tuhan Yesus πŸ’— artinya : gaya hidup yang Yesus kenakan kita kenakan hari ini.
Dia Allah yang hidup.
Dia Tuhan yang beserta kita.
Dia yang berjanji akan menyertai kita sampai kesudahan zaman.

Begitu kita berdoa langsung Dia dengar.
Kita πŸ‘₯ tidak perlu cari - cari wajah Tuhan.
Kalau Dia berjanji Dia memenuhinya.
Kalau kita serius berdoa, Dia mendengar dan pasti menjawab doa yang berkenan, doa yang sesuai kehendakNya.

Kalau orang tidak mau mendengar kebenaran yang murni, tentu dia berkata
- tidak mungkin sempurna.
- Keselamatan bukan perbuatan baik.
Perbuatan baik tidak menyelamatkan.
Karena Salib status kita dipindahkan.
- Kebaikan orang seperti kain kotor dll.

Tetapi dipindahkan status hidup dalam anugrahNya, kita memiliki jalan hidup.
Jalan hidupnya Tuhan Yesus.
Siapa yang menolak ini, dia menolak Allah.
Tuhan πŸ’— berkata, kamu dipanggil bukan untuk melakukan yang cemar.
Kalau ayat seperti itu bagaimana ditafsirkan? jelas.

Ayat mana yang mau ditunjukkan kita boleh hidup suka - suka kita?
Tidak ada....
Semua ayat pasti menunjuk harus seperti Yesus.
Roma 8 : 28 - 29
1 Petrus 1 : 16 - 17
Walaupun kita belum sempurna.
Tetapi dengan belajar kebenaran sama - sama kita bertumbuh.
Jadi blunder...

Coba lihat banyak khotbah yang tidak jauh beda dengan motivator.
Tidak jelas.
Memang tidak mengajarkan mencuri, berzinah, membunuh, dan jahat.

Perbuatan baik memang tidak menyelamatkan tanpa Salib Yesus πŸ’— dan darah Yesus.
Tetapi setelah terima Yesus, kita harus hidup Kudus dan sempurna seperti Bapa.

Sekarang kita harus keluar dari dunia, jangan menoleh ke belakang.
Jangan dituai dunia, tapi dituai Tuhan πŸ’—
Maka belajar kebenaran untuk mengenakan standar Tuhan.
Itu kesucianNya.

Sekarang gereja, dan orang - orang Kristen blunder standar apa yang dikenakan?
Untuk mengantisipasi untuk suasana meneduhkan ia menggunakan keselamatan bukan perbuatan baik, karena anugrah.
Dan kalimat itu diartikan salah.

Tapi kita jelas
Sempurna seperti Bapa πŸ’—
Serupa dengan Tuhan Yesus
Hidup tidak bercacat tidak bercela.
Jelas arahnya.
Kalau kita memiliki target ini mengarahkan hidup kita ke arah ini, maka kebenaran akan mengikuti kita.

Banyak hal - hal ajaib  dibukakan.
Bukan soal benar salah.
Bukan soal haram halal
Bukan soal boleh tidak boleh.
Tetapi mengapa begitu ?
Dan disingkapkan, dah herannya tidak pernah habis.
Minggu ke minggu ada saja hal yang baru.

Dan ini perjalanan yang luar biasa menakjubkan...
Jika arah kita betul - betul. Menuju kesempurnaan,
1. Kebenaran akan mengikutinya.
2. Kalau kita punya target benar - benar ke arah kesempurnaan Tuhan akan dirasakan kehadiranNya.
Karena cocok, Karena setuju, Karena ini kehendakNya.

Tapi kalau kita tidak punya, arah yang jelas, bagaimana Roh Kudus memimpin kita?
3. Ketika kita jadikan Kekudusan tujuan hidup kita.
Keindahan dunia menjadi pudar.
Dulu kita tertarik banyak barang dan hal - hal.
Sekarang tidak lagi, bukan karena dinasehati orang, bukan karena diancam - ancam, juga bukan miskin tidak bisa membeli.
Tetapi selera kita berubah.
Ajaib, kita harus mengalaminya.
Kalau titik yang sempurna seperti Bapa standarnya, ajaib, keindahan dunia 🌏 menjadi pudar di mata kita.

Kita masih bisa menikmati semua, tetapi tidak seperti dulu, jadi kagum.
Kalau tujuan kita πŸ‘₯ sempurna seperti ini, maka kerinduan kita membawa orang mencapai itu.
Yang tidak bisa makan kita kasih makan, yang tidak punya baju kita bantu.
Tapi bukan sekedar bisa pakai baju.

Kita bisa arahkan mereka untuk kehidupan yang berkenan, dan kepada kesempurnaan.
Kita memang tetap harus, menolong semua orang,  tapi final goalnya apa?

Untuk anak - anak kita, kita tidak terlalu bangga mereka sukses.
Yang terpenting, apakah mereka bersama papa mama di surga ?
Anak - anak kita boleh hebat dan sukses.
Tetapi apakah mereka mencontoh kehidupan Yesus ?
Kalau tidak.... kuratapi.

Kita bukan hanya membesarkan anak jadi sarjana, doktor, tetapi kita harus membimbing kesucian mereka ke sempurnaan dan seperti Yesus πŸ’—
Kita tidak bisa mengajak orang sempurna, kalau kita sendiri tidak bertumbuh sempurna seperti Yesus.

Kalau tujuan kita hanya Tuhan dan kesempurnaanNya, kita bisa merasakan damai sejahtera Tuhan.
Belum menginjak Surga, tetapi sudah merasakan suasana Surga.

Tidak mungkin Tuhan tidak memberikan kita reward.
Tuhan πŸ’— mau kasih kita sesuatu yang indah.
Bapa akan memberikan sukacita lebih dari rumah mewah, mobil mewah, atau apapun.
Lebih dari tender besar, damai sejahtera Allah yang luar biasa.
Tuhan juga akan menambahkan hikmat - hitmat untuk menemukan kebenaran.
Ini tidak ada bukunya.
Bukunya di hati Tuhan.
Sumber kebenaranNya tidak pernah habis.

Semua ayat mengarahkan seperti Yesus.
Roma 8 : 28 - 29
1 Petrus 1 : 16 - 17
Walaupun kita belum sempurna.
Tetapi dengan belajar kebenaran sama - sama kita bertumbuh.

Coba lihat banyak khotbah yang tidak jauh beda dengan motivator.
Tidak jelas.
Memang tidak mengajarkan mencuri, berzinah, dan membunuh.
Memang tidak jahat.
Perbuatan baik menang tidak mennyelamatkan tanpa Salib Yesus πŸ’—
Tetapi setelah terima Yesus, harus sempurna  seperti Bapa.

Kita di ujung zaman kita harus orisinil.
Fokuslah kebenaran yang Tuhan titipkan.
Tuhan itu mono.
Satu di luar kebenaran palsu.

Proyeksi Tuhan πŸ’— bukan menjadi anggota masyarakat tetapi anggota keluarga Kerajaan.
Kalau kita tidak fokus, kita
tidak sampai titik yang kita capai.
Disingkatnya umur hidup ini tidak ada sukacita kecuali ini.


🌷Sesi 3
Mungkin menjadi ganjalan. Bukankah dengan mengajar mereka memberi perpuluhan kita mendidik mereka untuk memberi dan mengembalikan milik Tuhan.

Ada benarnya bukan salah sama sekali.
Seperti anak - anak sekolah minggu yang diajar, dididik memberi persembahan sejak kecil.
Itu kalau anak - anak yang umur biologisnya masih muda.

Tetapi kalau orang tua yang mestinya banyak makan asem garam hidup.
Yang diubah itu cara berpikirnya.
Namun memang beresiko
Kalau kita πŸ‘₯ memilih untuk membidik cara berpikirnya.
Sebab ini lama, berat.
Sementara pelayan jemaat membutuhkan uang.

Di sini Kita belajar untuk bergantung kepada Tuhan
dan belajar menantikan mukjizat pertolongan Tuhan πŸ’—
Ketika seseorang belajar bertumbuh, maka dia mulai menjadi seperti roti terpecah dan anggur yang tercurah.
Dan itu satu latihan untuk memberi.

Jangan menunggu kaya baru kita memberi persembahan.
Kita dalam keadaan pas -pas-an selama masih bisa memenuhi apa yang menjadi tanggung jawab kita dalam rumah tangga kita, kita πŸ‘₯ bisa menyisihkan bukan menyisakan.

Kalau menyisakan itu tidak diprogram.
Kalau menyisihkan itu diprogram.
Kita belajar melenturkan hati kita.

Tidak sedikit pengusaha yang kelihatannya kaya tetapi sebenarnya hutangnya jauh lebih besar dari assetnya dan kekayaannya.
Apakah dia memaksakan diri memberi perpuluhan ?
Sementara hutangnya banyak di tempat tidak dibereskan.
Dia boleh menyisihkan, Apakah dia harus menyisihkan, tetapi tidak harus memberi sepersepuluhnya dari penghasilannya.

