Pernahkah kita membayangkan bagaimana tidak mudahnya Tuhan Yesus 💗harus melepaskan semua kesadaran dan kemuliaan yang dimiliki-Nya di kekekalan? Dia harus meninggalkan semuanya dan tidak tahu pasti apakah bisa kembali lagi ke surga atau tidak (Flp. 2:5-7).
Allah Anak harus berjuang menyelesaikan tugas yang Bapa 💗 berikan.
Perjuangan ini bukan sandiwara.
Allah Anak diperhadapkan pada kemungkinan menang atau kalah.
Hal ini sangat menggetarkan.
Sangat besar kemungkinan belum pernah Allah Anak tergetar seperti saat Dia harus melepaskan keberadaan-Nya sebagai bagian dari Elohim Yahweh.
Allah Anak mengerti bahwa Lusifer, musuh Allah Bapa 💗 dan musuh Allah Anak, terus menginginkan takhta yang bukan haknya.
Yesus, Putra Tunggal Bapa harus menghentikan ambisinya.
Bapa tidak memiliki calon lain selain Diri-Nya.
Allah Anak harus ke bumi menjadi manusia yang dalam segala hal disamakan dengan manusia 👥
Ketika Allah Anak harus meninggalkan takhta-Nya, sangat besar kemungkinan malaikat-malaikat kudus di surga terdiam, hening dalam perasaan yang sulit dilukiskan.
Bapa pun tentu sedih melepaskan kepergian Raja mereka.
Kalau bisa mengatakan, Allah Anak bangga terhadap Bapa yang sangat luar biasa.
Bapa 💗 mengasihi manusia dengan memberikan Putra Tunggal-Nya, milik yang paling berharga dan yang paling dicintai Bapa.
Allah Anak pasti mengikuti teladan-Nya.
Melalui hal ini Bapa 💗 mengajar Allah Anak untuk memiliki kasih seperti yang ada pada-Nya.
Seberat apa pun tugas yang dipercayakan kepada Allah Anak, menjadi ringan, karena Dia mengerti dan mengakui bahwa kemuliaan yang dimiliki sesungguhnya dari Bapa.
Melihat keadaan manusia yang menuju kebinasaan, Allah Anak rela memberikan Diri-Nya untuk menyelamatkan manusia. Bapa 💗 mengajari Allah Anak mengenai kasih yang luar biasa, yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, tetapi dapat diterjemahkan dengan tindakan.
Dan Allah Anak yang harus menerjemahkannya bagi umat pilihan.
Pada hari Bapa 💗mengutus Allah Anak, tidak ada lagi yang diingat-Nya. Semua lenyap, Allah Anak seperti tidak pernah ada. Bapa mengosongkan Diri-Nya, seperti membunuh-Nya.
Bapa menaruh Roh Allah Anak di dalam rahim ibunda Maria.
Itu pun baru disadari Yesus setelah Diri-Nya bertumbuh dewasa.
Orang-orang pertama yang memberi tahu bahwa Yesus datang dari Bapa 💗, bahwa Diri-Nya bukan anak ibunda Maria dan bapak Yusuf adalah bunda Maria dan bapak Yusuf sendiri.
Hari demi hari Yesus semakin sadar bahwa Diri-Nya bukan berasal dari bumi ini.
Yesus memikul tugas yang sangat besar dari Bapa.
Pada bulan Desember, ketika orang-orang Kristen sibuk merayakan hari kelahiran-Nya, nampak seakan-akan hari Natal menjadi hukum yang mutlak harus dijalani. Padahal Yesus tidak pernah memerintahkan orang-orang Kristen 👥 merayakan kelahiran-Nya seperti cara sebagian besar orang percaya merayakan hari kelahiran mereka.
Tentu hal ini menyedihkan hati Tuhan, yaitu jika dalam perayaan Natal itu mereka menghamburkan waktu, tenaga, uang dan banyak hal lain untuk sebuah kegiatan yang tidak membuat orang percaya 👥 bertumbuh dewasa.
Pada bulan Desember, ketika orang-orang Kristen merayakan Natal, menjadi bulan mereka menghamburkan potensi dengan sia-sia yang membuat pertumbuhan kedewasaan rohani malah melambat.
Sebenarnya, sangat kecil kemungkinan Tuhan Yesus lahir pada bulan Desember. Tuhan 💗 sengaja tidak memberi tahu tepat waktu, tanggal, bulan bahkan tahunnya, sebab Tuhan tidak ingin orang Kristen mendewakan hari itu. Tuhan tidak ingin orang Kristen seperti orang yang tidak mengenal kebenaran, seperti agama-agama kafir yang menjadikan satu hari lebih dari hari yang lain.
Sesungguhnya tidak ada satu hari yang lebih dari hari yang lain.
Tuhan menghendaki agar orang percaya 👥menjadikan semua hari kudus dan berharga, yaitu dengan melakukan kehendak Bapa, seperti yang Yesus telah lakukan.
Semua hari adalah hari Tuhan, sebab orang percaya sudah ditebus menjadi milik Tuhan Yesus.
Semua yang ada pada orang percaya adalah milik Tuhan Yesus 💗
Sebenarnya Tuhan tidak mempermasalahkan orang percaya merayakan Natal atau tidak, tetapi yang penting orang percaya mengingat bahwa Bapa mengasihi manusia sehingga memberikan Putra Tunggal-Nya untuk keselamatannya; Allah Anak sendiri memberi Diri dengan rela untuk itu.
Kalau Natal dirayakan bukan berarti salah, tetapi harus dengan sikap hati yang benar.
Sikap hati yang benar akan melahirkan tindakan-tindakan yang benar pula, tindakan-tindakan yang memuliakan Bapa 💗 di surga. Seharusnya Natal dirayakan hanya untuk menegaskan bahwa Allah mengasihi manusia, agar manusia yang dikasihi menyambut anugerah-Nya dengan respon memberi diri untuk diselamatkan.
Memberi diri diselamatkan artinya orang percaya harus belajar untuk hidup seperti Yesus, hidup tidak bercela, tidak terikat keindahan dunia. Yesus menjalani hidup di bumi hanya untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
JBU
https://overcast.fm/+IqOBE6iuQ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar