Selasa, 08 Mei 2018

( Sunday Bible Teaching ) SBT, 6 Mei 2018 Pdt. Dr. Erastus Sabdono

Selama puluhan dan ratusan tahun gereja ๐Ÿ’’mengalami kebingungan /
blunder bagaimana mengenakan kekristenan secara benar seperti yang diajarkan Tuhan Yesus.

Gereja tumbuh di tengah - tengah aniaya, di tengah - tengah penindasan yang berat.
Tetapi di situ gereja menemukan bentuk.
Bentuk sesungguhnya yang diinginkan.

Selama puluhan dan ratusan tahun orang Kristen ๐Ÿ‘ฅ tertindas penguasa - penguasa politik dan penguasa - penguasa agama mencoba untuk  memunahkan kekristenan.
Tetapi justru di tengah - tengah tekanan berbagai pihak tersebut Kekristenan menemukan bentuk.

Orang - orang Kristen ๐Ÿ‘ฅ menemukan jalan hidup dengan mengikuti Tuhan Yesus.
Tetapi ironinya sejak Kekristenan menjadi agama di mana para pemimpin - pemimpin gereja, para pemimpin jemaat mendapat tempat yang terhormat di tengah - tengah masyarakat dengan hak - hak istimewa,  dukungan dana keuangan dan kekuatan politik dari kekaisaran Roma yang menjadi Kristen.
 Justru Kekristenan yang kehilangan bentuk aslinya

Kita tidak boleh melupakan sejarah ini.
Dalam sejarah gereja ๐Ÿ’’ ada yang dikenal abad kegelapan.
Abad kegelapan dimulai dari abad ke 5 sd abad ke 15 munculnya gerakan reformasi.
Yang dipimpin oleh Martin Luther, Swingly, Melangton, Calvin, dan tokoh - tokoh lainnya.

Jadi hampir sekitar 10 abad 1000 th orang - orang Kristen sebenarnya kehilangan bentuk kekristenan.
Apa yang murni yang dulu
dijalani orang Kristen ๐Ÿ‘ฅ pada zaman aniaya selama ratusan tahun menjadi berubah bentuk.
Lalu abad ke 15 mulai muncul gerakan reformasi.

Dan kita bersyukur gereja mulai dikembalikan ke relnya.
Dari abad ke 5 abad ke 14,15 dan seterusnya.
Tetapi kemudian gereja mulai jatuh kembali kepada pola keagamaan, liturgi.

Dari tulisan analis sejarah gereja ๐Ÿ’’ mengatakan bahwa sebenarnya Martin Luther tidak bermaksud membuat gereja baru.
Tetapi akhirnya tidak bisa terhindar lahirlah gereja Protestan.
Jadi dari gereja sebenarnya menjadi bentuk lain yang dianggap. lebih benar, tetapi seiring dengan perjalanan waktu Kekristenan yang orisinil, yang murni juga belum ditemukan.
Kekristenan menjadi lembaga agama juga, dan
terus berlangsung.

Ternyata di dalam Kekristenan tidak ada tatanan liturgi
Jadi kalau kita memaksakan diri ada liturgi macam ini dan itu jadi blunder.
Sebab Tuhan ๐Ÿ’—mengajarkan  kita menyembah dalam roh dan kebenaran.

Allah yang besar yang Agung dan mulia.
Allah yang tidak cukup disembah dengan liturgi,  ceremonial di beberapa waktu atau beberapa tempat tertentu
Tetapi sikap hidup yang selalu berkenan kepada hati Bapa ๐Ÿ’—
Itulah sebabnya Kekristenan tidak ada tatanan dan liturgi yang baku.

Jadi gereja A melihat liturgi gereja B lalu memandang rendah, dan sebaliknya.
Sebenarnya tidak ada juglak petunjuk pelaksanaan liturgi itu secara ceremonial atau ritual sebab Tuhan ๐Ÿ’—menginginkan
Sikap hati dalam perjalanan hidup ini.

Menyembah itu memberi nilai tinggi Tuhan ๐Ÿ’—
Dan harus terwujud, terekspresi, terkristal dalam sikap hati seluruh perbuatan kita.
Kemudian Kekristenan itu tidak mengenal hukum seperti agama - agama pada umumnya.
Ini benar - benar unik sekali
Jadi ketika Kekristenan dipadankan dengan agama bisa blunder kita, bingung.

Coba kita bayangkan ketika Tuhan Yesus ๐Ÿ’—berada di tengah - tengah bangsa Israel.
- Mereka memang orang - orang yang sangat agamanis.
- Masyarakat yang berjiwa
religius.
- Dan mereka sudah memiliki moral yang baik.
- Hukum Taurat ditegakkan dengan ketat.
- Sangsi atau hukumannya dilakukan ketat.
- Sembahyang mereka dilakukan ketat.

Sebuah masyarakat religius yang sangat fanatik.
Dipicu oleh kenyataan nenek moyang mereka menderita terseok - seok oleh karena pemberontakan kepada Elohim Yahwe.

Maka masuk Perjanjian Baru mereka jadi jera.
Itulah sebabnya di Perjanjian Baru kita tidak menemukan adanya penyembahan berhala, dan dukun - dukun.

Yang ada malah sinagog - sinagog pertemuan di mana orang Yahudi belajar Taurat dan berusaha melakukan Taurat dengan konsekuen dan konsisten.

Bahkan Taurat dielaborasi begitu rupa supaya Taurat bisa dikenakan segala aspek dan sikap tindakan mereka.
Jadi masyarat Yahudi sudah masyarat religius.
bukan masyarakat bar - bar.

Tuhan yesus ๐Ÿ’— hadir.
Apa yang diajarkan ?
Bukan hukum tapi kebenaran.
Jadi bukan pendidikan moral seperti macam motivator - motivator hari ini, yang mengajarkan :
- Bagaimana rajin bekerja
- Bagimana percaya diri dan lain sebgainya.
Itu sudah lewat.
Apalagi hukum moral umum.

Tetapi Tuhan ๐Ÿ’—mengajarkan kebenaran.
Matius, Markus, Lukas, Yohanes penuh dengan rahasia - rahasia kebenaran yang luar buasa yang akan sangat pahami dan bisa dikembangkan oleh Roh Kudus, itu fungsinya.

Tanpa Roh Kudus orang tidak akan bisa membedah apa yang diajarkan Yesus๐Ÿ’— dalam Injil.
Tetapi oleh pimpinan Roh Kudus orang akan satu ayat bisa dikhotbahkan belasan kali, bahkan puluhan kali.
Memiliki aspek - aspek yang luas dalam kehidupan kita secara konkrit.
Nah itulah kebenaran.

Kebenaran yang membuat seseorang memiliki kecerdasan rohani.
Kecerdasan rohani ini adalah : kemampuan untuk mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan ๐Ÿ’—
Jadi bukan lagi masalah :
- Jangan membunuh
- Jangan berzinah
- Jangan mencuri
Mestinya ini susah kita taati semua, kita patuhi.
Secara moral umum harus sudah sangat baik
Kalau moral umum tidak baik, sudah mati di situ.

Kalau ada ajaran keselamatan bukan perbuatan baik.
Dengan penjelasan yang salah, itu orang Kristen ๐Ÿ‘ฅ menjadi cerobah.
Orang Kristen tidak hanya diharapkan baik, tapi sempurna.
Belum sempurna harus baik, sangat baik sampai sempurna.

Kalau kita berbuat baik sudah dicurigai sekarang.
Kita mencapi keselamatan dengan kekuatan sendiri, sudah susah.
Orang baik, dan sangat baik, itu di masyarakat :
- Pasti jujur
- Tidak banyak ngomong.
- Kalau ngomong juga tidak melukai.
- Tidak cerewet apa yang tidak perlu dia cerewet.
- Memenuhi janji
- Produktif
- Dalam segala hal pasti baik dan benar
- Menepati janji.
Dalam segala hal sampai
tidak bisa dipersalahkan.
Secara moral umum dulu.

Nanti sampai tingkat kecerdasan rohani, di mana seseorang dapat mengerti kehendak Tuhan ๐Ÿ’—,apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna.

Tidak perlu menunggu ada stimulus atau rangsangan dari luar.
Seseorang hanya tidur duduk di kursi banyak hal yang melintas di pikirannya.
- Pada waktu banyak hal melintas di pikirannya
bagaimana dia bereaksi ?
Itukan memerlukan kecerdasan rohani.
Hukumnya apa?
Tidak ada hukum
Dia harus punya kecerdasan rohani.

- Waktu kita diangkat, dipuji - puji, dihormati.
Bagaimana reaksi kita ?
Mestinya reaksinya harus tepat, tidak ada hukum.

- Waktu kita disakiti,
Kalau hukum secara umum jangan membunuh.

Tapi tidak membunuh namun membenci, reaksi itu sudah salah.
Banyak hak lagi.
Bagaimana kita ๐Ÿ‘ฅmemberikan respon, reaksi terhadap banyak hal atau kejadian.
Itu kecerdasan rohani.
Tidak ada hukum.

Mestinya gereja ๐Ÿ’’ mengajarkan apa yang baik, itu sudah mutlak.
Apa yang sangat baik, sampai kepada kecerdasan rohani.
Jadi memahami apa yang dikehendaki Allah untuk dilakukan.

Makanya Injil harus dibedah.
Injil ini manual book, buku ๐Ÿ“‘ petunjuk.
Tetapi membaca buku petunjuk ini perlu hikmat dari Roh Kudus.
Kalau tidak, tidak akan mengerti.

Sekarang ini banyak pendeta - pendeta , pemberita - pemberita Firman yang mengambil ayat - ayat Perjanjian Lama lalu mengenakan ke dalam hidup orang Kristen ๐Ÿ‘ฅ
Ia lebih baik sedikit dari motivator atau sama baik dengan motivator.

Kalau seandainya orang - orang Yahudi berkhotbah itu pasti mengambil  ayat - ayat Perjanjian Lama lalu mengenakannya di dalam kehidupan mereka ๐Ÿ‘ฅ
Mestinya kita di atas itu.

Itu kitab Perjanjian Lama untuk umat Perjanjian Lama.
Bukan kita tidak perlu, kita bisa untuk pelajari.
Kita bisa ambil hikmat - hikmat dari Alkitab ๐Ÿ“š Perjanjian lama.
Kita tidak akan mengerti Perjanjian Baru tanpa akar/  root Perjanjian Lama.

Tetapi kita harus apa yang diajarkan Tuhan Yesus ๐Ÿ’—
bukan hukum.
Ini Kekristenan yang murni begini.
Kalau sampai gereja tidak
memahami hal ini, kita melihat bagaimana gereja- gereja di mimbarnya bagi
gereja - gereja mainstream itu khotbahnya sekitar doktrin.
Aplikasi konkritnya kadang - kadang juga tidak jelas.
Bagaimana aplikasi konkrit ?
Kalau ada tidak menyentuh secara mendalam.

Gereja - gereja lain mengarahkan jemaat ke berkat jasmani.
Seakan - akan kehidupan Bangsa Israel bisa dikenakan ke umat Perjanjian Baru.
Juga lebih rusak.

Tuhan Yesus ๐Ÿ’— mengajarkan kepada kita bahwa Kekristenan itu jalan hidup.
"Akulah jalan dan kebenaran hidup, kamu harus memiliki kebenaran lebih dari ahli Taurat dan orang Farisi."
Diterjemahkan hidup keagamaanmu.
( dikaiosune )

Kamu harus sempurna seperti Bapa ๐Ÿ’—
Makanya di Matius 5,6,7 khotbah di bukit, Tuhan Yesus membedah hukum - hukum.
- Hukumnya orang Yahudi,  lalu hukum yang harus dikenakan orang percaya yang bersifat batiniah.
- Kamu membunuh begini
Kalau kristen begini.
- Kalau bagi orang beragama, kalau berzinah begini.
Kalau Kristen begini.
- Disakiti musuh, mata ganti mata, gigi ganti gigi.
- Kalau kamu ditampar pipi kanan beri pipi kiri.

Coba kita perhatikan itu permulaan Tuhan Yesus ๐Ÿ’— mengajar sudah begitu.
Itu permulaan awal, pelajaran pertama saja sudah begitu.
Kamu harus sempurna seperti Bapa di Surga.

Matius 5 : 17
Aku datang bukan meniadakan hukum Taurat, tetapi menggenapinya
Jadi apa yang kamu tahu tentang hukum Taurat itu sebetulnya belum lengkap, itu maksudnya.
Plerosai : menggenapi
Persoalannya adalah bagaimana menggenapi itu ?
- Membunuh itu menghabisi nyawa orang.
Tapi bagi orang percaya membenci sudah membunuh.

Kalau orang Yahudi pada umumnya legalistik dan, formalitas apa aplikasi kelihatan.
Melakukan hukum sesuai bunyinya, verifikasi secara lahiriah.
Tetapi kebenaran tidak.

Di awal berkhotbah Tuhan sudah masuk ke sini.
Itu pelajaran pertama,  belum lagi banyak pelajaran yang Tuhan ๐Ÿ’— berikan.
Di Matius 8,9,10 dan seterusnya.
Termasuk di dalam khotbah di bukit itu juga,
Doa Bapa Kami termasuk di dalamnya.
Maka orang harus mengerti inti Doa Bapa Kami.

Matius 5 : 1
Ingat waktu Tuhan ๐Ÿ’— berbicara kepada orang Yahudi yang sangat fanatik
kepada Taurat dan menjunjung tinggi Tauratnya.

Jadi dibawa ke konteks dulu, supaya kita melihat makna orisinilnya di bawa, ke aplikasi konkrit dan implikasi konkrit dalam hidup kita hari ini artinya
bagaimana kita terapkan keterkaitan kita hari ini.

Selama orang Belum Memiliki Pikiran Tuhan Berarti Dia Belum Percaya
Bertuhan justru bagaimana kita mengerti kehendakNya.
Percaya kepada Tuhan berarti hidup untuk kepentinganNya

Tuhan ๐Ÿ’— tidak membuang hukum, tapi Tuhan mau melengkapi.
Melengkapi itu bagaimana?

Orang percaya ๐Ÿ‘ฅ harus menyerahkan diri kepada obyek yang dipercaya.
Mengerti kehendakNya dan melakukan kehendakNya.
Kapan saja, melalui semua peristiwa.

Ketika merenung banyak hal yang bisa muncul di pikiran kita.
Kita harus mulai dari nol dan rendah hati.
Seakan - akan kita ๐Ÿ‘ฅ memulai sesuatu yang baru sebelum kita meninggal dunia dan tidak memiliki kesempatan lagi untuk merubah diri.

Roh Kudus akan me
nolong kita untuk berubah.
Tuhan akan nenolong kita๐Ÿ‘ฅ untuk berubah
Inilah kekristenan yang sejati.

Jadi Tuhan mengatakan demikian karena jelas ada sangkaan, mereka curiga.
Kalau tidak Tuhan tidak mengatakan demikian.

Orang - orang Yahudi sebagian besar apalagi Imam - Imam besar,  ahli Taurat dan orang - orang Farisi, tokoh - tokoh agama bisa tidak mengerti sama sekali.
Memandang Yesus ๐Ÿ’—musuh yang menentang.
Coba mereka duduk diam mendengar.
Ini kualitas yang lebih tinggi.

Ini sama dengan Kebenaran murni yang kita sampaikan kepada orang Kristen ๐Ÿ‘ฅ
Orang Kristen berkata, sesat, ini ajaran baru.
Alkitab bertahun - tahun tidak begini.
Harusnya mendengar kebenaran dengan rendah hati, nulari yang bersih, logika yang wajar.
Maka akan tahu ini kebenaran yang murni yang disampaikan pendeta yang benar.
Jangan punya kecurigaan dulu.

Apalagi sudah baca bukunya, kita akan tahu framenya, bingkai besarnya, maka akan ditemukan kisi - kisinya, pernik - perniknya, dan tambah detail.
Ibarat gambar resolusinya lebih rapat.
.
Kalau pendeta hanya memungut ayat - ayat Perjanjian lama, apa yang dilengkapkan Tuhan ๐Ÿ’— sia - sia.

Dulu kita kebaktian nyanyi,  atau suasananya teduh, lalu dengar Firman.
- Yang satu bicara doktrin, etika.
- Yang satu bicara berkat mykjizat.
Ini menyimpang semua.

Kita harus gali kata demi kata yang diucapkan Tuhan Yesus ๐Ÿ’—
Di situ kita bisa, menemukan kecerdasan roh, itu Kristen.

Harusnya Kekristenan itu tidak bisa borongan.
Harusnya door to door, face to face minimal 3 - 12 orang.
Gereja ๐Ÿ’’ itu persekutuan, bukan bergerombolan.

Kita harus selalu sediakan waktu untuk belajar kebenaran, baik itu SK, PA, SBT, Seminar.

Cara berpikir yang benar, sikap hati yang benar itu yang menyenangkan hati Tuhan ๐Ÿ’—

Matius 5 : 20
Jadi sebenarnya orang Kristen ๐Ÿ‘ฅ dipanggil secara luar biasa dalam kelakuan.
Jadi masalahnya bukan terletak pada :
- Bagaimana kita menyanyi, bagaimana menyembah dalam pujian.
- Bagaimana kita bermoral baik pada masyarakat.

Tetapi kita memiliki kelebihan, bukan saja dari manusia lain, tapi dari para ulama - ulama,
dan tokoh - tokoh agama lain.
Ini konteksnya tokoh - tokoh agama Yahudi.
Harus lebih dari  mereka baik

Jangan kita berpikir Kekristenan itu ada strata.
Dominasi tokoh, ada imam, ada awam.
Semua kita ๐Ÿ‘ฅ  imamat - imamat rajani.

Bagaimana mengisi panggilan itu tidak membedakan.
Baik pedagang, dokter, dll
Yang membedakan bagaimana dia menghadirkan pemerintahan Allah sebagai pedagang ?

Walaupun pendeta tidak
menghadirkan pemerintahan Allah ๐Ÿ’—, motif - motif supaya
lebih busuk, lebih buruk dari pedagang.

Kekristenan itu targetnya itu melebihi tokoh - tokoh agama, ulama - ulama Yahudi.
Jadi ini panggilan hidup secara luar biasa dalam kelakuan.
Ini yang menggetarkan jiwa kita.

Kita ๐Ÿ‘ฅ harus meratapi :
- Bagaimana kita hidup berkenan ?
- Bagaimana kita memiliki kecerdasan rohani ?
Seperti Tuhan Yesus berdoa dengan keluhan dan ratap tangis kepada Bapa.
Dan karena kasalehannya Ia didengar.

Pasti isi doanya itu bukan supaya dia terhindar dari penderitaan salib, tetapi bagaimana DIa bisa melaluinya.
Ketika Dia berdoa di bait Allah, malaikat menguatkan Dia.
Allah ๐Ÿ’— mempunyai hak preogratif tanpa menyalahi tatananNya
Ketika orang bersungguh - sungguh berdoa, Allah memberi kekuatan.
Tapi dalam batas tertentu.

Ketika Tuhan Yesus ๐Ÿ’— mengatakan jadilah kehendakMu, bukan kehendakku.
Itu pintu gerbang kemenangan sudah dimasuki Tuhan.
Puncaknya ke dalam tanganMu kuserahkan nyawaKu.

Agama mengasah dan mengasuh kodrat untuk taat, untuk tunduk.
Kodrat manusia bisa dijinakkan untuk melakukan hukum untuk menjadi saleh.
Untuk bisa benar di mata manusia secara hukum.

Tapi Tuhan ๐Ÿ’— berkata kamu harus lebih dari mereka.
Mereka ahlinya mengasah.
Mengasah dan mengasuh kodrat manusia untuk bisa melakukan hukum.
Kita harus lebih dari mereka.
Ada satu yaitu kamu mengubah kodrat, dari kodrat manusia menjadi kodrat Ilahi.

Kodrat manusia ini mungkin sampai mati tidak hilang.
Tapi dalam batas tidak mampu untuk mendominasi hidup.

Selama kita ๐Ÿ‘ฅ masih berdaging, dan kita pernah terikat di sini, tidak total hilang.
Seandainya tidak hilangpun tidak problem.
Karena Kodrat Ilahi yang terbangun, terbentuk dalam hidup kita cukup menguasai kehidupan, sehingga tidak ada kesalahan yang kita lakukan.

JBU ๐ŸŒท

Tidak ada komentar:

Posting Komentar