Harus disadari perusahaannya adalah milik Tuhan.
Yang sama dengan pekerjaan Tuhan.
Pengusaha itu harus berusaha berjuang untuk menyelamatkan usahanya.
Jika suatu hari Tuhan πŸ’—memulihkan, ia harus memberi semuanya untuk Tuhan.

Ketika pengusaha memperoleh keuntungan yang besar.
Harus dipertanyakan,
mampukah gereja πŸ’’ mengelola perpuluhan dan persembahan dari jemaat yang berjumlah besar ?
Ini kan fleksibilitas.

Gereja itu mengelolanya.
Dan itu bisa menenggelamkan iman pendeta dan stafnya.
Bahwa harta yang ada pada jemaat itu milik Tuhan.
Apa diserahkan ke gereja πŸ’’ atau tidak semuanya tetap milik Tuhan.

Ini yang harus diajarkan.
Tentu semua harus pimpinan Roh Kudus sehingga setiap orang harus berperkara dengan Tuhan πŸ’— dan menemukan berapa banyak yang harus dikembalikan bagi Tuhan

Bagaimana pun setiap kita bertanggung jawab atas kelangsungan pelayanan pekerjaan di gereja πŸ’’
Memang masalahnya menjadi kompleks dan rumit.
Ketika gereja tidak menjadi pekerjaan Tuhan, tetapi
menjadi tempat mencari nafkah pendeta dan para aktivisnya.
Itu menjadi susah.

Walau memberi perpuluhan ada fleksibilitas dan dinamisitas
Bukan berarti seseorang memberikan sesuka hatinya sendiri.
Ke mana persembahan diberikan.

Di gereja πŸ’’ di mana kamu mengalami pertumbuhan rohani di situ kamu harus memberi persembahan.
Jangan makan di warteg kamau membayarnya di restoran padang, itu tidak benar.
Seharusnya berkat rohani,
pemeliharaan rohani, di situlah dia harus mendukung kelangsungan pekerjaan Tuhan di gereja itu.

Adapun untuk misi dan pekerjaan lain, jemaat bisa memberikan dengan uang yang lain, kenapa mesti dari uang perpuluhan ?
Fairnya mestinya di gereja di mana kita πŸ‘₯ mendapat pemeliharaan rohani, di situlah persembahan kita berikan.
Untuk gereja lain, kamu masih ada harta lain, yang 90% pun itu masih milik Tuhan.

Yang penting segenap hidup kita, aset - aset kita, keluarga kita adalah milik Tuhan πŸ’—
Bagaimana kita dipimpin Tuhan untuk mengelolanya dan mendukung pekerjaan Tuhan.
Dan memang mestinya hidup kita ini melayani Tuhan.

Banyak orang tidak memberikan perpuluhan dan persembahan kepada gereja karena tidak
memahami kebenaran.
Tidak rela memberikan perpuluhan ke gereja.

Banyak orang πŸ‘₯ tidak rela memberikan persembahan karena tidak dewasa.
Ada juga karena tidak mempercayai gereja, dalam hal ini pengelolaan keuangan gereja.

Gereja πŸ’’ harus memiliki manajemen keuangan yang baik dengan mempekerjakan tenaga profesional dalam pengelolaannya ke mana larinya uang gereja, jelas.

Gereja πŸ’’ yang sehat dalam mengelola keuangan, memiliki orang - orang yang menjadi saksi atau pengawas penggunaan keuangan.
Harus orang yang memiliki kapabilitas dan
reputasi yang baik sebagai pengawas keuangan gereja.

Keberatan memberi perpuluhan dan persembahan disebabkan karena pencitraan gaya hidup pendeta dan keluarganya.
Kalau pendeta tampil seperti celebrity, jemaat jadi malas memberi persembahan.

Ketika jemaat πŸ‘₯mengidola pendetanya mengganggap sebagai wakil Tuhan.
Dia tidak perduli mau pendetanya naik mobil mewah, mau dikawal seperti mentri.
Ini menjadi bodoh juga jemaatnya.

Seandainya Yesus πŸ’— hidup pada zaman sekarang kira - kira seperti  siapa ? Seperti apa kira - kira ?
Oleh sebab itu pendeta dan keluarganya menjadi sorotan tajam, maka pendeta dan keluarganya hati - hati.
Ingat gaya hidupnya bisa merusak pekerjaan Tuhan.

Ini bukan berarti pendeta tidak layak hidup pantas.
Pendeta dan keluarganya boleh hidup layak, tapi  jangan bermewah - mewah.
Tuhan πŸ’— akan membawa semua perbuatan kita ke pengadilan.

Dan ada juga orang yang tidak memberi perpuluhan karena kekurangan.
Dan kalau kekurangan, gereja πŸ’’ harus membantu.

Setiap wilayah harus ada orang - orang yang serius   memperhatikan orang miskin.
Anak - anak yang berprestasi yang tidak bisa sekolah harus disekolahkan.
Gereja harus membiayai.

Pendetanya harus bisa mengucapkan
Datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di Surga.
Supaya tidak pendetakrasi, tapi Theokrasi.

Ciri - ciri gereja πŸ’’ yang menyimpangkan dalam persembahan uang jemaat :
1. Memberi penghargaan yang berlebihan kepada orang kaya.

Tentu saja kepada orang yang memberi perpuluhan atau persembahan uang dalam jumlah besar.
Gereja seperti ini memberi perhatian dan keramah tamahan yang lebih dari yang lain.

Memang orang kaya harus dilayani secara khusus, bukan karena kaya.
Tetapi sebagian besar karena sebagian sakit jiwa.
Orang kaya biasanya mau dihormati.
Kalau dia belum dewasa, kita harus mengajarkan kebenaran.
Mereka ingin dihargai, kita harus memahami.
Kita sedikit tunduk.
Tidak semua orang kaya sakit jiwa.
Ada orang kaya yang diproses Tuhan πŸ’—sehingga nampak kesederhanaannya.

Biasanya orang kaya cepat mendapat tempat posisi dalam pelayanan.
Karena pengalaman hidup, pendidikan dan berbagai potensi yang dimiliki punya keunggulan, sehingga mereka bisa dipakai
Tuhan πŸ’—
Mereka harus ditempatkan di tempat yang tepat sambil didewasakan.

Ada orang kaya bisa diajak setaraf, tetapi ada orang kaya yang ingin dihargai.
Kalau kita tunduk sedikit kepada orang kaya, bukan karena dia kaya tetapi karena orang kaya sakit jiwa.

2. Selalu menekankan uang.
Persembahan perpuluhan, buah sulung, dsbnya.

Buah sulung bukan semua hasil diberikan, hanya seberkas, satu keranjang.
Bukan orang kerja gaji pertama semua diberikan untuk gereja πŸ’’, ongkos minta orang tua.
 Bagaimana dengan orang yang sudah menganggur lama, ketika mendapat gaji semua dikasih ke gereja, ini buah sulung ?

Jadi pemberitaan Firman menekankan persepuluhan, buah sulung.
Isi khotbahnya tidak terlepas dari uang
Biasanya gereja πŸ’’ seperti ini pasti teori kemakmuran.
 Khotbahnya juga memuat - janji - janji berkat.
- Yang memberi persembahan lain dan  perpuluhan pelipatgandaan uang, 30 x  lipat 60 x lipat.
Penggandaan itu tidak bicara uang, tetapi benih Firman Tuhan.

- Biasanya gereja seperti itu juga bicara kutuk - kutuk,
Kutuk kemiskinan.
Jadi pulang gereja langsung kutuknya dilepaskan.
- Kekayaan bangsa - bangsa  akan diberikan.
Tidak tahu caranya bagaimana ?

Padahal ayat itu untuk orang Israel, bukan orang Kristen πŸ‘₯
Kalau kekayaan itu bangsa mana?
Bangsa Filipina, Singapura?
Bangsa kita mayoritas bukan orang Kristen.
Kepada siapa bangsa - bangsa ini ?
Itu pengajaran yang salah.

Kekayaan bangsa - bangsa itu maksudnya orang Israel.
Orang Kristen πŸ‘₯ tidak perlu memgambil kekayaan bangsa - bangsa karena
Jangan mengingini milik sesamamu.

Kutuk kebangkrutan.
Bagaimana supaya tidak bangkrut ? Kerja keras.
Seandainya bangkrut itu pendewasaan rohani, dan keselamatan abadi.

- Kutuk - kutuk dilepaskan, kutuk lajang, kutuk tidak kawin.
Ada lagi kutuk pengembaraan.
Jadi yang tidak punya rumah dianggap kena kutuk pengembara.

Padahal orang percaya πŸ‘₯ adalah pengembara atau musafir di bumi.
Koq dipatahkan kutuknya ?
Justru kamu numpang di bumi.
Tidak memiliki rumah juga, tidak bermasalah.
Memiliki rumah juga tidak masalah.

Tentu saja gereja - gerejaπŸ’’ seperti ini juga mempopulerkan doa Yabes, karena berlimpah - limpah.
Karena orientasinya masih berkat jasmani.
Doa yang benar itu Doa Bapa Kami.

3. Menginvestasikan uang gereja πŸ’’ untuk bisnis atas nama Pimpinan jemaat dan keluarganya.
Sehingga uang persembahan tidak berdaya guna secara efektif untuk pelayanan pekerjaan Tuhan.

Bukan tidak boleh punya bisnis keluarga pendeta.
Tapi jangan pakai uang jemaat.
Kalau sampai pakai uang jemaat untuk bisnis.
 Ia mengutuki keluarganya, dia mendatangkan kutuk untuk keluarganya.
Uang Tuhan untuk pekerjaan Tuhan πŸ’—
Mengembangkan bisnis tidak boleh pakai uang Tuhan.

4. Lebih cenderung menyimpan uang gereja dalam deposito daripada segera menginvestasikan untuk proyek - proyek pelayanan.

Tentu hal ini dilakukan secara sembunyi - sembunyi, tetapi praktek seperti ini tidak tersembunyi dari mata Tuhan πŸ’—

Oleh sebab itu pendeta harus menemukan visi.
Bukan visinya semdiri.
Banyak orang mengatakan dia dapat visi dari Tuhan.
Tapi bohong
Visi itu harus dari Tuhan.
Dan visi itu pasti perlu biaya.
Maka uang tidak usah disimpan di bank.
Tidak usah didepositokan.
Uang tidak haris beranak uang.
Uang beranak jiwa.
Uang harus beranak pekerjaan Tuhan πŸ’— dimajukan.

Tetapi gereja tidak salah memiliki simpanan uang yang dialokasikan untuk keperluan mendesak.
Karena pasti ada proyek gereja πŸ’’ seperti perpanjangan sewa gedung gereja.

5. Tidak memberikan kesejahteraan yang pantas untuk pelayan - pelayan jemaat dan pegawainya.
Pendeta hidup mewah tetapi stafnya tidak.

Gereja πŸ’’ harus memberikan kehidupan yang layak untuk pendeta full timer bukan memanjakan.

Dan ini berkaitan dengan teori kemakmuran.

6. Pimpinan jemaat yang membuat produk - produk yang tidak sesuai Alkitab πŸ“š hanya demi popularitas.
Visi - visi yang diakui dari Tuhan untuk mempertahankan  eksistensi.
Secara terselubung orang - orang seperti ini ingin menampilkan diri sebagai orang hebat, terkemuka dan wakil Tuhan.

Suatu hari mereka akan ditelanjangi oleh Tuhan πŸ’—Banyak dari mereka tidak menyadari kesalahan.
Tapi dia tidak bisa tidak mereka harus berkompetisi untuk meraih kekayaan.

7. Lebih senang membangun gedung gereja besar dari pada membagi uang untuk orang yang kesusahan, khususnya untuk pelayanan pekerjaan Tuhan di gereja - gereja πŸ’’ lain.
Kalau membangun gereja harus cabangnya memakai nama dia.

Bagi mereka besarnya, gedung gereja adalah prestis.
Begitu banyak uang πŸ’°yang dimiliki gereja maka makin besar godaan memilikinya.
Walau kita tidak memiliki gedung gereja besar, kita memiliki gedung besar di langit baru bumi baru.

Membangun gedung yang salah adalah karena ingin membangun monumen sendiri.
Betapa mengerikan kalau sudah begini.

Bukan berarti orang yang membangun gedung besar, tidak benar.
Tapi suatu hari akan tampak apakah kamu betul - betul membangun gedung untuk Tuhan πŸ’—atau untuk diri sendiri.

Satu hal yang tidak patut dan tidak benar yang dilakukan gereja kalau ayat yang memuat kemarahan Tuhan πŸ’— dijadikan landasan untuk memberi perpuluhan.
Ini tidak tepat.
Bila sudah terlanjur salah, ayo kita perbaiki.

Jangan menjadikan dalil untuk mencapai kehidupan terima materi.
Ayo kasih perpuluhan agar   belalang pelahap tidak makan usahamu
berbagai kutuk, seperti perjudian, perampokan, penyakit, hama dan lain sebagainya tidak akan
Tidak jarang pemberitaan Firman semacam ini
ancaman supaya jemaat πŸ‘₯ memberikan perpuluhan.

Bagi mereka yang tidak menberi perpuluhan disebut pencuri.
Diberi predikat sebagai pencuri, tidak diberkati Tuhan.
 Itu sebuah intimidasi. Tuhan πŸ’— tidak mengajarkan demikian.

Ini merusak bangunan cara berpikir
Kalau persembahan diberikan untuk mendapat balasan dari Tuhan.
Maka persembahan
Itu mengajarkan jemaat untuk memancing uang πŸ’°dari Tuhan.
- Lempar cacing dapat mujair.
- Lempar mujair dapat
tongkol besar.
- Lempar tongkol besar dapat ikan paus.
- Lempar ikan paus dapat kapal selam.
- Lempar kapal selam....

Apalagi menjanjikan 30, 60,100 kali lipat.
Ayat yang digunakan untuk menggandakan uang πŸ’° adalah sebenarnya ayat yang sebenarnya untuk penggandaan benih Firman Tuhan.

Akan berbuah dalam kehidupan seseorang.
Tidak ada kaitannya dengan uang.
Ayat itu dipakai itu motivasinya apa ?
Jadi pelipat gandaan berkat jasmani melanggar prinsip firman Tuhan.

Tetapi membangun motivasi yang salah dalam memberikan persembahan.
Ini sebuah pendidikan yang salah.
Kalau orang percaya πŸ‘₯ memberi persembahan harus sebagai sikap mengembalikan.
Jadi kita memberikan itu bukan sumbangan, apalagi memancing.

Yang benar adalah sikap mengembalikan kepada Tuhan πŸ’— apa yang wajib kita berikan kepada Tuhan.
Ini membuat orang - oranh kaya menjadi kurang ajar dengan Tuhan.
Dia merasa sudah memberi seperti orang menyumbang.

Karena pendeta mengajarkan jemaat kaya untuk menyumbang pada gereja πŸ’’
Padahal uang yang diberikan kepada gereja hanya sedikit dibanding untuk melakukan sogokan

Lebih besar uang yang diberikan kepada pejabat untuk bersahabat.
Seharusnya sahabatnya Tuhan.
Orang seperti ini tidak layak dihormati.
Supaya terhormat gereja diayomi orang kaya.
Gereja πŸ’’ diayomi oleh Tuhan, bukan manusia.

Kehormatan Tuhan diinjak - injak oleh orang yang merasa sudah membantu dan memberikan sumbangan untuk gereja.

Pelipat gandaan itu  merupakan taktik dalam gereja πŸ’’ demi mendapat dana dalam jumlah besar.
Maksudnya baik, tapi caranya salah.

Dana gereja betul, tapi caranya salah.
Jadi semuanya jadi salah
Harus di akui hal - hal perpuluhan tidak disentuh dalam tulisan Paulus.

Juga orang yang memberi banyak akan menuai banyak.
Itu jahat...
Kalau orang menabur banyak, efektivitas pelayanannya lebih besar.
Yang dituai adalah hasil pelayanannya.
Gereja pelayanan jangan jadi tempat memancing.
Kamu kasih, uang banyak Aktivitas pelayanannya banyak.

Kita mesti menjangkau Indonesia dan tempat - tempat yang belum dijangkau Injil.
Kita butuh banyak uang πŸ’°
Kalau kasih uang banyak jangkauannya banyak.
Jadi sumur bor, jadi sekolah, jadi macam - macam.

Urusan kita dengan jiwa - jiwa yang kita layani.
Menabur di sini bukan uang, tetapi hasil pelayanan.

Ini bicara kerelaan memberi, tidak dengan duka dan paksa.
Kalau orang memberi supaya dapat banyak, ia tidak rela.
Kalau orang dijanjikan berlipat ganda, seperti orang berjudi.

Yang ditabur memang uang, tetapi hasilnya bukan uang, jiwa - jiwa yang diselamatkan.
Persembahan itu mengembalikan.
Orang percaya adalah kasirnya Tuhan.

Orang  percaya πŸ‘₯ tidak boleh menggunakan uang suka - suka apalagi memberi uang untuk diberi nilai, dipuji, dibanggakan.
Itu nilai Tuhan, kasir Tuhan.
Karena itu adalah milik Tuhan.
Kita hanya kasirnya Tuhan.
Maka jangan merasa memberi, tetapi mengembalikan.
Kita bisa bernafas menghirup oksigen, itu juga pemberian Tuhan yang gratis....

JBU 🌷

Tidak ada komentar:

Posting Komentar