Pertanyaan yang penting yang harus kita temukan jawabnya adalah, mengapa harus percaya bahwa Theos (Bapa) yang membangkitkan Yesus dari antara orang mati? Pertama, orang percaya harus mengakui bahwa ada Bapa 💗 yang mempunyai segala kuasa, kemuliaan, dan Kerajaan yang membangkitkan Yesus.
Yesus tidak dapat bangkit sendiri.
Yesus tidak memiliki kuasa untuk membangkitkan Diri-Nya sendiri.
Ada yang mampu membangkitkan Yesus dari kematian, yaitu Bapa. Hanya Bapa 💗 di surga yang mempunyai segala kuasa, juga untuk membangkitkan Dia di antara orang mati.
Bapa membangkitkan Yesuspun bukan tanpa alasan.
Bukan karena Yesus adalah Putra Tunggal kesayangan-Nya, sehingga Yesus dibangkitkan. Alkitab 📚 menunjukkan alasan mengapa Dia dibangkitkan : Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan (Ibr 5:7).
Karena Yesus telah menunjukkan ketaatan dan penghormatan-Nya kepada Bapa, bahkan mati di kayu salib, maka Ia dibangkitkan (Ibr. 5:7-9; Flp. 2:10-11). Hal ini memberi pelajaran mahal bagi kita semua 👥 orang percaya, bahwa kebangkitan yang Yesus peroleh atau yang Dia alami, tidak diperoleh-Nya secara gratis.
Bapa di surga tidak nepotisme, mentang-mentang Anak kesayangan, kemudian Bapa membangkitkan-Nya dari antara orang mati. Bapa 💗 yang Mahaadil memiliki tatanan.
Bapa konsekuen dengan tatanan.
Bapa bertindak sesuai dengan tatanan-Nya.
Yesus harus membayar kebangkitan-Nya.
Yesus harus membayar harga kebangkitan-Nya dengan ketaatan dan penghormatan yang patut kepada Bapa 💗 di surga.
Hal ini akan menginspirasi orang percaya, bahwa orang percaya juga harus menderita seperti Yesus telah menderita.
Paulus mengatakan, bahwa kita dikarunai bukan saja untuk percaya tetapi juga untuk menderita bagi Dia (Flp. 1:29).
Kalau Kepala-Nya yaitu Yesus Kristus 💗menderita, maka tubuhnya juga harus menderita.
Dalam hal ini Paulus menggenapkan dalam dirinya penderitaan Kristus untuk tubuhnya (Kol. 1:24). Orang yang mengaku sebagai anggota tubuh Kristus harus memiliki karakter seperti Dia (satu unsur, satu chemistry dengan Dia) dan menderita seperti atau bersama dengan Dia bagi Kerajaan Allah.
Kedua, kebangkitan Yesus adalah inti pengakuan iman orang percaya.
Sebab kalau Yesus tidak bangkit, maka sia-sia iman kita (1Kor. 15:15-20). Dengan kebangkitan tersebut, maka ada pengharapan kehidupan yang akan datang.
Dengan pernyataan Paulus mengenai kebangkitan tersebut, jemaat Roma dikuatkan dan terhibur, bahwa ada kebangkitan yang menjadi pengharapan hidup mereka yang sedang mengalami begitu banyak penderitaan.
Hal tersebut membuat mereka 👥 menjadi kuat dan tabah melewati hari-hari penganiayaan yang sangat berat. Tentu saja hal kebangkitan ini juga menjadi kekuatan dan pengharapan bagi semua orang percaya di sepanjang zaman dan di segala tempat.
Sebagai anggota tubuh Kristus, suatu keharusan atau kemutlakan, kita juga harus menemukan bagian kita untuk menderita bersama dengan Tuhan Yesus.
Tidak ada Kekristenan tanpa salib.
Harus diingat bahwa hanya orang yang menderita bersama dengan Tuhan Yesus 💗 yang akan dimuliakan bersama-sama dengan Yesus Kristus (Rm. 8:17).
Kekristenan tanpa penderitaan adalah Kekristenan palsu.
Itu adalah Kekristenan tanpa kemuliaan.
Oleh sebab itu, kita harus menemukan “salib” yang kita harus pikul bagi pekerjaan-Nya.
Harus diingat, bahwa menjadi orang Kristen 👥 bukan hanya diproyeksikan menjadi orang baik, tetapi juga menjadi sempurna agar dapat dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus.
Ternyata hanya orang yang dewasa rohani yang dapat diajak menderita bersama-sama dengan Tuhan 💗
Setiap orang percaya pasti memiliki kesempatan untuk menjadi anggur yang tercurah dan roti yang terpecah.
Bila seseorang menolak hal ini, ia akan kehilangan kesempatan mengenakan kehidupan Yesus.
Kesempatan menjadi anggur tercurah dan roti terpecah adalah kesempatan menderita bersama-sama dengan Tuhan Yesus.
Harus diingat bahwa semua orang yang menerima penebusan dari Tuhan Yesus 💗, dan mengaku Dia adalah Tuhan, wajib menjadikan hidupnya sebagai bejana Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya.
Menjadi bejana Tuhan artinya menjadi sarana Tuhan menggenapi rencana-Nya.
Menjadi sarana Tuhan pasti hidup seperti Dia hidup di bumi 🌏
Kalau seseorang menolak hal ini, berarti menjadi pemberontak terhadap Tuhan Yesus, sebab hal itu sama dengan tidak mengaku Yesus sebagai Tuhan.
Sebenarnya setiap orang percaya harus menjadi seperti bejana, yang harus menjadi sarana untuk memuliakan nama Tuhan. Hal ini tidak bisa dihindari oleh orang percaya, sebab setiap orang percaya 👥yang telah ditebus, harus membalas kebaikan Tuhan dengan menjadi bejana bagi kemuliaan nama-Nya.
Dengan demikian, sangatlah jelas ciri orang yang memberi diri sebagai anak tebusan, dan mereka yang menolak sebagai anak tebusan.
Orang yang memberi diri sebagai anak tebusan, pasti menjadi alat kemuliaan bagi nama-Nya.
JBU
https://overcast.fm/+IqOAuVewk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar