Dalam Roma 10:16 Firman Tuhan tertulis: Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri berkata: “Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?” Kata “menerima” dalam teks aslinya adalah hupekousan(ὑπήκουσαν), dari akar kata hupakuoo (ὑπακούω), yang sebenarnya artinya adalah mematuhi (obey) dan mengikuti (follow).
Dalam pemberitaan Firman yang disampaikan oleh Paulus, ternyata ada atau bisa banyak orang 👥 yang tidak menerima kabar baik, atau yang sama dengan menolak Injil.
Tidak menerima kabar baikberarti “tidak patuh” terhadap Injil.
Pada zaman Paulus, Paulus merasa dan melihat betapa sulitnya orang menerima Injil.
Hal ini, bukan hanya terjadi pada orang-orang yang jelas-jelas menentang Injil atau melawan dan mengadakan perlawanan terhadap Injil, yang mengakibatkan penderitaan orang-orang Kristen.
Tetapi juga terjadi pada orang-orang yang tidak secara langsung melawan atau menentang Injil, mereka yang berkeadaan seakan-akan tidak menolak Injil, tetapi sebenarnya mereka tidak mematuhi Injil.
Tidak mematuhi Injil artinya tidak hidup sesuai dengan tuntutan, dan tuntunan Injil atau tidak mengikuti (follow) jalan yang Injil tunjukkan.
Hal ini sebenarnya berarti juga penolakan terhadap Injil. Jadi, penolakan terhadap Injil, bukan hanya dilakukan oleh mereka yang menentang Injil, tetapi juga terjadi atas orang-orang Kristen yang tidak all out atau sepenuh hati hidup bagi Tuhan 💗 dengan memenuhi tuntutandan tuntunan Injil.
Sekilas mereka kelihatan menjadi orang Kristen yang menerima Injil, padahal sebenarnya mereka menolak Injil. Hal ini dibuktikan dengan kehidupan mereka yang tidak patuh terhadap Injil. Mereka tidak bersedia memenuhi tuntutan dan tuntunan Injil.
Dari tulisan Paulus ini, kita memperoleh pelajaran rohani bahwa menerima Injil bukan sesuatu yang sederhana.
Penerimaan terhadap Injil harus disertai dengan “kepatuhan terhadap Injil”, sebab Injil memiliki tuntutan yang harus dipenuhi.
Injil bukan sekadar dipercayai di dalam nalar atau pikiran, tetapi dipahami isinya dan dituruti tuntutan dan tuntunannya. Inilah yang disebut sebagai mematuhi (obey) Injil.
Itulah sebabnya dalam surat yang ditulis Paulus kepada jemaat Filipi, Paulus mengatakan agar hidup orang percaya berpadanan dengan Injil (Flp. 1:27, Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus… Kata “berpadanan” dalam teks aslinya adalah aksios (ἀξίως).
Kata ini juga berarti cocok (suitably)dan pantas atau layak (worthily).
Orang percaya 👥 harus bersikap benar terhadap Injil, agar layak sebagai orang yang mengaku telah menerima Injil. Demikianlah, Injil bukan hanya menjadi berita, tetapi menjadi peragaan orang yang benar-benar telah menerima Injil.
Hal tersebut dapat dilihat dan dirasakan orang lain. Orang-orang yang menerima Injil atau mematuhi (obey) Injil adalah orang-orang yang pasti memiliki kehidupan seperti Yesus. Mereka bisa berkata : Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku.
Mereka inilah yang dapat menjadi saksi Kristus 💗 dengan efektif dan memiliki kehidupan yang diurapi seperti Yesus Kristus.
Tidak menerima Injil sama dengan tidak percaya secara benar.
Hal ini dikemukakan Paulus, ketika Paulus menghubungkan penolakan orang pada zamannya dengan orang-orang Israel pada zaman Yesaya.
Dalam hal ini ada benang merah yang dapat kita temukan.
Pada zaman Yesaya, keadaan bangsa Israel sedang terpuruk.
Tuhan 💗 berulang-ulang memberi peringatan agar bangsa Israel kembali kepada Tuhan, agar Tuhan dapat memulihkan kembali keadaan hidup mereka, tetapi bangsa Israel menolaknya. Pada akhirnya bangsa Israel mengalami keterpurukan, dan mereka menjadi bangsa yang ditaklukkan musuh serta hidup dalam pembuangan.
Hal ini sejajar dengan keadaan manusia 👥 pada zaman Paulus, banyak orang tidak mau percaya kepada Yesus.
Padahal Tuhan hendak memulihkan hidup mereka. Dalam hal ini, sebenarnya, tidak percaya pada dasarnya sama dengan menolak untuk dipulihkan versi Tuhan.
Akibat dari tidak menerima Injil atau tidak patuh terhadap Injil, maka akan mengalami kebinasaan.
Sangat penting untuk memahami dengan benar apa yang dimaksud dengan “dipulihkan” dalam konteks ini. Kalau kehidupan bangsa Israel mengalami pemulihan, ini berbicara mengenai pemulihan kehidupan jasmani, ekonomi, dan politik.
Tetapi pemulihan dalam zaman Perjanjian Baru bagi yang percaya kepada Tuhan Yesus 💗 adalah pemulihan yang bersifat rohani, yaitu hal yang menyangkut dikembalikannya manusia ke rancangan Allah semula, dan kehidupan yang dilayakkan untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga.
Jika tidak, maka orang tersebut binasa ke dalam api kekal.
Kehidupan manusia di zaman Perjanjian Baru, ketika keselamatan dalam Yesus Kristus disediakan, fokus pemulihan kehidupan berbeda dengan fokus kehidupan umat Perjanjian Lama.
Gereja 💒 yang menyamakan hal tersebut, yaitu seakan-akan Injil memiliki fokus pada pemulihan kehidupan jasmani seperti kepada bangsa Israel, adalah ajaran yang bertentangan dengan Injil yang murni, yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.
Kesalahan ini bisa memarkir hati dan pikiran jemaat masih di dunia 🌏 sehingga tidak bisa dipindahkan ke Kerajaan Surga.
Untuk memperoleh kebenaran yang murni dari Roma 10:16 ini, kita harus memahami bahwa “tindakan percaya” orang-orang percaya pada zaman surat Roma ditulis, tidaklah sama dengan tindakan percaya orang Kristen pada zaman kita sekarang.
Pada waktu itu, kalau seseorang berani mengaku percaya kepada Yesus, pertaruhannya adalah harta, keluarga, dan nyawa mereka.
Mereka 👥 harus berani kehilangan semuanya. Jadi, percaya kepada Yesus tidak bisa hanya dengan pikiran, tetapi harus dideklarasikan di depan umum dengan segala resiko dan konsekuensinya.
Konsekuensinya adalah kemiskinan, pengucilan, aniaya, dan kematian. Dengan demikian isi percaya seseorang pada zaman itu adalah tindakan yang nyata, dan dampak dari percayanya tersebut. Dalam hal ini percaya seseorang pada zaman itu, sangat bisa dibuktikan, dan orang lain bisa melihat serta merasakannya.
JBU
https://overcast.fm/+IqOCSXa24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar