Keberadaan autograf Alkitab, terutama Perjanjian Baru, sering dipermasalahkan oleh para kritikus Alkitab, seakan-akan tanpa autograf maka Alkitab 📚 tidak berarti lagi, tidak mempunyai otoritas lagi. Mereka merendahkan Alkitab dan menuduhnya sebagai kitab yang sudah diubah-ubah oleh manusia, sehingga tidak dapat dipercaya lagi.
Demikian juga dengan autograf Perjanjian Baru, meskipun lebih muda dari Perjanjian Lama tetapi hanya beda kurang dari 600 tahun dari kitab Maleakhi. Dokumen-dokumen kuno yang ditemukan dan disimpan saat ini adalah manuskrip atau salinan dari salinan, bukan salinan langsung dari autograf.
Sejak pertama kali ditulis dalam bentuk autograf, maka pasti sudah salinan dari autograf ini juga sudah beberapa kali disalin, kemudian salinan lain dibuat berdasarkan salinan ini, demikian seterusnya.
Perlu diketahui bahwa pada zaman Yesus mengenakan tubuh daging seperti kita, Ia juga menggunakan bahasa Aram.
Bahasa Aram menjadi bahasa percakapan dalam kehidupan masyarakat pada zaman Yesus.
Jadi, pernyataan-pernyataan Yesus sangat mungkin menggunakan bahasa Aram, selain bahasa Yunani. Pernyataan-pernyataan tersebut antara lain ucapan Yesus ♥ di kayu salib: Eloi, Eloi, lama sabakhtani? (Mrk. 15:34), talita kum (Mrk. 5:4), sebutan Abba, Maranatha (1Kor. 16:22) dan lain sebagainya.
Meskipun bahasa percakapan Yesus sehari-hari adalah bahasa Aram, tetapi kitab-kitab Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani.
Hal ini disebabkan karena di abad pertama Masehi bahasa Yunani menjadi lingua franca atau bahasa yang universal seperti bahasa Inggris di zaman sekarang.
Tetapi bahasa Yunani waktu itu adalah bahasa Yunani Helenistik atau Koine (common).
Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan papirus kuno yang menggunakan bahasa Yunani Koine ini.
Jadi bahasa yang dipakai para penulis Alkitab 📚 untuk menulis naskah asli atau autograf adalah untuk Perjanjian Lama adalah Ibrani dan Aram, dan untuk Perjanjian Baru adalah Yunani.
Dewasa ini ada kelompok yang menyatakan dan mengklaim bahwa naskah asli Perjanjian Baru adalah bahasa Ibrani.
Itu adalah pandangan yang salah, kalau beberapa bagian Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Ibrani oleh orang-orang Yahudi Kristen, itu bukan berarti Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Ibrani.
Jika orang percaya memahami bahasa Yunani dan menemukan banyak kebenaran dari penggunaan bahasa ini dalam menyimpan rahasia kebenaran Firman Tuhan, maka kita lebih diteguhkan bahwa Perjanajian Baru memang ditulis dalam bahasa Yunani.
Tulisan asli Alkitab (autograf) ditulis dalam tiga bahasa,
yaitu bahasa Ibrani, Aram, dan Yunani.
Ibrani adalah bahasa percakapan di Israel, Aram di Siria dan beberapa wilayah lain, dan Yunani.
Dan bahasa Yunani Alkitab tidak sama dengan bahasa Yunani modern.
Bahasa Yunani yang dipakai untuk menulis Alkitab 📚disebut bahasa Yunani Koine, yaitu bahasa Yunani yang menjadi lingua franca di dunia Mediterania atau dialek umum (koinē) di zaman kekuasaan Romawi.
Inilah bahasa Yunani yang dipakai untuk menulis autograf Perjanjian Baru.
Mengapa Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani? Sebab itulah bahasa yang digunakan oleh orang-orang Yahudi pada zaman itu sebagai bahasa sehari-hari mereka. Tidak dapat disangkal dalam susunan huruf-huruf Ibrani dan angka-angkanya terdapat banyak misteri yang sangat menakjubkan.
Perjanjian Baru ditulis dalam Bahasa Yunani, sebab bahasa Yunani menjadi bahasa pengantara pada waktu itu (lingua franca) yang mempermudah Injil diberitakan.
Allah Bapa ♥ memilih bahasa Yunani, sebab dengan bahasa ini Allah Bapa bisa mengungkapkan banyak kebenaran dalam Injil. Sangatlah tidak mungkin Alkitab Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Ibrani, sebab bahasa Ibrani pada zaman Yesus tidak digunakan oleh semua orang sebagai bahasa sehari-hari.
Sebagian besar masyarakat menggunakan bahasa Aram. Alkitab Perjanjian Lama yang menggunakan bahasa Ibrani saja diterjemahkan dalam bahasa Yunani (Septuaginta).
Dalam proses penerjemahan sering terjadi kesulitan, sebab banyak kata dalam bahasa Ibrani dan bahasa Yunani Baru yang tidak ditemukan padanannya dalam bahasa yang menerjemahkan.
Hal ini bisa membangkitkan tuduhan bahwa Kitab Suci 📚 orang Kristen telah dipalsukan. Mereka menyampaikan tuduhan tersebut karena memahami Kitab Suci menurut perspektif atau sudut pandang agamanya.
Oleh sebab itu, kita sebagai orang percaya tidak perlu menanggapi tuduhan tersebut sama sekali.
Sebaliknya, kita sebagai orang percaya yang dewasa dalam bermasyarakat, tidak boleh memandang Kitab Suci agama lain dengan perspektif atau sudut pandang kita sendiri.
JBU
https://overcast.fm/+IqOAQ3GAU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar