Kalau melihat konteks zaman, betapa beratnya menjadi orang Kristen pada zaman aniaya, yaitu ketika surat Roma ditulis. Pada waktu itu, kalau ada orang mengaku Yesus ๐adalah Kurios, maka ia harus mempertaruhkan segenap hidupnya demi percayanya.
Ia harus rela kehilangan segala sesuatu, bukan hanya harta dan keluarga, tetapi juga nyawa mereka.
Dengan mengaku Yesus adalah Kurios, maka mereka harus melepaskan atau kehilangan seluruh kesenangan dan kenyamanan hidup di bumi ini.
Dengan demikian pengakuan percaya tersebut memiliki isi dan makna yang sangat besar dalam hidup percayanya.
Orang-orang Kristen ๐ฅ seperti ini adalah orang-orang Kristen yang memiliki iman “yang berisi”; bukan iman yang kosong.
Pertanyaannya adalah apakah harga pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan berubah pada masa yang lain? Tentu tidak. Harga pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan ๐ tetaplah sama.
Seorang yang mengaku Yesus adalah Tuhan (Kurios), harus hidup dalam ketertundukan kepada-Nya.
Ketertundukan ini adalah kesediaan menerima kedaulatan Tuhan ๐ atas segenap hidup ini.
Ini berarti seorang yang mengaku Yesus ada knlah Tuhan harus hidup dalam penurutan terhadap kehendak Yesus sebagai Tuhan atau majikannya. Kehendak Yesus adalah agar orang percaya melakukan kehendak Bapa (Mat. 7:21-23).
Dia sendiri menjadi Tuhan untuk kemuliaan Allah Bapa (Flp. 2:10-11). Orang Kristen yang mengaku Yesus sebagai Tuhan, jika tidak melakukan kehendak Bapa ๐, berarti imannya kosong, palsu, gadungan, dan tidak menyelamatkan. Terkait dengan hal ini, Yakobus berbicara panjang lebar mengenai iman, bahwa iman harus disertai dengan perbuatan.
Justru iman seseorang nampak dari tindakan atau perbuatannya.
Kondisi aniaya pada zaman ketika surat Roma ditulis, membuat pengakuan orang-orang Kristen ๐ฅ dengan mulutnya sama dengan hatinya yang percaya. Dalam hal ini kita harus memahami kata kedua yang penting, yaitu percaya.
Percaya haruslah merupakan tindakan, bukan hanya sebuah “pengaminan akali” atau persetujuan pikiran. Percaya, dari kata pisteuo (ฯฮนฯฯฮตแฝปฯ), yang artinya menyerahkan diri kepada. Percaya yang benar dialami dan dimiliki oleh orang-orang Kristen ๐ฅRoma dalam menghadapi aniaya yang begitu hebat.
Mereka membayar percayanya dengan benar, sehingga menjadi orang percaya yang sejati.
Berbeda dengan orang-orang Kristen di zaman tanpa aniaya dan kesulitan seperti hari ini.
Hari ini, sukar membedakan apakah seseorang memiliki iman yang berisi atau tidak (walau tentu pada akhirnya juga dapat dikenali).
Banyak orang Kristen dengan mulut mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan ๐ tanpa pertaruhan apa pun.
Mereka hanya dengan mulut (yang terdengar) mengaku Yesus adalah Tuhan, tetapi dengan hati yang belum tentu percaya. Hati yang percaya pasti diekspresikan dengan atau dalam perbuatan konkret. Perbuatan konkret dari hati yang percaya adalah melakukan kehendak Bapa.
Melakukan kehendak Bapa artinya selalu hidup dalam pimpinan Roh Allah atau Roh Kudus (yang adalah Roh-Nya Bapa sendiri). Orang yang hidup dalam pimpinan Roh Kudus selalu bertindak sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.
Hal ini sebenarnya sama dengan memiliki pikiran dan perasaan Kristus, yang artinya selalu melakukan kehendak Bapa dan hidup hanya untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya; seperti yang Yesus lakukan.
Orang yang melakukan kehendak Bapa pasti hidup dalan kekudusan, sebab Bapa menghendaki agar orang percaya ๐ hidup kudus seperti Dia kudus (1Ptr. 1:16).
Sesungguhnya, inilah maksud keselamatan dalam Yesus Kristus.
Kata “keselamatan” adalah kata ketiga yang penting dalam Roma 10:9 untuk dipahami maknanya. Keselamatan bukan hanya terhindar dari neraka dan diperkenankan masuk surga.
Keselamatan adalah usaha atau proses dimana manusia dikembalikan ke rancangan Allah semula.
Di dalam keselamatan terdapat orientasi, yaitu mengubah manusia ๐ฅ yang telah kehilangan kemuliaan Allah menjadi manusia yang menemukan kemuliaan Allah
JBU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar