Kamis, 04 Oktober 2018

RH Truth Daily Enlightenment “PROSES MENULIS ALKITAB” Pdt. DR. Erastus Sabdono  5 Oktober 2018

Bagaimana proses penulisan Alkitab πŸ“š sekilas bukan sesuatu yang luar biasa, tetapi hasil dari tulisan mereka menentukan kualitas hidup manusia dan keselamatan kekal setiap individu. Perjanjian Lama mula-mula diyakini ditulis oleh Musa.

Hal ini tidak mengherankan, karena Musa dalam lingkungan istana Firaun yang sangat maju pada zamannya. Tentu saja Musa dibesarkan dalam lingkungan pendidikan para pangeran di istana Firaun di Mesir.
Tidak mengherankan kalau Musa dapat menulis lima kitab Musa, Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan yang dikenal sebagai Pentateuch.

Pertanyaannya adalah bagaimana Musa dapat memperoleh pemahaman dan pengertian mengenai kisah dalam kitab Kejadian?
Pertama, harus dimengerti bahwa kisah mengenai Adam dan Hawa, Nuh dan semua kisah sebelum Abraham sudah merupakan kisah yang dikenal oleh masyarakat umum.

Peristiwa-peristiwa di dalam Eden sampai pada zaman sebelum Abraham adalah kisah milik semua orang.
Tentu saja telah ada dokumen yang ditulis dalam lempengan-lempengan tanah mengenai kisah-kisah yang mirip dengan apa yang tertulis di dalam Alkitab.

Tentu saja semua itu merupakan warisan secara lisan yang diturunkan oleh Adam kepada keturunannya, sebab semua manusia πŸ‘₯ juga berasal dari pasangan Adam dan Hawa.
Dan tentunya Musa sebagai seorang terpelajar juga menangkap semua warisan secara lisan kisah-kisah mengenai penciptaan, Nuh dan lain sebagainya tersebut.

Perbedaannya antara Musa dengan pengetahuan yang dimiliki bangsa-bangsa di luar Israel adalah Musa sebagai seorang yang bergaul dekat dengan Allah tentu saja menerima pengilhaman dari Allah πŸ’— untuk mengetahui dengan tepat semua kejadian atau peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di bumi ini, dari zaman Adam sampai pada zamannya sendiri.

Tidak ada kitab di bumi 🌏ini yang mengisahkan mengenai penciptaan langit dan bumi, Nuh dan kisah-kisah lain seperti yang dimiliki oleh bangsa Israel yang ditulis oleh Musa yang adalah nenek moyang mereka.
Hal ini harus diakui dengan jujur, kalau tidak ada bangsa Israel, belum tentu kisah-kisah tersebut terbangun atau ada.

Kedua, adapun kisah mengenai Abraham, Ishak dan Yakub tentu merupakan kisah yang selalu hangat di dalam pikiran bangsa Israel, karena mereka adalah nenek moyang bangsa itu. Kisah mengenai Abraham yang diperintahkan untuk menyembelih Ishak anak tunggalnya tentu merupakan kisah yang sangat menarik dan selalu melekat dalam ingatan bangsa Israel, sebab Ishak adalah nenek moyang mereka yang pernah hidup di Kanaan dan di sekitar Mesir pada zamannya.

Abraham pernah pergi ke Mesir dan beberapa daerah yang Alkitab πŸ“š sebut dengan jelas, bukan saja tempatnya tetapi juga waktu kapan terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut.
Hal ini menunjukkan akurasi atau ketepatan kisah-kisah tersebut.

Kalau misalnya Abraham pernah pergi ke India, pasti Alkitab mencatatnya. Ternyata Abraham tidak pernah pergi ke India.
Jadi, kalau dikisahkan Abraham pergi ke tempat-tempat dimana Alkitab πŸ“š tidak pernah mencatatnya, berarti itu adalah sebuah pemalsuan.

Ketiga, Perjanjian Baru ditulis oleh para penulis Injil, yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.
Belum tentu mereka mengetahui bahwa ternyata suatu hari tulisan mereka diakui sebagai bagian dari Kitab Suci. Mereka πŸ‘₯ menulis dari apa yang mereka saksikan dan mereka ingat secara tulus dan jujur untuk orang-orang pada zamannya.

Mereka seperti wartawan yang menulis apa yang mereka dengar dan saksikan.
Dalam Injil kita hampir tidak menemukan perasaan penulis terlibat di dalamnya.
Mereka secara tulus dan polos menulis apa yang mereka lihat dan dengar dari kehidupan Yesus πŸ’— tanpa memasukkan isi perasaan mereka di dalamnya.

Keempat, Injil ditulis beberapa belas tahun bahkan beberapa puluh tahun setelah peristiwa tersebut terjadi.
Hal tersebut pasti sangat mereka ingat, sebab apa yang mereka beritakan setiap hari adalah semua kejadian yang Yesus alami, lakukan dan yang Yesus ucapkan.

Itulah yang mereka tulis.
Karena keterbatasan manusia, bukan tidak mungkin apa yang mereka pernah lihat dan dengar mengenai peristiwa-peristiwa bersama Yesus tidak dapat mereka ingat semua secara sempurna. Itulah sebabnya Tuhan πŸ’— memakai empat penulis Injil untuk menulisnya, hal ini untuk saling melengkapi, dan sekaligus untuk membuktikan bahwa apa yang ditulis bukanlah karangan mereka sendiri.

Kalaupun ada perbedaan, pasti perbedaan yang tidak prinsip.
Perbedaan dalam penulisan tersebut pasti tidak akan merusak
kebenaran-kebenaran yang dapat membangun pengertian;
bukan sesuatu yang bersifat utama dan penting (major),
pasti hanya hal-hal minor (minor).

JBU

https://overcast.fm/+IqOA3pjPY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar