Sabtu, 05 Mei 2018

RH Truth Daily Enlightenment “PERPULUHAN DAN PERSEMBAHAN PADA ZAMAN RASUL-RASUL” Pdt. DR. Erastus Sabdono   6 Mei 2018

Dalam zaman rasul-rasul kita menemukan beberapa data mengenai persembahan.
Dalam Kisah Rasul 2:44-45 tertulis:Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.

Apa yang dikemukakan Lukas sebagai penulis Kisah Rasul menunjukkan bahwa orang percaya 👥tidak lagi merasa berhak atas semua kekayaan atau harta mereka.
Mereka mempersembahkan semuanya bagi Tuhan tanpa batas.
Dengan demikian, tidak ada ada lagi perhitungan jumlah dan persentase bagi Tuhan.

Dalam bagian lain di kitab Kisah Para Rasul, juga dikemukakan keadaan jemaat Tuhan mula-mula mengenai persembahan : Sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya.

Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.

Dari catatan ini dapat disaksikan, betapa hebat kebangunan rohani dalam gereja Tuhan mula-mula tersebut, sehingga mereka dapat menunjukkan pola hidup persekutuan bersama dalam “keluarga Kerajaan Allah di bumi” sebelum pindah ke langit baru dan bumi yang baru.

Terkait dengan persembahan, Paulus memberi petunjuk kepada jemaat di Korintus, sebagai berikut : Tentang pengumpulan uang bagi orang-orang kudus, hendaklah kamu berbuat sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang kuberikan kepada Jemaat-jemaat di Galatia.

Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing sesuai dengan apa yang kamu peroleh
menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang (1Kor. 16:1-2).
Dalam “juklak” (petunjuk pelaksanaan) persembahan, sama sekali tidak disinggung mengenai perpuluhan.

Di sini Paulus sama sekali tidak membuat perhitungan persentase.
Jika kita menghubungkan hal persembahan dengan 2 Korintus 9:7, maka dapat ditemukan bahwa yang penting bukan jumlah atau persentasenya, tetapi pada kerelaan hati, seperti yang dikatakan Paulus : Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah 💗 mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.

Jika berbicara mengenai kerelaan hati, maka berarti tidak lagi berbicara mengenai jumlah atau persentase, tetapi sikap hati.
Sikap hati orang percaya 👥 haruslah sikap hati seperti yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus, dimana Ia rela kehilangan semuahak-Nya demi tugas penyelamatan yang diberikan oleh Bapa kepada-Nya.

Dalam 2 Korintus 8:1-15, Paulus memberikan beberapa pelajaran mengenai persembahan.
Pertama, memberi persembahan tidak harus menunggu hidup berkecukupan atau memiliki harta dalam kelimpahan.
Seperti yang ditunjukkan janda dalam Lukas 21:1-4, dalam kemiskinan dan kekurangan ia memberikan segenap nafkahnya.

Demikian pula walau jemaat Makedonia dalam penderitaan, tetapi mereka masih memedulikan pelayanan dengan mengirim persembahan. Nilai persembahan dari keadaan orang percaya 👥 yang hidup berkekurangan, menjadi lebih bernilai dan menyenangkan hati Tuhan, daripada persembahan yang diberikan dari keadaan hidup yang berkelimpahan.

Kedua, persembahan harus diberikan dengan kerelaan, bukan dengan duka dan paksa.
Dalam hal ini, pihak gereja 💒 tidak boleh mengintimidasi jemaat agar memberi persembahan dengan ancaman kutuk dan lain sebagainya.

Persembahan yang diberikan karena intimidasi, bukan persembahan yang natural atau yang proporsional. Persembahan dengan sukacita dan kerelaan dapat tercipta dari hati yang memberi bukan karena ancaman.

Ketiga, persembahan bagi Tuhan 💗 harus dimulai dari memberi diri, artinya segenap hidup dipersembahkan bagi Tuhan, barulah memberi dalam bentuk persembahan uang.
Kalau seseorang belum memberi segenap hidup bagi Tuhan 💗, berarti masih belum menempatkan diri di hadapan Tuhan dengan benar.
Apa artinya persembahan uang, jika seseorang belum mempersembahkan segenap hidup bagi Tuhan?

Keempat, persembahan bagi Tuhan 💗 melalui gereja dimaksudkan agar ada keseimbangan antara orang yang memberi persembahan dan yang memperoleh persembahan. Persembahan bukan membuat salah satu pihak dirugikan atau menjadi kekurangan, tetapi semuanya memperoleh kecukupan.

Hal ini memberi petunjuk agar persembahan uang tidak membuat kelompok tertentu berlimpah, sedangkan yang lain kekurangan.
Idealnya, perpuluhan dan persembahan yang lain dapat membuat yang berlimpah dapat membagi harta mereka 👥 kepada yang berkekurangan, sehingga terjadi pemerataan atau paling tidak yang berkekurangan dapat dibantu.

JBU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar