Dalam Roma 10:10 tertulis: Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.
Ayat ini termasuk ayat penting yang sering diucapkan oleh para pembicara di mimbar-mimbar gereja 💒 , dan persekutuan komunitas Kristen.
Dan memang ayat ini sangat penting untuk dipahami maksudnya. Untuk itu perlu kita memahami pengertian ayat ini secara tepat. Dalam teks aslinya ayat ini berbunyi kardia gar pisteuetai eis dikaiosunen, stomati de homolo geitas eis soterian (καρδίᾳ γὰρ πιστεύεται εἰς δικαιοσύνην, στόματι δὲ ὁμολογεῖται εἰς σωτηρίαν).
Dalam terjemahan kita ada satu kata yang hilang yang tidak diterjemahakan.
Kata itu ada de (δὲ). Mestinya kata ini tidak cukup diterjemahkan “dan”, tetapi juga harus diterjemahkan “tetapi” atau bisa berarti “tetapi juga”. Hal ini sekilas sederhana, tetapi sebenarnya tidak. Kata “tetapi juga” memiliki muatan pengertian yang sangat luar biasa.
Kata “hati percaya dan mulut mengaku” adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Banyak orang Kristen memahami Roma 10:10 secara sangat dangkal. Mereka merasa sudah menjadi orang yang dibenarkan dan diselamatkan hanya karena di dalam pikiran mereka.
Kalau mereka sudah percaya Yesus adalah Tuhan 💗 dan Juruselamat dan menyatakan secara umum dalam bentuk atau ekspresi memeluk agama Kristen serta pergi ke gereja, berarti sudah menjadi umat pilihan. Mereka memahami “hati percaya” sebagai sekadar persetujuan pikiran atau pengaminan akali.
Padahal hati percaya adalah sesuatu yang sudah sangat menggores di dalam manusia batiniahnya.
Ini adalah keadaan batiniah seseorang yang mewakili seluruh keberadaan hidupnya (kadang hanya Tuhan yang tahu).
Bicara mengenai hati (Yun. Kardia-καρδίᾳ), sesuatu yang pasti sangat menggores, dan tentu saja hal ini memiliki dampak yang sangat kuat dalam seluruh perilaku kehidupan seseorang.
Seperti misalnya kalau seseorang menyatakan bahwa ia mencintai seseorang dengan sungguh-sungguh atau benar, sampai menggores hati, maka pasti ada tindakan nyata atau konkret untuk mengekspresikan cintanya dengan ekspresi tindakan yang ekstrem.
Ekspresi cinta tersebut tidak akan dilakukan untuk orang lain.
Demikian juga kalau seseorang “dengan hatipercaya” kepada Yesus, maka pasti ada tindakan nyata yang ekstrem terhadap Tuhan 💗 di mana tindakan tersebut tidak pernah dilakukannya untuk orang lain.
Dengan demikian percaya kepada Tuhan, adalah sesuatu yang sangat eksklusif atau menciptakan atau membangun sebuah eksklusivitas hubungan dengan Tuhan.
Faktanya, banyak orang Kristen 👥 mengaku percaya kepada Tuhan Yesus, tetapi tidak memiliki sebuah eksklusivitas hubungan dengan Dia. Eksklusivitas tersebut ditandai dengan tindakannya yang ekstrem bagi Tuhan, tindakan yang tidak dilakukannya kepada siapa pun.
Tetapi ironisnya, banyak orang Kristen ekstrem melakukan segala sesuatu untuk dirinya sendiri dan orang lain, tetapi tidak ekstrem terhadap Tuhan Yesus 💗
Di sini seseorang tidak menjadikan Yesus sebagai segalanya.
Banyak orang berkata: “Yang penting saya percaya Tuhan di dalam hati”, tetapi tidak melakukan sesuatu untuk mewujudkan percayanya tersebut.
Ada orang-orang Kristen yang tidak pergi ke gereja berkata: “Percuma ke gereja kalau hidupnya tidak benar.
Lebih baik tidak ke gereja, tetapi hidupnya benar”.
Tentu saja tidak semua orang yang pergi ke gereja 💒 hidupnya benar, tetapi kalau seseorang bisa pergi ke gereja, tetapi tidak pergi ke gereja hanya karena alasan tersebut, maka diragukan kebenaran hidupnya.
Bisa dipastikan hidupnya tidak benar.
Orang-orang yang mengatakan bahwa yang penting hidup benar tanpa perlu bergereja, menunjukkan kebodohannya.
Tidak mungkin bisa hidup benar tanpa kebenaran Firman Tuhan (kecuali gerejanya tidak mengajarkan kebenaran).
Alasan tidak kegereja tersebut hanyalah usaha pembenaran diri.
Kalau seseorang tidak ke gereja 💒 karena tidak mau mendengar ajaran yang salah, dan Tuhan menghendaki atau memperkenan ia berpindah gereja, tidak ada salahnya ia pindah ke gereja; tetapi semua harus dilakukan dalam pimpinan Roh Kudus.
Hendaknya seorang beriman tidak berpindah gereja karena perselisihan atau konflik, apalagi karena pertikaian.
Dalam kehidupan berkomunitas dengan sesama orang percaya, hendaknya kita 👥 tetap memiliki saudara-saudara seiman yang bisa diajak untuk hidup dalam persekutuan, bertumbuh bersama.
Hal ini tidak harus ada di dalam gereja, tetapi juga di luar lingkungan gereja.
“Hati percaya” pasti membuat seseorang menunjukkan tindakan percayanya tersebut secara benar.
Kata percaya dalam teks aslinya adalah pisteutai (πιστεύεται), dari akar kata pisteuo (πιστεύω), yang secara etimologinya berarti “menyerahkan diri kepada”.
Jadi percaya berarti menyerahkan diri kepada suatu obyek; dalam hal ini percaya kepada Tuhan 💗 berarti menuruti segala sesuatu yang dikehendaki oleh Tuhan.
Untuk ini harus dijelaskan apa yang dimaksud dengan percaya itu lebih mendalam.
Harus dipahami bahwa percaya kepada Tuhan Yesus 💗 bukan sesuatu yang mudah.
Selama ini banyak orang Kristen termasuk mereka yang sudah lama menjadi orang Kristen berpikir, bahwa percaya kepada Yesus seakan-akan sesuatu yang mudah.
Mengapa demikian? Sebab menurut mereka, bahwa mengakui status Yesus sebagai Tuhan 💗 dan Juruselamat dengan atau dalam pikiran saja sudah cukup.
Dengan demikian mereka sudah merasa sebagai orang percaya atau orang beriman.
Ini pandangan yang salah.
JBU
https://overcast.fm/+IqOAeejIo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar