Jumat, 13 Juli 2018

RH Truth Daily Enlightenment “MULUT MENGAKU” Pdt. Dr. Erastus Sabdono  14 Juli 2018

Dalam Roma 10:9 tertulis: Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah 💗 telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Banyak orang Kristen yang salah memahami ayat ini, sehingga mereka tidak pernah menjalani jalan keselamatan yang Tuhan Yesus berikan.

Kalimat “mengaku dengan mulut, bahwa Yesus adalah Tuhan 💗, dan percaya dalam hati, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka akan diselamatkan”, biasanya hanya dipahami secara dangkal.

Mereka berpikir yang penting dengan mulut mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hati bahwa Allah telah membangkitkan dari antara orang mati, maka mereka sudah selamat. Selamat di sini hanya dipahami sebagai terhindar dari neraka dan diperkenankan masuk surga.

Karena merasa sudah selamat, maka mereka merasa berhak meyakini dengan kepastian bahwa mereka akan masuk surga. Mereka merasa itulah iman Kristiani yang normal.
Karena sudah merasa selamat, maka mereka 👥 tidak merasa perlu lagi untuk mengisi hari hidup ini dengan belajar menjadi murid Yesus secara proporsional.

Mereka hanya setia sebagai orang Kristen dan rajin ke gereja 👥, tetapi tidak mengalami proses pertumbuhan rohani yang normal.
Padahal proses menjadi murid yang sama dengan mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar- harus dijalani orang percaya.

Untuk ini, kita harus memahami pengertian beberapa kata penting di dalam ayat tersebut.
Pertama, mengenai “mengaku dengan mulut”. Kata mengaku dalam teks aslinya adalah homologeses (ὁμολογήσῃς), dari akar kata homologeo (ὁμολογέω).

Sebenarnya kata ini memiliki beberapa pengertian; selain berarti to declare (menyatakan secara terbuka dan terang-terangan), kata ini juga berarti say plainly (mengatakan dengan jelas).
Hal ini menunjuk secara terang-terangan dan tegas menyatakan, bahwa Yesus adalah Tuhan.

Pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan haruslah pengakuan secara terbuka. Bukan sekadar dalam hati. Terkait dengan hal ini Tuhan Yesus menyatakan: Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan-Nya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus (Luk. 9:26).
Malu di sini artinya merasa tidak terhormat.

Kalau orang merasa tidak terhormat mengakui Yesus adalah Tuhan di dunia 🌏ini, maka Yesus pun juga tidak terhormat mengakui seseorang pengikut-Nya. Adalah kehormatan bagi Tuhan Yesus mengaku seseorang sebagai pengikut-Nya, yaitu mereka yang berani menderita karena nama-Nya.

Menyatakan atau mengakui Yesus adalah Tuhan, hari ini di suatu negara yang melindungi kebebasan beragama, bukan masalah sama sekali.
Tetapi sangat berbeda dengan keadaan orang percaya 👥 atau orang Kristen pada zaman kitab Roma ditulis.

Kata Tuhan dalam teks aslinya adalah Kurios (κύριος).
Kurios adalah gelar yang disandang oleh Alexander the Great, raja dari kekaisaran Makedonia (Yunani), yang hidup pada tahun 356-323 sM. Seorang jagoan atau pendekar perang yang tidak pernah terkalahkan, yang berhasil menaklukkan wilayah yang sangat luas dari Eropa (Laut Ionia) sampai Himalaya.

Walaupun hanya memerintah selama 13 tahun, semasa kepemimpinannya, Alexander berhasil membangun sebuah imperium yang lebih besar dari semua imperium yang pernah ada sebelumnya. Gelar the great di belakang namanya disandangkan kepadanya untuk menunjukkan kehebatannya sebagai seorang raja, dan pemimpin perang serta keberhasilannya menaklukkan wilayah yang sangat luas.

Tentu saja hal ini menjadi momok bagi negara-negara di dunia, khususnya kerajaan-kerajaan atau masyarakat di Eropa. Mereka tidak menginginkan kebangkitan kembali pemimpin perang seperti Alexander tersebut.


Dengan sebutan Kurios atas Diri Yesus, membawa orang percaya 👥 kepada keadaan yang sangat rawan dan membahayakan.
Orang percaya menantikan kedatangan Yesus sebagai Kurios.

Mereka dicap sebagai pemberontak, atau memiliki benih-benih pemberontakan yang membahayakan bagi kekaisaran Roma.
Tidak heran kalau kekuasaan Roma berusaha memunahkan ajaran Kristen, dan menghabisi semua orang Kristen pada zaman itu.

Ditambah lagi orang-orang Kristen 👥 menolak untuk memberi penghormatan yang berlebihan, seperti menyembah kepada kaisar yang dianggap sebagai keturunan dewa.
Hal ini membangkitkan kemarahan pemerintahan Roma terhadap orang-orang Kristen.
Terhadap orang Kristen, kekaisaran Roma melakukan penganiayaan yang sangat kejam.

JBU

https://overcast.fm/+IqODjg2iM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar