Pernahkah kita membayangkan bagaimana tidak mudahnya Tuhan Yesus πharus melepaskan semua kesadaran dan kemuliaan yang dimiliki-Nya di kekekalan? Dia harus meninggalkan semuanya dan tidak tahu pasti apakah bisa kembali lagi ke surga atau tidak (Flp. 2:5-7).
Allah Anak harus berjuang menyelesaikan tugas yang Bapa π berikan.
Perjuangan ini bukan sandiwara.
Allah Anak diperhadapkan pada kemungkinan menang atau kalah.
Hal ini sangat menggetarkan.
Sangat besar kemungkinan belum pernah Allah Anak tergetar seperti saat Dia harus melepaskan keberadaan-Nya sebagai bagian dari Elohim Yahweh.
Allah Anak mengerti bahwa Lusifer, musuh Allah Bapa π dan musuh Allah Anak, terus menginginkan takhta yang bukan haknya.
Yesus, Putra Tunggal Bapa harus menghentikan ambisinya.
Bapa tidak memiliki calon lain selain Diri-Nya.
Allah Anak harus ke bumi menjadi manusia yang dalam segala hal disamakan dengan manusia π₯
Ketika Allah Anak harus meninggalkan takhta-Nya, sangat besar kemungkinan malaikat-malaikat kudus di surga terdiam, hening dalam perasaan yang sulit dilukiskan.
Bapa pun tentu sedih melepaskan kepergian Raja mereka.
Kalau bisa mengatakan, Allah Anak bangga terhadap Bapa yang sangat luar biasa.
Bapa π mengasihi manusia dengan memberikan Putra Tunggal-Nya, milik yang paling berharga dan yang paling dicintai Bapa.
Allah Anak pasti mengikuti teladan-Nya.
Melalui hal ini Bapa π mengajar Allah Anak untuk memiliki kasih seperti yang ada pada-Nya.
Seberat apa pun tugas yang dipercayakan kepada Allah Anak, menjadi ringan, karena Dia mengerti dan mengakui bahwa kemuliaan yang dimiliki sesungguhnya dari Bapa.
Melihat keadaan manusia yang menuju kebinasaan, Allah Anak rela memberikan Diri-Nya untuk menyelamatkan manusia. Bapa π mengajari Allah Anak mengenai kasih yang luar biasa, yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, tetapi dapat diterjemahkan dengan tindakan.
Dan Allah Anak yang harus menerjemahkannya bagi umat pilihan.
Pada hari Bapa πmengutus Allah Anak, tidak ada lagi yang diingat-Nya. Semua lenyap, Allah Anak seperti tidak pernah ada. Bapa mengosongkan Diri-Nya, seperti membunuh-Nya.
Bapa menaruh Roh Allah Anak di dalam rahim ibunda Maria.
Itu pun baru disadari Yesus setelah Diri-Nya bertumbuh dewasa.
Orang-orang pertama yang memberi tahu bahwa Yesus datang dari Bapa π, bahwa Diri-Nya bukan anak ibunda Maria dan bapak Yusuf adalah bunda Maria dan bapak Yusuf sendiri.
Hari demi hari Yesus semakin sadar bahwa Diri-Nya bukan berasal dari bumi ini.
Yesus memikul tugas yang sangat besar dari Bapa.
Pada bulan Desember, ketika orang-orang Kristen sibuk merayakan hari kelahiran-Nya, nampak seakan-akan hari Natal menjadi hukum yang mutlak harus dijalani. Padahal Yesus tidak pernah memerintahkan orang-orang Kristen π₯ merayakan kelahiran-Nya seperti cara sebagian besar orang percaya merayakan hari kelahiran mereka.
Tentu hal ini menyedihkan hati Tuhan, yaitu jika dalam perayaan Natal itu mereka menghamburkan waktu, tenaga, uang dan banyak hal lain untuk sebuah kegiatan yang tidak membuat orang percaya π₯ bertumbuh dewasa.
Pada bulan Desember, ketika orang-orang Kristen merayakan Natal, menjadi bulan mereka menghamburkan potensi dengan sia-sia yang membuat pertumbuhan kedewasaan rohani malah melambat.
Sebenarnya, sangat kecil kemungkinan Tuhan Yesus lahir pada bulan Desember. Tuhan π sengaja tidak memberi tahu tepat waktu, tanggal, bulan bahkan tahunnya, sebab Tuhan tidak ingin orang Kristen mendewakan hari itu. Tuhan tidak ingin orang Kristen seperti orang yang tidak mengenal kebenaran, seperti agama-agama kafir yang menjadikan satu hari lebih dari hari yang lain.
Sesungguhnya tidak ada satu hari yang lebih dari hari yang lain.
Tuhan menghendaki agar orang percaya π₯menjadikan semua hari kudus dan berharga, yaitu dengan melakukan kehendak Bapa, seperti yang Yesus telah lakukan.
Semua hari adalah hari Tuhan, sebab orang percaya sudah ditebus menjadi milik Tuhan Yesus.
Semua yang ada pada orang percaya adalah milik Tuhan Yesus π
Sebenarnya Tuhan tidak mempermasalahkan orang percaya merayakan Natal atau tidak, tetapi yang penting orang percaya mengingat bahwa Bapa mengasihi manusia sehingga memberikan Putra Tunggal-Nya untuk keselamatannya; Allah Anak sendiri memberi Diri dengan rela untuk itu.
Kalau Natal dirayakan bukan berarti salah, tetapi harus dengan sikap hati yang benar.
Sikap hati yang benar akan melahirkan tindakan-tindakan yang benar pula, tindakan-tindakan yang memuliakan Bapa π di surga. Seharusnya Natal dirayakan hanya untuk menegaskan bahwa Allah mengasihi manusia, agar manusia yang dikasihi menyambut anugerah-Nya dengan respon memberi diri untuk diselamatkan.
Memberi diri diselamatkan artinya orang percaya harus belajar untuk hidup seperti Yesus, hidup tidak bercela, tidak terikat keindahan dunia. Yesus menjalani hidup di bumi hanya untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
JBU
https://overcast.fm/+IqOBE6iuQ
Kumpulan dari Khotbah, Seminar dan hal lain yang berhubungan dengan Gereja Rehobot Ministry
Selasa, 31 Juli 2018
Senin, 30 Juli 2018
WBI Gabungan Rabu, 25 Juli 2018 "Menjadi Kekasih Tuhan" Pdt. DR. Erastus Sabdono
Kita harus menghayati Kenyataan hidup ketika seseorang di ujung akhir hidupnya.
Mereka biasanya berada di pasrahan, tetapi ada yang dalam kepasrahan dengan ketidak pastian, kepasrahan dalam ketakutan, kepasrahan dalam ketidak berdayaan.
Pada saat seperti itu baru orang π€ menyadari betapa dibutuhkan kekasih abadi.
Pada waktu mana
tidak ada seorangpun yang mendampingi atau menemani kita.
Kita harus membayang hal itu terjadi dalam hidup kita.
Dan benar - benar pasti terjadi.
Betapa berbahagianya orang memiliki, menemukan kekasih abadi.
Sebelum keadaan itu terjadi atau berlangsung.
Betapa pentingnya kita mempersiapkan diri.
Satu - satunya kekasih abadi kita yaitu : Tuhan kita Yesus Kristus π
Tahu dan percaya di pikiran nalar sebenarnya
belum menjamin Dia sebagai kekasih abadi.
Belum berarti sudah menjadikan Dia sebagai kekasih abadi.
Membangun hubungan dengan Tuhan Yesus π sebagai kekasih abadi
Itu membutuhkan proses waktu, tidak bisa dalam sekejap, tidak bisa dalam waktu singkat.
Ini membutuhkan perjalanan waktu tahapan - tahapan.
Jadi Kalau tidak dimulai sedini mungkin, maka kita akan gagal menemukan Dia.
Jadi ada orang Kristen yang yakin dia akan masuk surga, nanti kalau mati dijemput Tuhan π
Tetapi ketika di ujung maut, hati kecilnya bisa berbicara sebenarnya dia belum mengenal Tuhan.
Rasa - rasanya tidak ada penjemputan baginya.
Keadaan yang begitu dasyat di ujung akhir hidup seseorang itu tidak bisa dijawab, tidak bisa di atasi dengan sekedar keyakinan.
Ibm
Keadaan yang begitu dasyat ketika di akhir hidup seseorang, ketika meregang nyawa, meninggalkan kefanaan masuk ke kekekalan, itu dasyat.
Tidak bisa dijawab dihadapi sekedar keyakinan, tetapi pengalaman yang riil berjalan dengan Tuhan, sehingga seseorang berada di ujung maut itu tidak membutuhkan lagi keyakinan.
Tidak perlu memaksakan diri menyakini akan selamat dan dijemput Tuhan, diterima di rumah abadiNya, tidak dibutuhkan.
Karena sudah berjalan dengan Tuhan π dari hari ke hari.
Secara otomatis dia menghayati kebersamaan Tuhan.
Dan Tuhan pasti akan menunjukkan kehadiranNya ketika seseorang ada di ujung maut tersebut.
Hari ini kita bergumul merasakan kehadiranNya begitu sulit.
Tetapi Kita π₯ harus berjuang, sehingga kita bisa menemukan kehadiranNya.
Kehadiran Tuhan yang kita hayati dan benar - benar kita rasakan itu sebuah fenomena riil yang kita alami.
Dan makin hari itu makin kokoh.
Kalau kita meyakini Tuhan itu, Allah π itu hidup, kita harus mengalami dan harus menemukan Dia
Apapun dan bagaimana caranya.
Apapun dan berapapun yang harus kita pertaruhkan untuk Dia.
Untuk itu tidak bisa tidak
ada harga yang harus kita bayar.
Harganya ini tidak murah.
Harganya itu segenap hidup kita yang harus dipertaruhkan untuk menemukan Tuhan π
Di maha murah tetapi Dia tidak murahan.
Di dalam hidup ini kita harus menyatakan, tidak ada yang penting selain Tuhan.
Dia ini tentu kita tahu Tuhan Yesus.
Dan bagaimana kita memahami kata "Penting" tersebut ?
Ini juga tidak mudah
Firman Tuhan mengatakan laki - laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya.
Tuhan Yesus π
meninggalkan Bapa di surga.
Betapa dramatisnya ketika Bapa harus membunuh Putra tunggalNya.
Mengosongkan dirinya, semua ingatannya dihilangkan sama sekali,
dibunuh.
Rohnya ditranplantasikan ditaruh dalam rahim Maria.
Jadi Allah Anak dimulai dari nol.
Dia bisa mengenal diriNya Anak Allah juga lewat proses.
Ibu Maria memberitahu bahwa dikandung Roh Kudus dan seterusnya, juga lewat proses.
Ia meninggalkan BapaNya, kekasihnya untuk menemukan kita π₯
Firman Tuhan mengatakan bahwa Kita juga meninggalkan ayah dan ibu untuk bersatu dengan pasangan hidup kita.
Kalau kita mau bersatu dengan kekasih hidup kita Tuhan Yesus π harus meninggalkan dunia ini.
Ini yang sulit.
Tetapi tidak ada perjuangan yang tidak menghasilkan sesuatu kalau kita sungguh - sungguh.
Kita harus sungguh - sungguh memperjuangkan ini.
Jangan sampai titik tertentu kita π₯ sudah tidak bisa lagi meninggalkan dunia dan segala kesenangannya.
Bayangkan kita akan meninggal dunia.
Bayangkan,
Tidak ada satupun yang bisa kita bawa.
Tidak ada satupun yang bisa menyertai kita.
Jadi jauh - jauh hari sebelum kita meninggal, tidak ada yang kita anggap penting selain Tuhan.
Jadi tidak ada kesukaan terhadap sesuatu.
Kalau kita memakai barang untuk kebutuhan bukan keinginan dan kesenangan.
Coba dimulai dari hal itu,
sebab yang penting adalah Tuhan π
Jika sudah demikian maka kita harus mulai menjumpai Tuhan.
Tuhan itu luar biasa sabarnya.
Banyak orang merasa ke gereja π sudah dituai Tuhan.
Tubuhnya dituai oleh gereja sebagai anggota gereja sebagai membership keanggotaan.
Tapi jiwanya dituai oleh di dunia.
Dan gereja seringkali bungkam, tidak terus terang.
Sebenarnya di sini banyak orang hatinya dituai oleh dunia π
Kalau hati kita dituai oleh dunia, maka hati kita tercuri oleh dunia.
Seperti orang yang jatuh cinta, ia memberi dirinya dicuri, karena dia memberi respon.
Dunia ini mencuri hati kita.
Kita yang harus sengaja melabuhkan hati kita dipeluk hati Tuhan π
Ini tidak mudah, karena
sudah terlanjur hati banyak orang manusia dicuri oleh dunia.
Tanpa sadar dilabuhkan di dunia ini.
Rata - rata manusia begitu,
Bisa hampir semua manusia artinya masih disisakan sedikit.
Sebagian besar hati kita sudah tercuri dunia π
Merasa kurang lengkap, kurang bahagia, kalau tidak memiliki fasilitas, mengingini barang ini dan itu, belum mengakhiri hidup.
Orang yang mengakhiri hidup itu adalah orang yang tidak lagi terikat dengan satu keinginan.
Dan kita harus menyakhiri hidup ini di dalam Tuhan.
Kalau kita mencintai seseorang atau bermaksud membina hubungan itu menjadi sebuah perkawinan, maka Kita mengakhiri hubungan kita dengan siapapun.
Demikian pula kita dengan Tuhan π, kita mengakhiri hubungan kita dengan apapun.
Menghadapi kedasyatan ketika kita di ujung akhir hidup kita tidak cukup keyakinan.
Harus memiliki pengalaman pribadi dengan Tuhan sebagai kekasih jiwa kita yang riil yang kita alami dari hari ke hari, sehingga ketika kita ada di ujung akhir hidup kita tidak perlu memaksa diri untuk yakin karena kita sudah benar - benar mengalami kehadiranNya, pendampinganNya setiap hari.
Itu bisa terjadi kalau kita
memberi diri kita, hati kita
berlabuh kepada Tuhan.
Kita harus minta pimpinan Tuhan π untuk mengenal diri kita dengan baik.
Sebab ada orang - orang yang gagal dalam ekonomi mau tidak mau, sudah tidak ada harapan untuk meraih dunia.
Tapi kalau kita memiliki kesempatan belum tentu.
Lalu bagaimana kita bisa mengukur kalau belum tentu ?
Ukurannya ini, ketika jiwa kita mudah dipermainkan oleh keadaan.
Kalau orang kaya tidak punya persoalan - persoalan besar.
Dia mencari persoalan, bagaimana mengingini berbagai barang - barang.
Tapi orang yang tidak memiliki potensi membeli memiliki barang karena miskin, ekonominya lemah.
Belum tentu meninggalkan dunia, kalau punya kesempatan masih terikat lalu bagaimana kita bisa mengerti itu ?
Jika perasaan kita bisa dipermainkan oleh keadaan, atau mudah dipengaruh oleh keadaan atau sensitif terhadap keadaan.
Kalau kita gampang tersinggung, gampang kecewa, gampang luka hati
Sebenarnya cinta kita kepada Tuhan π itu diragukan.
Sebab kalau seseorang melabuhkan hatinya kepada Tuhan, benar - benar dia tidak akan perduli.
1. Harta dunia, barang - barang dunia bukan keinginan tapi kebutuhan.
Bukan karena keinginan
Apalagi karena prestige,
itu jelas anak setan.
Bisa membedakan keinginan atau kebutuhan dulu.
Kalau kebutuhan ya, dan Roh Kudus akan pimpin.
Kalau keinginan kita menjadikan diri kita majikan atau tuan,
apalagi berkembang lagi sebab berpotensi nilai diri, rusak itu.
Tidak mungkin dia menjadikan Tuhan πsebagai kekasih.
Betapa luar biasanya hidup ini jika kita mengenal Allah yang benar Bapa di surga
yang memiliki putra yang diperkenan menjadi sulung di antara banyak saudara yang bisa menjadi mempelai pria kita, dan kita mempelai wanita.
Jadi jangan perasaan kita mudah dipermainkan.
Ini bagi wanita bukan hal. yang mudah, karena biasa
memanjakan perasaan.
Sebab seseorang menjadikan Tuhan πkekasih abadinya, jelas dia harus meninggalkan kesenangan - kesenangan dunia.
Ini tidak mudah.
Tapi kalau bisa kita bisa mengerti perasaan itu.
Lalu hati perasaan itu jangan dipengaruhi oleh situasi dunia, tersinggung, marah, kecewa.
Dengan sikap - sikap seperti itu kita tidak menghormati Tuhan secara patut.
Kita tidak menghargai T
uhan secara pantas.
Kalau kita berjalan dengan seorang pejabat tinggi katakanlah gubernur, itu belum lagi berjalan dengan Bapa presiden.
Kita digoda apapun kita tidak perduli, karena orang kebesaran di samping kita.
Kalau hati terikat
oleh Tuhan π begitu rupa, hati kita tidak mudah dipengaruhi oleh keadaan.
Ini juga perlu pengalaman,
tidak culkup satu dua hari, satu dua bulan.
Tapi ikuti terus nasehat Gembala, dan alami, nanti
Roh Kudus akan tuntun kita.
Jadi harus berani meninggalkan kesenangan dunia.
Jangan mudah terpengaruhi keadaan sekitar kita, itu tidak gampang.
Ketika kita menjaga hubungan Tuhan π dan berusaha meneduhkan jiwa kita melabuhkannya di hadapan Tuhan, kita menghormati dan menghargai Dia secara patut.
Dan di situlah Kita membuktikan kita menjadi Dia kekasih jiwa.
Kita harus belajar mengenal siapa Dia ?
1. Pengetahuan tentang Anak Allah ini melalui Alkitab, khotbah - khotbah, ikut PA, SBT.
2. Perjumpaan melalui doa
Kita bisa menikmati Tuhan secara riil
Kalau Tuhan hidup kita harus alami Dia.
Jadi mutlak menjadikan waktu 30 menit, 1 jam atau lebih tapi disertai pengetahuan Alkitab.
Tapi jangan mistik, nge - roh, jadi sesat.
Pengetahuan harus ada logika harus diasah.
3. Penghayatan melalui pengalaman, kejadian - kejadian hidup.
Tuhan Yesus π itu guru kita.
Dalam segala hal Allah turut bekerja.
Kita harus menghayati kehadirannya melalui kejadian - kejadian.
Itulah sebabnya kalau kita masih
1. Tertarik dunia
2. Dipengaruhi situasi
Kita gagal menghayati ini.
Hayati sampai kita bisa
membaui, mengendus, dan mencium kehadiranNya.
Jadi ada semacam frekwensi di dalam jiwa kita menghayati kehadiran Tuhan.
Kadang - kadang kita masih on - off, on - off.
Kalau mau tertarik kesenangan dunia sudah pasti off.
Kalau kita memberhalakan
rasa dendam, kebencian kemarahan, kesombongan.
Kesombongan itu juga bisa karena kita mau bernilai, itu merusak penciuman kita terhadap kehadiran Tuhan π
Dalam kehidupan sehari - hari kalau kita ceroboh dengan apa yang kita pikirkan, perkataan - perkataan waktu kita ngobrol, kita sering menikmati itu, belum kata - kata kesombongan.
Kita tidak perduli apakah Tuhan nyaman dengan perkataan kita dan kita tidak menjaga perasaan Tuhan.
Itu bisa merusak kehadiran Tuhan π
Kalau kita makin hari mencium kehadiran Tuhan mencium keharuman Tuhan.
Kita bukan tidak mau takut, tapi tidak bisa takut.
- Tidak takut menghadapi kematian.
- Tidak bisa takut menghadapi aniaya.
- Tidak bisa takut karena
Keharuman Tuhan makin hari makin kuat.
Keharuman itu luar biasa, harus permanen.
Dia harus nyata dalam hidup kita.
Kita harus mencari Tuhan dalam doa, itu perlu ketekunan.
Tuhan menguji seberapa kita tekun menantikan Tuhan.
Kita belajar menghayati kehadirat Tuhan lewat peristiwa hidup.
Peristiwa - peristiwa yang hidup terjadi seringkali tidak ditangkap oleh kita.
Alkitab π berkata di dalam segala hal Allah turut bekerja, tapi kita
tidak menangkap kehadiranNya.
Mestinya kita serius.
Makin belajar kita dapat mencium kehadiran Tuhan dalam hidup kita.
Dia riil Dia nyata.
Maka seorang pembicara, pendeta, WL, singer itu mestinya Kapasitas bersentuhan dengan Tuhan π itu harus benar - benar nyata.
Ketika dia menyanyi itu jas alamatnya menyentuh.
Dia menemukan hubungan itu.
Nanti Kita akan terjadi percakapan yang tiada henti dengan.
Sampai kita ada Keterikatan dengan Tuhan,
Kita tidak bisa lagi hidup tanpa Dia.
Lewat proses yang bertahap.
Itu harus menyita seluruh hidup kita.
Menemukan kekasih abadi, menjadi kekasih abadi.
Kita masih punya kesempatan.
Tuhan itu hidup bagi orang yang memperlakukan Dia hidup dan berjuang dengan segenap hati tanpa batas.
Tapi Tuhan itu mati bagi orang yang tidak memperlakukan Dia secara tidak patut.
Jadi ada orang - orang mπ₯ yang sampai tidak bisa percaya lagi Tuhan itu ada.
Kalaupun mulutnya percaya, hatinya tidak.
Buktinya coba waktu ada, dalam bahaya, takut dia.
Tapi Kalau merasakan kehadiran Tuhan mencium kehadiranNya bukan tidak ingin takut, tetapi tidak bisa takut.
Ini hebat sekali.
Cuma kita sering tidak stabil.
Betapa indahnya merasakan kehadiran Tuhan.
Otomatis dunia π menjadi tidak berarti lagi.
Menjadi kekasih Tuhan kita menjadi satu harus memiliki visi yang sama
Tuhan Yesus berkata seperti Bapa π mengutus Aku, Aku mengutus kamu.
Tidak mungkin kita bisa berjalan dengan Tuhan tanpa visi yang sama.
Inilah yang dikatakan hidup kita disita.
Visi yang sama, Kita tidak memiliki kepentingan apapun.
Hanya satu kepentingan yaitu meneruskan apa yang yang dikerjakan
Tuhan Yesus π 2000 th yang lalu yang dikerjakan bagi kita.
Semua kita memiliki hak dan kesempatan yang sama.
Jangan berpikir ini untuk orang tertentu apalagi untuk pendeta, tidak bisa.
Tuhan tidak mungkin berjalan seiring dengan orang yang tidak mengerti visiNya.
Tuhan Yesus tidak bisa menjadi kekasih jiwa kita kalau kita tidak berjalan dengan Dia dalam satu visi.
Seringkali kita mendengar orang berkata, Tuhan beserta kita, apa betul ?
Pada waktu orang Kristen baru tidak mengerti visi Tuhan.
Jadi urusan dengan Tuhan hanya :
- Minta berkat
- Minta kesembuhan
- Minta rejeki banyak.
Tuhan bisa kasih, dianggap kanak - kanak.
Seperti anak kita umur 2 th, 3th, 4 th, 7 th 8 th...masih ok.
Tetapi tidak bisa anak kita 40 th seperti 7 th.
Dia harus mengerti keinginan orang tua, bagaimana bisa berjalan seiring orang tua.
Demikian pula kita, tidak bisa memperlakukan Tuhan π seperti anak kecil memperlakukan orang tuanya.
Sudah saatnya kita mengerti kehendak Tuhan apa yang Dia maui.
Dan kita hidup dalam kehendak Tuhan dalam visi Tuhan ini.
Jadi tidak mudah seseorang menjadikan Tuhan sebagai kekasih.
Dia harus sungguh - sungguh satu visi dengan Dia.
Untuk visi ini
Seseorang harus memiliki kedewasaan rohani.
Sebab dalam memenuhi visi tersebut Tuhan π akan mengajarkan kita penderitaan atau salib.
Jadi kalau hari ini kita tidak merasa ada sesuatu yang menyakitkan bagi kepentingan pekerjaan Tuhan, kita belum pikul salib.
Kalau kita berjalan dengan Tuhan π, lalu kita dipandang dewasa, lalu kita diberi kepercayaan Tuhan satu pekerjaan itu betul - betul membawa kita pada salib.
Salib itu penderitaan yang dipikul demi kepentingan orang lain.
Nah ini baru menjadi kekasih Tuhan π
Ketika kita di ujung mau, kita sudah menunaikan tugas itu, baru kita berani ketemu Tuhan dan berkata Tuhan... aku telah menyelesaikan tugas yang Kau berikan padaku.
Kita ini bukan makhluk gratis.
Tuhan π menciptakan kita untuk melakukan kehendaknya.
Tuhan menebus kita membeli kita dengan harga yang lunas dibayar.
Kita bukan milik Kita sendiri, supaya kita bisa melakukan kehendak Allah.
Bayangkan ketika kita menutup mata kita tidak tahu lalu kita menghadap Tuhan π
Kita tidak tahu apa bagian yang harus kita penuhi di dunia ? Bagaimana kita tidak gentar ?
Banyak gereja π tidak mengajarkan itu.
Yang penting perpuluhan diberikan, kasih persembahan.
Itu tidak ada artinya sama sekali.
Yang berarti ketika kita menemukan Tuhan, bagian mana dalam hidup kita yang harus kita penuhi ?
Tapi itu bukan untuk kesenangan.
Bagaimana kualitas sepadang suami istri atau sepasang kekasih, itu tergantung isi percakapannya.
Kalau percakapan kita dengan Tuhan π hanya masalah - masalah pribadi, itu miskin...
Kalau mempercakapan pekerjaan Bapa, itu baru berkualitas.
Banyak gereja tidak dimiliki Tuhan, tetapi dimiliki organisasi.
Gereja π harus Theokrasi, bukan demokrasi.
Pemimpin gereja harus dipilih Tuhan, bukan pendeta.
Dia harus menemukan apa yang dikehendaki Tuhan untuk dilakukan.
Maka seluruh jajaran stafnya, seluruh orang di sekitarnya semua mengarah ke maksud Tuhan π yang diterima oleh pendeta itu.
Kalau organisas, nanti mencari kedudukan, kehormatan, duit.
Tidak mungkin menjadi kekasih Tuhan tanpa memiliki beban yang ada di hati Tuhan tidak mengambil bagian dalam penderitaanNya.
Roma 8 : 17
Hanya orang yang menderita bersama Dia dimuliakan.
Kita sudah terlalu wajar hidup sebagai manusia.
Kita tidak mengerti yang Tuhan lakukan .
Maka Kita tidak boleh ceroboh.
Kalau kita hidup ceroboh
Kita menyusahkan diri sendiri, orang lain, dan tidak berguna bagi pekerjaan Tuhan.
- Ceroboh makan
- Ceroboh mengambil keputusan.
Itu merusak diri kita, merusak teman.
Mengerikan kalau sampai kita menutup mata, dan kita tidak tahu apa yang Tuhan π kehendaki untuk kita lakukan.
Kita ditebus dengan harga yang lunas dibayar.
Dan hal ini disampaikan tidak menjadi beban.
Ikut memikul tanggung jawab pekerjaan Bapa di surga, itu kehormatan.
Tidak mungkin kita menjadi kekasih tidak memikul beban yang Dia pukul.
Kalau kita terikat dengan kesenangan dunia π dengan daging dan ketidak dewasaan, kita tidak bisa berjalan dengan Tuhan.
Tuhan tidak mau berjalan dengan orang - orang yang cara berpikirnya.
Kita bersyukur bisa mendengar ini.
Banyak orang Kristen π₯ yang terhilang.
Bukan orang non kristen.
- Pendeta - pendeta dan istri pendeta yang terhilang
- Majelis - majelis dan istri majelis yang terhilang.
- Jemaat - jemaat yang terhilang.
Tidak menemukan Tuhan.
Jauh dari menghayati Tuhan dalam hidupnya.
Hanya mendengar firman itu tidak menyelamatkan, tetapi harus ambil keputusan.
Harus bertindak dan melangkah.
" Tuhan aku mau menemukan Engkau "
Caranya :
- Melalui firman yang kita pelajari, lewat jam doa tiap hari 30 menit sampai 1 jam
Itu pengalaman yang tidak bisa kita ceritakan kepada orang lain.
- Dikembangkan lagi lewat pengalaman hidup.
Kita bisa mencium keharuman Tuhan.
- Harus satu visi dengan Dia.
- Makin dewasa rohani.
- Meninggalkan segala kesenangan dunia.
- Perasaan yang tidak diatur orang - orang.
Tidak gampang diatur oleh kejadian - kejadian di sekitar kita.
- Tidak memberhalakan masalah.
Berhala itu bukan dewa - dewa, masalah juga jadi berhala.
Dan proses ini akan berlangsung sehingga kita menjadi kekasih - kekasih Tuhan.
Ketika kita di ujung maut tidak perlu memaksa diri lagi, karena kita sudah memiliki keyakinan dengan sendiri untuk bisa merasakan keharuman kehadiranNya di samping kita.
Jadi langkah yang harus kita ambil hari ini adalah komitmen dan tekad,
"Aku mau."
Kalau kita menunda sampai mati kita tidak akan menemukan.
Siapapun kita, jangan sampai kita jadi jemaat π₯ yang terhilang.
Jangan sombong.
Bawa hidup kita seakan. -akan ada di ujung hidup kita.
Mau sombong apa ?
Dalam kepasrahan dalam ketidakpastian, memberikan sekali.
Tapi kalau dalam kepasrahan dengan keyakinan Tuhan πbersama kita, itu indah sekali.
Kita pasti ada di ujung maut tersebut, tidak bisa tidak.
Tidak ada Allah yang benar selain Allah Bapa di surga yang mempunyai langit dan bumi π
Yang memiliki segala kuasa kemuliaan kerajaan.
Tidak ada Tuhan yang benar selain Yesus yang menjadi kekasih jiwa kita.
Betapa miskinnya kita.
Bukan miskin harta.
Miskin pengenalan akan dan miskin pengalaman dengan Tuhan.
Karena waktu ⌚ kita telah kita habiskan untuk perkara yang sia - sia.
Untuk jalan - jalan, untuk macam - macam.
Begitu banyak waktu yang kita sia - siakan.
Tetapi untuk Tuhan begitu sedikit.
Kita harus punya satu komitmen dan tekad,
komitmen yang setiap hari diupdate.
Kalau komitmen tidak dimulai kita tidak mengerti mengupdate.
"Aku memilih Engkau Tuhan.
Aku mau hidup tidak bercacat tidak bercela.
Aku mau menjadi kekasihMu."
Setiap hari diupdate dan di perbaharui.
Kalau tidak diupdate bisa habis.
Sampai suatu hari kita tidak bisa komitmen karena percintaan dunia π telah mengikat kita.
Tiap hari diupdate diperbaharui setiap hari.
Diupdate terus sampai menyatu dengan hidup kita.
Nanti akibat terakhir yang hebat banget baru kita mengerti menyenangkan hati Bapa.
Jadi bangun pagi, menit pertama, kedua jangan ada sesuatu yang melukai Bapa π
Kita hidup hanya menyenangkan hati Bapa itu spiritnya Tuhan Yesus baru kita bisa merasakan spiritnya.
Dan Bapa itu nyata dalam hidup kita.
Aku mau menyenangkan hati Bapa di surga.
Dari menit ke menit, dari jam ke jam.
Spiritnya Tuhan Yesus πjuga, bagaimana orang ini diselamatkan.
Spiritnya mengalir.
Kita tidak usah diajak oleh orang.
Kita akan sendirinya.
Kalau sudah demikiann
Baru kita mengerti ucapan Tuhan, seperti Aku menyerahkan nyawa untuk kamu, kamu menyerahkan nyawa untuk saudaramu.
Tuhan π mengajarkan nyawa
Tapi spirit itu akan kita miliki.
Menyenangkan hati Bapa.
lalu kita ingin orang - orang diselamatkan.
Baru kita bersama menjadi kekasih Tuhan.
JBU π·
Mereka biasanya berada di pasrahan, tetapi ada yang dalam kepasrahan dengan ketidak pastian, kepasrahan dalam ketakutan, kepasrahan dalam ketidak berdayaan.
Pada saat seperti itu baru orang π€ menyadari betapa dibutuhkan kekasih abadi.
Pada waktu mana
tidak ada seorangpun yang mendampingi atau menemani kita.
Kita harus membayang hal itu terjadi dalam hidup kita.
Dan benar - benar pasti terjadi.
Betapa berbahagianya orang memiliki, menemukan kekasih abadi.
Sebelum keadaan itu terjadi atau berlangsung.
Betapa pentingnya kita mempersiapkan diri.
Satu - satunya kekasih abadi kita yaitu : Tuhan kita Yesus Kristus π
Tahu dan percaya di pikiran nalar sebenarnya
belum menjamin Dia sebagai kekasih abadi.
Belum berarti sudah menjadikan Dia sebagai kekasih abadi.
Membangun hubungan dengan Tuhan Yesus π sebagai kekasih abadi
Itu membutuhkan proses waktu, tidak bisa dalam sekejap, tidak bisa dalam waktu singkat.
Ini membutuhkan perjalanan waktu tahapan - tahapan.
Jadi Kalau tidak dimulai sedini mungkin, maka kita akan gagal menemukan Dia.
Jadi ada orang Kristen yang yakin dia akan masuk surga, nanti kalau mati dijemput Tuhan π
Tetapi ketika di ujung maut, hati kecilnya bisa berbicara sebenarnya dia belum mengenal Tuhan.
Rasa - rasanya tidak ada penjemputan baginya.
Keadaan yang begitu dasyat di ujung akhir hidup seseorang itu tidak bisa dijawab, tidak bisa di atasi dengan sekedar keyakinan.
Ibm
Keadaan yang begitu dasyat ketika di akhir hidup seseorang, ketika meregang nyawa, meninggalkan kefanaan masuk ke kekekalan, itu dasyat.
Tidak bisa dijawab dihadapi sekedar keyakinan, tetapi pengalaman yang riil berjalan dengan Tuhan, sehingga seseorang berada di ujung maut itu tidak membutuhkan lagi keyakinan.
Tidak perlu memaksakan diri menyakini akan selamat dan dijemput Tuhan, diterima di rumah abadiNya, tidak dibutuhkan.
Karena sudah berjalan dengan Tuhan π dari hari ke hari.
Secara otomatis dia menghayati kebersamaan Tuhan.
Dan Tuhan pasti akan menunjukkan kehadiranNya ketika seseorang ada di ujung maut tersebut.
Hari ini kita bergumul merasakan kehadiranNya begitu sulit.
Tetapi Kita π₯ harus berjuang, sehingga kita bisa menemukan kehadiranNya.
Kehadiran Tuhan yang kita hayati dan benar - benar kita rasakan itu sebuah fenomena riil yang kita alami.
Dan makin hari itu makin kokoh.
Kalau kita meyakini Tuhan itu, Allah π itu hidup, kita harus mengalami dan harus menemukan Dia
Apapun dan bagaimana caranya.
Apapun dan berapapun yang harus kita pertaruhkan untuk Dia.
Untuk itu tidak bisa tidak
ada harga yang harus kita bayar.
Harganya ini tidak murah.
Harganya itu segenap hidup kita yang harus dipertaruhkan untuk menemukan Tuhan π
Di maha murah tetapi Dia tidak murahan.
Di dalam hidup ini kita harus menyatakan, tidak ada yang penting selain Tuhan.
Dia ini tentu kita tahu Tuhan Yesus.
Dan bagaimana kita memahami kata "Penting" tersebut ?
Ini juga tidak mudah
Firman Tuhan mengatakan laki - laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya.
Tuhan Yesus π
meninggalkan Bapa di surga.
Betapa dramatisnya ketika Bapa harus membunuh Putra tunggalNya.
Mengosongkan dirinya, semua ingatannya dihilangkan sama sekali,
dibunuh.
Rohnya ditranplantasikan ditaruh dalam rahim Maria.
Jadi Allah Anak dimulai dari nol.
Dia bisa mengenal diriNya Anak Allah juga lewat proses.
Ibu Maria memberitahu bahwa dikandung Roh Kudus dan seterusnya, juga lewat proses.
Ia meninggalkan BapaNya, kekasihnya untuk menemukan kita π₯
Firman Tuhan mengatakan bahwa Kita juga meninggalkan ayah dan ibu untuk bersatu dengan pasangan hidup kita.
Kalau kita mau bersatu dengan kekasih hidup kita Tuhan Yesus π harus meninggalkan dunia ini.
Ini yang sulit.
Tetapi tidak ada perjuangan yang tidak menghasilkan sesuatu kalau kita sungguh - sungguh.
Kita harus sungguh - sungguh memperjuangkan ini.
Jangan sampai titik tertentu kita π₯ sudah tidak bisa lagi meninggalkan dunia dan segala kesenangannya.
Bayangkan kita akan meninggal dunia.
Bayangkan,
Tidak ada satupun yang bisa kita bawa.
Tidak ada satupun yang bisa menyertai kita.
Jadi jauh - jauh hari sebelum kita meninggal, tidak ada yang kita anggap penting selain Tuhan.
Jadi tidak ada kesukaan terhadap sesuatu.
Kalau kita memakai barang untuk kebutuhan bukan keinginan dan kesenangan.
Coba dimulai dari hal itu,
sebab yang penting adalah Tuhan π
Jika sudah demikian maka kita harus mulai menjumpai Tuhan.
Tuhan itu luar biasa sabarnya.
Banyak orang merasa ke gereja π sudah dituai Tuhan.
Tubuhnya dituai oleh gereja sebagai anggota gereja sebagai membership keanggotaan.
Tapi jiwanya dituai oleh di dunia.
Dan gereja seringkali bungkam, tidak terus terang.
Sebenarnya di sini banyak orang hatinya dituai oleh dunia π
Kalau hati kita dituai oleh dunia, maka hati kita tercuri oleh dunia.
Seperti orang yang jatuh cinta, ia memberi dirinya dicuri, karena dia memberi respon.
Dunia ini mencuri hati kita.
Kita yang harus sengaja melabuhkan hati kita dipeluk hati Tuhan π
Ini tidak mudah, karena
sudah terlanjur hati banyak orang manusia dicuri oleh dunia.
Tanpa sadar dilabuhkan di dunia ini.
Rata - rata manusia begitu,
Bisa hampir semua manusia artinya masih disisakan sedikit.
Sebagian besar hati kita sudah tercuri dunia π
Merasa kurang lengkap, kurang bahagia, kalau tidak memiliki fasilitas, mengingini barang ini dan itu, belum mengakhiri hidup.
Orang yang mengakhiri hidup itu adalah orang yang tidak lagi terikat dengan satu keinginan.
Dan kita harus menyakhiri hidup ini di dalam Tuhan.
Kalau kita mencintai seseorang atau bermaksud membina hubungan itu menjadi sebuah perkawinan, maka Kita mengakhiri hubungan kita dengan siapapun.
Demikian pula kita dengan Tuhan π, kita mengakhiri hubungan kita dengan apapun.
Menghadapi kedasyatan ketika kita di ujung akhir hidup kita tidak cukup keyakinan.
Harus memiliki pengalaman pribadi dengan Tuhan sebagai kekasih jiwa kita yang riil yang kita alami dari hari ke hari, sehingga ketika kita ada di ujung akhir hidup kita tidak perlu memaksa diri untuk yakin karena kita sudah benar - benar mengalami kehadiranNya, pendampinganNya setiap hari.
Itu bisa terjadi kalau kita
memberi diri kita, hati kita
berlabuh kepada Tuhan.
Kita harus minta pimpinan Tuhan π untuk mengenal diri kita dengan baik.
Sebab ada orang - orang yang gagal dalam ekonomi mau tidak mau, sudah tidak ada harapan untuk meraih dunia.
Tapi kalau kita memiliki kesempatan belum tentu.
Lalu bagaimana kita bisa mengukur kalau belum tentu ?
Ukurannya ini, ketika jiwa kita mudah dipermainkan oleh keadaan.
Kalau orang kaya tidak punya persoalan - persoalan besar.
Dia mencari persoalan, bagaimana mengingini berbagai barang - barang.
Tapi orang yang tidak memiliki potensi membeli memiliki barang karena miskin, ekonominya lemah.
Belum tentu meninggalkan dunia, kalau punya kesempatan masih terikat lalu bagaimana kita bisa mengerti itu ?
Jika perasaan kita bisa dipermainkan oleh keadaan, atau mudah dipengaruh oleh keadaan atau sensitif terhadap keadaan.
Kalau kita gampang tersinggung, gampang kecewa, gampang luka hati
Sebenarnya cinta kita kepada Tuhan π itu diragukan.
Sebab kalau seseorang melabuhkan hatinya kepada Tuhan, benar - benar dia tidak akan perduli.
1. Harta dunia, barang - barang dunia bukan keinginan tapi kebutuhan.
Bukan karena keinginan
Apalagi karena prestige,
itu jelas anak setan.
Bisa membedakan keinginan atau kebutuhan dulu.
Kalau kebutuhan ya, dan Roh Kudus akan pimpin.
Kalau keinginan kita menjadikan diri kita majikan atau tuan,
apalagi berkembang lagi sebab berpotensi nilai diri, rusak itu.
Tidak mungkin dia menjadikan Tuhan πsebagai kekasih.
Betapa luar biasanya hidup ini jika kita mengenal Allah yang benar Bapa di surga
yang memiliki putra yang diperkenan menjadi sulung di antara banyak saudara yang bisa menjadi mempelai pria kita, dan kita mempelai wanita.
Jadi jangan perasaan kita mudah dipermainkan.
Ini bagi wanita bukan hal. yang mudah, karena biasa
memanjakan perasaan.
Sebab seseorang menjadikan Tuhan πkekasih abadinya, jelas dia harus meninggalkan kesenangan - kesenangan dunia.
Ini tidak mudah.
Tapi kalau bisa kita bisa mengerti perasaan itu.
Lalu hati perasaan itu jangan dipengaruhi oleh situasi dunia, tersinggung, marah, kecewa.
Dengan sikap - sikap seperti itu kita tidak menghormati Tuhan secara patut.
Kita tidak menghargai T
uhan secara pantas.
Kalau kita berjalan dengan seorang pejabat tinggi katakanlah gubernur, itu belum lagi berjalan dengan Bapa presiden.
Kita digoda apapun kita tidak perduli, karena orang kebesaran di samping kita.
Kalau hati terikat
oleh Tuhan π begitu rupa, hati kita tidak mudah dipengaruhi oleh keadaan.
Ini juga perlu pengalaman,
tidak culkup satu dua hari, satu dua bulan.
Tapi ikuti terus nasehat Gembala, dan alami, nanti
Roh Kudus akan tuntun kita.
Jadi harus berani meninggalkan kesenangan dunia.
Jangan mudah terpengaruhi keadaan sekitar kita, itu tidak gampang.
Ketika kita menjaga hubungan Tuhan π dan berusaha meneduhkan jiwa kita melabuhkannya di hadapan Tuhan, kita menghormati dan menghargai Dia secara patut.
Dan di situlah Kita membuktikan kita menjadi Dia kekasih jiwa.
Kita harus belajar mengenal siapa Dia ?
1. Pengetahuan tentang Anak Allah ini melalui Alkitab, khotbah - khotbah, ikut PA, SBT.
2. Perjumpaan melalui doa
Kita bisa menikmati Tuhan secara riil
Kalau Tuhan hidup kita harus alami Dia.
Jadi mutlak menjadikan waktu 30 menit, 1 jam atau lebih tapi disertai pengetahuan Alkitab.
Tapi jangan mistik, nge - roh, jadi sesat.
Pengetahuan harus ada logika harus diasah.
3. Penghayatan melalui pengalaman, kejadian - kejadian hidup.
Tuhan Yesus π itu guru kita.
Dalam segala hal Allah turut bekerja.
Kita harus menghayati kehadirannya melalui kejadian - kejadian.
Itulah sebabnya kalau kita masih
1. Tertarik dunia
2. Dipengaruhi situasi
Kita gagal menghayati ini.
Hayati sampai kita bisa
membaui, mengendus, dan mencium kehadiranNya.
Jadi ada semacam frekwensi di dalam jiwa kita menghayati kehadiran Tuhan.
Kadang - kadang kita masih on - off, on - off.
Kalau mau tertarik kesenangan dunia sudah pasti off.
Kalau kita memberhalakan
rasa dendam, kebencian kemarahan, kesombongan.
Kesombongan itu juga bisa karena kita mau bernilai, itu merusak penciuman kita terhadap kehadiran Tuhan π
Dalam kehidupan sehari - hari kalau kita ceroboh dengan apa yang kita pikirkan, perkataan - perkataan waktu kita ngobrol, kita sering menikmati itu, belum kata - kata kesombongan.
Kita tidak perduli apakah Tuhan nyaman dengan perkataan kita dan kita tidak menjaga perasaan Tuhan.
Itu bisa merusak kehadiran Tuhan π
Kalau kita makin hari mencium kehadiran Tuhan mencium keharuman Tuhan.
Kita bukan tidak mau takut, tapi tidak bisa takut.
- Tidak takut menghadapi kematian.
- Tidak bisa takut menghadapi aniaya.
- Tidak bisa takut karena
Keharuman Tuhan makin hari makin kuat.
Keharuman itu luar biasa, harus permanen.
Dia harus nyata dalam hidup kita.
Kita harus mencari Tuhan dalam doa, itu perlu ketekunan.
Tuhan menguji seberapa kita tekun menantikan Tuhan.
Kita belajar menghayati kehadirat Tuhan lewat peristiwa hidup.
Peristiwa - peristiwa yang hidup terjadi seringkali tidak ditangkap oleh kita.
Alkitab π berkata di dalam segala hal Allah turut bekerja, tapi kita
tidak menangkap kehadiranNya.
Mestinya kita serius.
Makin belajar kita dapat mencium kehadiran Tuhan dalam hidup kita.
Dia riil Dia nyata.
Maka seorang pembicara, pendeta, WL, singer itu mestinya Kapasitas bersentuhan dengan Tuhan π itu harus benar - benar nyata.
Ketika dia menyanyi itu jas alamatnya menyentuh.
Dia menemukan hubungan itu.
Nanti Kita akan terjadi percakapan yang tiada henti dengan.
Sampai kita ada Keterikatan dengan Tuhan,
Kita tidak bisa lagi hidup tanpa Dia.
Lewat proses yang bertahap.
Itu harus menyita seluruh hidup kita.
Menemukan kekasih abadi, menjadi kekasih abadi.
Kita masih punya kesempatan.
Tuhan itu hidup bagi orang yang memperlakukan Dia hidup dan berjuang dengan segenap hati tanpa batas.
Tapi Tuhan itu mati bagi orang yang tidak memperlakukan Dia secara tidak patut.
Jadi ada orang - orang mπ₯ yang sampai tidak bisa percaya lagi Tuhan itu ada.
Kalaupun mulutnya percaya, hatinya tidak.
Buktinya coba waktu ada, dalam bahaya, takut dia.
Tapi Kalau merasakan kehadiran Tuhan mencium kehadiranNya bukan tidak ingin takut, tetapi tidak bisa takut.
Ini hebat sekali.
Cuma kita sering tidak stabil.
Betapa indahnya merasakan kehadiran Tuhan.
Otomatis dunia π menjadi tidak berarti lagi.
Menjadi kekasih Tuhan kita menjadi satu harus memiliki visi yang sama
Tuhan Yesus berkata seperti Bapa π mengutus Aku, Aku mengutus kamu.
Tidak mungkin kita bisa berjalan dengan Tuhan tanpa visi yang sama.
Inilah yang dikatakan hidup kita disita.
Visi yang sama, Kita tidak memiliki kepentingan apapun.
Hanya satu kepentingan yaitu meneruskan apa yang yang dikerjakan
Tuhan Yesus π 2000 th yang lalu yang dikerjakan bagi kita.
Semua kita memiliki hak dan kesempatan yang sama.
Jangan berpikir ini untuk orang tertentu apalagi untuk pendeta, tidak bisa.
Tuhan tidak mungkin berjalan seiring dengan orang yang tidak mengerti visiNya.
Tuhan Yesus tidak bisa menjadi kekasih jiwa kita kalau kita tidak berjalan dengan Dia dalam satu visi.
Seringkali kita mendengar orang berkata, Tuhan beserta kita, apa betul ?
Pada waktu orang Kristen baru tidak mengerti visi Tuhan.
Jadi urusan dengan Tuhan hanya :
- Minta berkat
- Minta kesembuhan
- Minta rejeki banyak.
Tuhan bisa kasih, dianggap kanak - kanak.
Seperti anak kita umur 2 th, 3th, 4 th, 7 th 8 th...masih ok.
Tetapi tidak bisa anak kita 40 th seperti 7 th.
Dia harus mengerti keinginan orang tua, bagaimana bisa berjalan seiring orang tua.
Demikian pula kita, tidak bisa memperlakukan Tuhan π seperti anak kecil memperlakukan orang tuanya.
Sudah saatnya kita mengerti kehendak Tuhan apa yang Dia maui.
Dan kita hidup dalam kehendak Tuhan dalam visi Tuhan ini.
Jadi tidak mudah seseorang menjadikan Tuhan sebagai kekasih.
Dia harus sungguh - sungguh satu visi dengan Dia.
Untuk visi ini
Seseorang harus memiliki kedewasaan rohani.
Sebab dalam memenuhi visi tersebut Tuhan π akan mengajarkan kita penderitaan atau salib.
Jadi kalau hari ini kita tidak merasa ada sesuatu yang menyakitkan bagi kepentingan pekerjaan Tuhan, kita belum pikul salib.
Kalau kita berjalan dengan Tuhan π, lalu kita dipandang dewasa, lalu kita diberi kepercayaan Tuhan satu pekerjaan itu betul - betul membawa kita pada salib.
Salib itu penderitaan yang dipikul demi kepentingan orang lain.
Nah ini baru menjadi kekasih Tuhan π
Ketika kita di ujung mau, kita sudah menunaikan tugas itu, baru kita berani ketemu Tuhan dan berkata Tuhan... aku telah menyelesaikan tugas yang Kau berikan padaku.
Kita ini bukan makhluk gratis.
Tuhan π menciptakan kita untuk melakukan kehendaknya.
Tuhan menebus kita membeli kita dengan harga yang lunas dibayar.
Kita bukan milik Kita sendiri, supaya kita bisa melakukan kehendak Allah.
Bayangkan ketika kita menutup mata kita tidak tahu lalu kita menghadap Tuhan π
Kita tidak tahu apa bagian yang harus kita penuhi di dunia ? Bagaimana kita tidak gentar ?
Banyak gereja π tidak mengajarkan itu.
Yang penting perpuluhan diberikan, kasih persembahan.
Itu tidak ada artinya sama sekali.
Yang berarti ketika kita menemukan Tuhan, bagian mana dalam hidup kita yang harus kita penuhi ?
Tapi itu bukan untuk kesenangan.
Bagaimana kualitas sepadang suami istri atau sepasang kekasih, itu tergantung isi percakapannya.
Kalau percakapan kita dengan Tuhan π hanya masalah - masalah pribadi, itu miskin...
Kalau mempercakapan pekerjaan Bapa, itu baru berkualitas.
Banyak gereja tidak dimiliki Tuhan, tetapi dimiliki organisasi.
Gereja π harus Theokrasi, bukan demokrasi.
Pemimpin gereja harus dipilih Tuhan, bukan pendeta.
Dia harus menemukan apa yang dikehendaki Tuhan untuk dilakukan.
Maka seluruh jajaran stafnya, seluruh orang di sekitarnya semua mengarah ke maksud Tuhan π yang diterima oleh pendeta itu.
Kalau organisas, nanti mencari kedudukan, kehormatan, duit.
Tidak mungkin menjadi kekasih Tuhan tanpa memiliki beban yang ada di hati Tuhan tidak mengambil bagian dalam penderitaanNya.
Roma 8 : 17
Hanya orang yang menderita bersama Dia dimuliakan.
Kita sudah terlalu wajar hidup sebagai manusia.
Kita tidak mengerti yang Tuhan lakukan .
Maka Kita tidak boleh ceroboh.
Kalau kita hidup ceroboh
Kita menyusahkan diri sendiri, orang lain, dan tidak berguna bagi pekerjaan Tuhan.
- Ceroboh makan
- Ceroboh mengambil keputusan.
Itu merusak diri kita, merusak teman.
Mengerikan kalau sampai kita menutup mata, dan kita tidak tahu apa yang Tuhan π kehendaki untuk kita lakukan.
Kita ditebus dengan harga yang lunas dibayar.
Dan hal ini disampaikan tidak menjadi beban.
Ikut memikul tanggung jawab pekerjaan Bapa di surga, itu kehormatan.
Tidak mungkin kita menjadi kekasih tidak memikul beban yang Dia pukul.
Kalau kita terikat dengan kesenangan dunia π dengan daging dan ketidak dewasaan, kita tidak bisa berjalan dengan Tuhan.
Tuhan tidak mau berjalan dengan orang - orang yang cara berpikirnya.
Kita bersyukur bisa mendengar ini.
Banyak orang Kristen π₯ yang terhilang.
Bukan orang non kristen.
- Pendeta - pendeta dan istri pendeta yang terhilang
- Majelis - majelis dan istri majelis yang terhilang.
- Jemaat - jemaat yang terhilang.
Tidak menemukan Tuhan.
Jauh dari menghayati Tuhan dalam hidupnya.
Hanya mendengar firman itu tidak menyelamatkan, tetapi harus ambil keputusan.
Harus bertindak dan melangkah.
" Tuhan aku mau menemukan Engkau "
Caranya :
- Melalui firman yang kita pelajari, lewat jam doa tiap hari 30 menit sampai 1 jam
Itu pengalaman yang tidak bisa kita ceritakan kepada orang lain.
- Dikembangkan lagi lewat pengalaman hidup.
Kita bisa mencium keharuman Tuhan.
- Harus satu visi dengan Dia.
- Makin dewasa rohani.
- Meninggalkan segala kesenangan dunia.
- Perasaan yang tidak diatur orang - orang.
Tidak gampang diatur oleh kejadian - kejadian di sekitar kita.
- Tidak memberhalakan masalah.
Berhala itu bukan dewa - dewa, masalah juga jadi berhala.
Dan proses ini akan berlangsung sehingga kita menjadi kekasih - kekasih Tuhan.
Ketika kita di ujung maut tidak perlu memaksa diri lagi, karena kita sudah memiliki keyakinan dengan sendiri untuk bisa merasakan keharuman kehadiranNya di samping kita.
Jadi langkah yang harus kita ambil hari ini adalah komitmen dan tekad,
"Aku mau."
Kalau kita menunda sampai mati kita tidak akan menemukan.
Siapapun kita, jangan sampai kita jadi jemaat π₯ yang terhilang.
Jangan sombong.
Bawa hidup kita seakan. -akan ada di ujung hidup kita.
Mau sombong apa ?
Dalam kepasrahan dalam ketidakpastian, memberikan sekali.
Tapi kalau dalam kepasrahan dengan keyakinan Tuhan πbersama kita, itu indah sekali.
Kita pasti ada di ujung maut tersebut, tidak bisa tidak.
Tidak ada Allah yang benar selain Allah Bapa di surga yang mempunyai langit dan bumi π
Yang memiliki segala kuasa kemuliaan kerajaan.
Tidak ada Tuhan yang benar selain Yesus yang menjadi kekasih jiwa kita.
Betapa miskinnya kita.
Bukan miskin harta.
Miskin pengenalan akan dan miskin pengalaman dengan Tuhan.
Karena waktu ⌚ kita telah kita habiskan untuk perkara yang sia - sia.
Untuk jalan - jalan, untuk macam - macam.
Begitu banyak waktu yang kita sia - siakan.
Tetapi untuk Tuhan begitu sedikit.
Kita harus punya satu komitmen dan tekad,
komitmen yang setiap hari diupdate.
Kalau komitmen tidak dimulai kita tidak mengerti mengupdate.
"Aku memilih Engkau Tuhan.
Aku mau hidup tidak bercacat tidak bercela.
Aku mau menjadi kekasihMu."
Setiap hari diupdate dan di perbaharui.
Kalau tidak diupdate bisa habis.
Sampai suatu hari kita tidak bisa komitmen karena percintaan dunia π telah mengikat kita.
Tiap hari diupdate diperbaharui setiap hari.
Diupdate terus sampai menyatu dengan hidup kita.
Nanti akibat terakhir yang hebat banget baru kita mengerti menyenangkan hati Bapa.
Jadi bangun pagi, menit pertama, kedua jangan ada sesuatu yang melukai Bapa π
Kita hidup hanya menyenangkan hati Bapa itu spiritnya Tuhan Yesus baru kita bisa merasakan spiritnya.
Dan Bapa itu nyata dalam hidup kita.
Aku mau menyenangkan hati Bapa di surga.
Dari menit ke menit, dari jam ke jam.
Spiritnya Tuhan Yesus πjuga, bagaimana orang ini diselamatkan.
Spiritnya mengalir.
Kita tidak usah diajak oleh orang.
Kita akan sendirinya.
Kalau sudah demikiann
Baru kita mengerti ucapan Tuhan, seperti Aku menyerahkan nyawa untuk kamu, kamu menyerahkan nyawa untuk saudaramu.
Tuhan π mengajarkan nyawa
Tapi spirit itu akan kita miliki.
Menyenangkan hati Bapa.
lalu kita ingin orang - orang diselamatkan.
Baru kita bersama menjadi kekasih Tuhan.
JBU π·
RH Truth Daily Enlightenment “TETAP DALAM KEMURAHANNYA” Pdt. DR. Erastus Sabdono 31 Juli 2018
Paulus menunjukkan, bahwa walaupun bangsa Israel bersungguh-sungguh mencari Tuhan π, tetapi karena mereka mau membangun kebenaran sendiri, maka mereka ditolak oleh Allah.
Paulus memberi peringatan yang sangat tegas : Sebab kalau Allah tidak menyayangkan cabang-cabang asli, Ia juga tidak akan menyayangkan kamu, Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamu pun akan dipotong juga (Rm. 11:21-22).
Tulisan Paulus ini sangat penting, sebab menunjukkan dan meletakkan dasar teologi mengenai keselamatan, bahwa selalu ada kemungkinan Tuhan menolak orang yang sudah diberi kesempatanuntuk menjadi umat pilihan.
Paulus mengancam, jika mereka tidak tetap dalam kemurahan-Nya, maka mereka akan dipotong juga.
Umat pilihan dalam ayat tersebut adalah orang-orang yang hidup di zaman Perjanjian Baru, yang mendengar Injil dan memiliki segala kemungkinan untuk bertumbuh mewujudkan keselamatan, yaitu dikembalikannya manusia ke rancangan Allah π semula.
Tetapi rancangan Allah semula tidak akan terwujud, kalau orang percaya tidak berjuang sungguh-sungguh untuk mewujudkannya.
Dalam tulisannya Paulus mengatakan: yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamu pun akan dipotong juga. Kalimat “tetap dalam kemurahan-Nya” harus dipahami dengan benar.
Bukan hanya sekadar setia sebagai orang Kristen π₯, tetapi juga tetap terus bertumbuh dalam kebenaran, sebagai murid yang belajar tiada henti. Hal ini sama dengan “tetap menjadi mahasiswa”; bukan berarti hanya berstatus sebagai mahasiswa, tetapi tetap belajar untuk meningkatkan pengetahuan.
Lebih jelas lagi Paulus menulis: Tetapi mereka pun akan dicangkokkan kembali, jika mereka tidak tetap dalam ketidakpercayaan mereka, sebab Allah π berkuasa untuk mencangkokkan mereka kembali.
Sebab jika kamu telah dipotong sebagai cabang dari pohon zaitun liar, dan bertentangan dengan keadaanmu itu kamu telah dicangkokkan pada pohon zaitun sejati, terlebih lagi mereka ini, yang menurut asal mereka akan dicangkokkan pada pohon zaitun mereka sendiri (Rm. 11:23-24).
Dalam tulisannya ini, Paulus menunjukkan bahwa Tuhan masih memberi kesempatan kepada orang-orang Yahudi untuk dicangkokkan kembali, jika mereka meninggalkan ketidakpercayaan mereka.
Seperti Paulus dan orang-orang Yahudi lainnya, juga masih diberi kesempatan untuk menjadi orang percaya.
Tetapi sebaliknya, jika orang Kristen π₯ yang tadinya berkeadaan tidak sesuai dengan kehidupan umat pilihan, diperkenan menjadi umat pilihan, maka mereka harus hidup dalam kepercayaan yang benar, sehingga bisa berkeadaan berbeda dari keadaan semula sebelum menjadi cabang yang dicangkokkan.
Dalam hal tersebut, orang percaya harus hidup dengan keadaan sebagai orang percaya yang dikehendaki oleh Allah. Kehidupan orang yang diperkenan Allah π adalah kehidupan dalam “kepercayaan yang benar”. Hidup dalam kepercayaan yang benar, artinya bukan hanya secara nalar percaya bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, tetapi juga memiliki pola dan gaya hidup sesuai dengan kehendak Allah, sebagai orang yang memiliki kepercayaan kepada Tuhan Yesus.
Di sini dibutuhkan usaha yang giat untuk mencapai standar kehidupan sebagai orang yang memiliki kepercayaan kepada Tuhan Yesus π
Usaha yang giat tersebut, bukanlah perbuatan baik sebagai usaha untuk mencapai dan memiliki keselamatan, tetapi respon terhadap anugerah dalam Yesus Kristus yang disediakan oleh Allah bagi manusia.
Perbuatan baik -bahkan kesempurnaan yang diusahakan untuk dicapai- bukanlah usaha untuk mencapai keselamatan, sebab keselamatan hanya oleh karena korban Yesus di kayu salib.
Kalau Tuhan Yesus π tidak mati di kayu salib, maka tidak ada manusia yang bisa masuk surga, sebaik apa pun manusia itu.
Tetapi dengan kematian Tuhan Yesus π di kayu salib, maka orang yang mengakui dan menerima pengorbanan-Nya dibawa kepada proses dikembalikan ke rancangan semula. Ini adalah perjuangan yang sangat berat.
Oleh sebab itu hendaknya orang percaya tidak berpikir, bahwa mencari uang lebih sulit dan berat dibanding dengan usaha untuk menjadi anak-anak Bapa yang melakukan kehendak Bapa.
Kalau Firman Tuhan menganjurkan agar orang percaya mendahulukan Kerajaan Bapa di surga, maka itu berarti hal mencari Kerajaan-Nya bukan sesuatu yang mudah.
JBU
https://overcast.fm/+IqODj-SbU
Paulus memberi peringatan yang sangat tegas : Sebab kalau Allah tidak menyayangkan cabang-cabang asli, Ia juga tidak akan menyayangkan kamu, Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamu pun akan dipotong juga (Rm. 11:21-22).
Tulisan Paulus ini sangat penting, sebab menunjukkan dan meletakkan dasar teologi mengenai keselamatan, bahwa selalu ada kemungkinan Tuhan menolak orang yang sudah diberi kesempatanuntuk menjadi umat pilihan.
Paulus mengancam, jika mereka tidak tetap dalam kemurahan-Nya, maka mereka akan dipotong juga.
Umat pilihan dalam ayat tersebut adalah orang-orang yang hidup di zaman Perjanjian Baru, yang mendengar Injil dan memiliki segala kemungkinan untuk bertumbuh mewujudkan keselamatan, yaitu dikembalikannya manusia ke rancangan Allah π semula.
Tetapi rancangan Allah semula tidak akan terwujud, kalau orang percaya tidak berjuang sungguh-sungguh untuk mewujudkannya.
Dalam tulisannya Paulus mengatakan: yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamu pun akan dipotong juga. Kalimat “tetap dalam kemurahan-Nya” harus dipahami dengan benar.
Bukan hanya sekadar setia sebagai orang Kristen π₯, tetapi juga tetap terus bertumbuh dalam kebenaran, sebagai murid yang belajar tiada henti. Hal ini sama dengan “tetap menjadi mahasiswa”; bukan berarti hanya berstatus sebagai mahasiswa, tetapi tetap belajar untuk meningkatkan pengetahuan.
Lebih jelas lagi Paulus menulis: Tetapi mereka pun akan dicangkokkan kembali, jika mereka tidak tetap dalam ketidakpercayaan mereka, sebab Allah π berkuasa untuk mencangkokkan mereka kembali.
Sebab jika kamu telah dipotong sebagai cabang dari pohon zaitun liar, dan bertentangan dengan keadaanmu itu kamu telah dicangkokkan pada pohon zaitun sejati, terlebih lagi mereka ini, yang menurut asal mereka akan dicangkokkan pada pohon zaitun mereka sendiri (Rm. 11:23-24).
Dalam tulisannya ini, Paulus menunjukkan bahwa Tuhan masih memberi kesempatan kepada orang-orang Yahudi untuk dicangkokkan kembali, jika mereka meninggalkan ketidakpercayaan mereka.
Seperti Paulus dan orang-orang Yahudi lainnya, juga masih diberi kesempatan untuk menjadi orang percaya.
Tetapi sebaliknya, jika orang Kristen π₯ yang tadinya berkeadaan tidak sesuai dengan kehidupan umat pilihan, diperkenan menjadi umat pilihan, maka mereka harus hidup dalam kepercayaan yang benar, sehingga bisa berkeadaan berbeda dari keadaan semula sebelum menjadi cabang yang dicangkokkan.
Dalam hal tersebut, orang percaya harus hidup dengan keadaan sebagai orang percaya yang dikehendaki oleh Allah. Kehidupan orang yang diperkenan Allah π adalah kehidupan dalam “kepercayaan yang benar”. Hidup dalam kepercayaan yang benar, artinya bukan hanya secara nalar percaya bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, tetapi juga memiliki pola dan gaya hidup sesuai dengan kehendak Allah, sebagai orang yang memiliki kepercayaan kepada Tuhan Yesus.
Di sini dibutuhkan usaha yang giat untuk mencapai standar kehidupan sebagai orang yang memiliki kepercayaan kepada Tuhan Yesus π
Usaha yang giat tersebut, bukanlah perbuatan baik sebagai usaha untuk mencapai dan memiliki keselamatan, tetapi respon terhadap anugerah dalam Yesus Kristus yang disediakan oleh Allah bagi manusia.
Perbuatan baik -bahkan kesempurnaan yang diusahakan untuk dicapai- bukanlah usaha untuk mencapai keselamatan, sebab keselamatan hanya oleh karena korban Yesus di kayu salib.
Kalau Tuhan Yesus π tidak mati di kayu salib, maka tidak ada manusia yang bisa masuk surga, sebaik apa pun manusia itu.
Tetapi dengan kematian Tuhan Yesus π di kayu salib, maka orang yang mengakui dan menerima pengorbanan-Nya dibawa kepada proses dikembalikan ke rancangan semula. Ini adalah perjuangan yang sangat berat.
Oleh sebab itu hendaknya orang percaya tidak berpikir, bahwa mencari uang lebih sulit dan berat dibanding dengan usaha untuk menjadi anak-anak Bapa yang melakukan kehendak Bapa.
Kalau Firman Tuhan menganjurkan agar orang percaya mendahulukan Kerajaan Bapa di surga, maka itu berarti hal mencari Kerajaan-Nya bukan sesuatu yang mudah.
JBU
https://overcast.fm/+IqODj-SbU
Minggu, 29 Juli 2018
RH Truth Daily Enlightenment “JANGAN BERMEGAH” Pdt. DR. Erastus Sabdono 30 Juli 2018
Sayang sekali, banyak bangsa Israel yang menolak berkat rohani, yaitu keselamatan dalam Yesus Kristus π
Oleh karena bangsa itu menolak berkat keselamatan, maka Allah mengalihkan atau memberikannya juga kepada bangsa-bangsa lain.
Itulah sebabnya Paulus menulis: Sebab jika pelanggaran mereka berarti kekayaan bagi dunia π, dan kekurangan mereka kekayaan bagi bangsa-bangsa lain, terlebih-lebih lagi kesempurnaan mereka. Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi.
Justru karena aku adalah rasul untuk bangsa-bangsa bukan Yahudi, aku menganggap hal itu kemuliaan pelayananku, yaitu kalau-kalau aku dapat membangkitkan cemburu di dalam hati kaum sebangsaku menurut daging dan dapat menyelamatkan beberapa orang dari mereka.
Sebab jika penolakan mereka berarti perdamaian bagi dunia π, dapatkah penerimaan mereka mempunyai arti lain dari pada hidup dari antara orang mati? (Rm. 11:12-15).
Dalam tulisan Paulus di Roma 11:12-15, Paulus menunjukkan betapa hebatnya keadaan bangsa Israel, jika mereka menerima keselamatan dalam Yesus Kristus, karena mereka adalah orang-orang yang sungguh-sungguh mau mencari kebenaran (Rm. 10:2, Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar).
Seandainya semua mereka menerima keselamatan dalam Yesus Kristus, dan memiliki gairah yang sangat kuat dalam mencari Tuhan π, maka hal tersebut bisa menjadi model bagi bangsa-bangsa lain dalam mencari Tuhan. Dalam hal ini, secara tidak langsung Paulus hendak menunjukkan betapa pentingnya kita, sebagai orang percaya memiliki kesungguhan untuk mencari Tuhan.
Dengan sungguh-sungguh mencari Tuhan, maka orang percaya π₯ dapat menyerap sebanyak-banyaknya berkat rohani yang telah disediakan oleh Tuhan.
Berkat rohani tersebut diilustrasikan sebagai “akar pohon zaitun yang penuh getah”.
Walaupun orang percaya tercangkok dan memiliki kesempatan untuk meneguk berkat rohani, tetapi kalau tidak sungguh-sungguh mencari Tuhan π, maka semua menjadi sia-sia.
Harus disadari dan dipahami dengan benar, bahwa berkat rohani yang diilustrasikan seperti “akar pohon zaitun yang penuh getah”, tidak otomatis dapat mengalir dan diterima orang percaya.
Jadi, berkat rohani yang tersedia yaitu keselamatan dalam Yesus Kristus tidak dapat mengalir secara otomatis atau dengan sendirinya.
Daging dan darah Tuhan Yesus π menunjukkan berkat rohani, tetapi kalau tidak “dimakan” -artinya kalau tidak berjuang untuk meneladani-Nya- maka sia-sialah iman Kristen.
Oleh sebab itu seperti bangsa Israel begitu giat mencari Tuhan, maka kita juga harus giat mencari Tuhan agar keselamatan yang disediakan Allah dalam Yesus Kristus π, terwujud dalam hidup kita.
Hal di atas ini harus dikemukakan, karena banyak orang Kristen berpikir, keselamatan dalam Yesus Kristus secara otomatis dapat dimiliki seseorang ketika secara nalar orang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.
Banyak orang Kristen, di antaranya para teolog yang mencibir atau merendahkan orang-orang Yahudi, karena mereka melihat usaha yang sangat giat dari orang-orang Yahudi yang membangun kebenaran dengan melakukan hukum.
Orang-orang Kristen π₯ dan sebagian teolog ini seakan-akan mau menyatakan, bahwa percuma orang-orang Yahudi berusaha berbuat dengan giat membangun kebenaran sendiri, kalau tidak menerima Yesus Kristus sebagai Mesias; sebab keselamatan bukan karena perbuatan baik, tetapi karena iman.
Pernyataan ini benar, tetapi jangan karena hal ini, maka tidak ada usaha untuk mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (Flp. 2:12-13).
Mereka berpikir bahwa keselamatan dapat diperoleh secara mudah. Ternyata orang-orang Kristen dan sebagian teolog seperti itu, menyimpang dari kebenaran Injil yang murni.
Itulah sebabnya Paulus mengatakan dalam Roma 11:18 … janganlah kamu bermegah terhadap cabang-cabang itu! Jikalau kamu bermegah, ingatlah, bahwa bukan kamu yang menopang akar itu, melainkan akar itu yang menopang kamu. Orang-orang Kristen π₯ dan sebagian teolog yang sombong di atas, patut membaca dengan teliti nasihat Paulus ini.
Harus ingat, bahwa bukan kita yang menopang akar, tetapi akar yang menopang kita.
Hal ini menunjukkan betapa kita harus memiliki ketergantungan terhadap akar tersebut. Ketergantungan kita harus diwujudkan dalam tindakan yang nyata, yaitu selalu menyerap berkat rohani dari akar tersebut. Harus diingat, bahwa berbicara megenai akar dan cabang, berarti berbicara mengenai organisme hidup.
Jadi, tidak secara otomatis cabang mendapat kehidupan dari akar-akar pohon tersebut.
Sebagai cabang yang dicangkokkan, kita π₯harus tetap di dalam mekanisme organisme tanaman.
Dengan tegas, selanjutnya Paulus juga mengatakan: Mungkin kamu akan berkata: ada cabang-cabang yang dipatahkan, supaya aku dicangkokkan di antaranya sebagai tunas.
Baiklah! Mereka dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka, dan kamu tegak tercacak karena iman.
Janganlah kamu sombong, tetapi takutlah! (Rm 11:19-20).
Harus diperhatikan, bahwa kesombongan membuat seseorang tidak mengusahakan keselamatan secara proporsional, karena merasa sudah menjadi umat pilihan dan merasa yakin sudah selamat.
JBU
Oleh karena bangsa itu menolak berkat keselamatan, maka Allah mengalihkan atau memberikannya juga kepada bangsa-bangsa lain.
Itulah sebabnya Paulus menulis: Sebab jika pelanggaran mereka berarti kekayaan bagi dunia π, dan kekurangan mereka kekayaan bagi bangsa-bangsa lain, terlebih-lebih lagi kesempurnaan mereka. Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi.
Justru karena aku adalah rasul untuk bangsa-bangsa bukan Yahudi, aku menganggap hal itu kemuliaan pelayananku, yaitu kalau-kalau aku dapat membangkitkan cemburu di dalam hati kaum sebangsaku menurut daging dan dapat menyelamatkan beberapa orang dari mereka.
Sebab jika penolakan mereka berarti perdamaian bagi dunia π, dapatkah penerimaan mereka mempunyai arti lain dari pada hidup dari antara orang mati? (Rm. 11:12-15).
Dalam tulisan Paulus di Roma 11:12-15, Paulus menunjukkan betapa hebatnya keadaan bangsa Israel, jika mereka menerima keselamatan dalam Yesus Kristus, karena mereka adalah orang-orang yang sungguh-sungguh mau mencari kebenaran (Rm. 10:2, Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar).
Seandainya semua mereka menerima keselamatan dalam Yesus Kristus, dan memiliki gairah yang sangat kuat dalam mencari Tuhan π, maka hal tersebut bisa menjadi model bagi bangsa-bangsa lain dalam mencari Tuhan. Dalam hal ini, secara tidak langsung Paulus hendak menunjukkan betapa pentingnya kita, sebagai orang percaya memiliki kesungguhan untuk mencari Tuhan.
Dengan sungguh-sungguh mencari Tuhan, maka orang percaya π₯ dapat menyerap sebanyak-banyaknya berkat rohani yang telah disediakan oleh Tuhan.
Berkat rohani tersebut diilustrasikan sebagai “akar pohon zaitun yang penuh getah”.
Walaupun orang percaya tercangkok dan memiliki kesempatan untuk meneguk berkat rohani, tetapi kalau tidak sungguh-sungguh mencari Tuhan π, maka semua menjadi sia-sia.
Harus disadari dan dipahami dengan benar, bahwa berkat rohani yang diilustrasikan seperti “akar pohon zaitun yang penuh getah”, tidak otomatis dapat mengalir dan diterima orang percaya.
Jadi, berkat rohani yang tersedia yaitu keselamatan dalam Yesus Kristus tidak dapat mengalir secara otomatis atau dengan sendirinya.
Daging dan darah Tuhan Yesus π menunjukkan berkat rohani, tetapi kalau tidak “dimakan” -artinya kalau tidak berjuang untuk meneladani-Nya- maka sia-sialah iman Kristen.
Oleh sebab itu seperti bangsa Israel begitu giat mencari Tuhan, maka kita juga harus giat mencari Tuhan agar keselamatan yang disediakan Allah dalam Yesus Kristus π, terwujud dalam hidup kita.
Hal di atas ini harus dikemukakan, karena banyak orang Kristen berpikir, keselamatan dalam Yesus Kristus secara otomatis dapat dimiliki seseorang ketika secara nalar orang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.
Banyak orang Kristen, di antaranya para teolog yang mencibir atau merendahkan orang-orang Yahudi, karena mereka melihat usaha yang sangat giat dari orang-orang Yahudi yang membangun kebenaran dengan melakukan hukum.
Orang-orang Kristen π₯ dan sebagian teolog ini seakan-akan mau menyatakan, bahwa percuma orang-orang Yahudi berusaha berbuat dengan giat membangun kebenaran sendiri, kalau tidak menerima Yesus Kristus sebagai Mesias; sebab keselamatan bukan karena perbuatan baik, tetapi karena iman.
Pernyataan ini benar, tetapi jangan karena hal ini, maka tidak ada usaha untuk mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (Flp. 2:12-13).
Mereka berpikir bahwa keselamatan dapat diperoleh secara mudah. Ternyata orang-orang Kristen dan sebagian teolog seperti itu, menyimpang dari kebenaran Injil yang murni.
Itulah sebabnya Paulus mengatakan dalam Roma 11:18 … janganlah kamu bermegah terhadap cabang-cabang itu! Jikalau kamu bermegah, ingatlah, bahwa bukan kamu yang menopang akar itu, melainkan akar itu yang menopang kamu. Orang-orang Kristen π₯ dan sebagian teolog yang sombong di atas, patut membaca dengan teliti nasihat Paulus ini.
Harus ingat, bahwa bukan kita yang menopang akar, tetapi akar yang menopang kita.
Hal ini menunjukkan betapa kita harus memiliki ketergantungan terhadap akar tersebut. Ketergantungan kita harus diwujudkan dalam tindakan yang nyata, yaitu selalu menyerap berkat rohani dari akar tersebut. Harus diingat, bahwa berbicara megenai akar dan cabang, berarti berbicara mengenai organisme hidup.
Jadi, tidak secara otomatis cabang mendapat kehidupan dari akar-akar pohon tersebut.
Sebagai cabang yang dicangkokkan, kita π₯harus tetap di dalam mekanisme organisme tanaman.
Dengan tegas, selanjutnya Paulus juga mengatakan: Mungkin kamu akan berkata: ada cabang-cabang yang dipatahkan, supaya aku dicangkokkan di antaranya sebagai tunas.
Baiklah! Mereka dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka, dan kamu tegak tercacak karena iman.
Janganlah kamu sombong, tetapi takutlah! (Rm 11:19-20).
Harus diperhatikan, bahwa kesombongan membuat seseorang tidak mengusahakan keselamatan secara proporsional, karena merasa sudah menjadi umat pilihan dan merasa yakin sudah selamat.
JBU
RH Truth Daily Enlightenment “KESEMPATAN MENERIMA BERKAT” Pdt. Dr. Erastus Sabdono 29 Juli 2018
Dalam pelajaran di bab ini, secara khusus kita belajar mengenai ketegasan Allah terkait dengan sikap orang percaya terhadap anugerah Tuhan π
Hal ini dikemukakan Paulus di dalam Roma 11:17-20 yang tertulis demikian: Karena itu apabila beberapa cabang telah dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di antaranya dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah, janganlah kamu bermegah terhadap cabang-cabang itu! Jikalau kamu bermegah, ingatlah, bahwa bukan kamu yang menopang akar itu, melainkan akar itu yang menopang kamu.
Mungkin kamu akan berkata : ada cabang-cabang yang dipatahkan, supaya aku dicangkokkan di antaranya sebagai tunas.
Baiklah! Mereka dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka, dan kamu tegak tercacak karena iman.
Janganlah kamu sombong, tetapi takutlah!
Dalam tulisan Paulus di perikop ini, bangsa Israel digambarkan sebagai carang asli yang memperoleh bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah.
Sedangkan orang percaya. π₯ adalah tunas liar yang dicangkokkan pada batang pohon zaitun.
Hal ini dimaksudkan untuk mengingatkan orang percaya bahwa mereka pada mulanya bukanlah umat pilihan.
Terkait dengan hal ini, Paulus dalam Efesus 4:11-13 menulis: Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu — sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya “sunat”, yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, — bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah π di dalam dunia.
Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh”, sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus.
Selama ini, karena sudah terbiasa menjadi orang Kristen, apalagi sudah menjadi Kristen sejak kecil, maka banyak orang Kristen tidak merasa istimewa menjadi orang Kristen.
Padahal kalau ditinjau dari pemilihan Allah, sebenarnya mereka dulunya termasuk bangsa kafir yang tidak memiliki hak-hak istimewa sebagai umat pilihan.
Dalam hal ini, kita π harus selalu mengingat, betapa besar anugerah yang orang percaya terima untuk diperkenankan menjadi umat pilihan.
Kalau seandainya mereka tidak menjadi umat pilihan, betapa malang keadaannya.
Suatu kemalangan yang tidak dapat dibayangkan, orang-orang yang tidak memperkarakan hal ini dengan sungguh-sungguh. Mereka pasti menjadi orang-orang yang sangat berpotensi memandang rendah kasih karunia atau anugerah yang Tuhan π berikan.
Mereka juga pada umumnya tidak menghargai pengorbanan Tuhan Yesus π yang sangat mahal.
Dan hal ini memicu mereka menyia-nyiakan anugerah yang begitu besar, sehingga mereka tidak mengalami dan tidak memiliki anugerah keselamatan.
Sebagai umat pilihan, kita mendapat “bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah”. Maksud kalimat ini, adalah bahwa umat pilihan mendapat kesempatan untuk menerima berkat-berkat dari Allah (Elohim) Yahwe. Berkat-berkat yang dimiliki Tuhan π adalah berkat-berkat yang dibutuhkan manusia.
Tentu berkat di sini bukan hanya berupa berkat jasmani, tetapi juga berkat rohani atau berkat kekal, yaitu keselamatan dalam Yesus Kristus π
Kalau bangsa Israel, umat pilihan secara darah daging telah memperoleh berkat jasmani pada zaman Perjanjian Lama, sekarang Tuhan menyediakan berkat rohani atau berkat kekal.
Berkat rohani tersebut adalah keselamatan dalam Yesus Kristus. Keselamatan dalam Yesus Kristus menyediakan atau memuat berkat yang dapat membuat manusia mengalami perubahan di dalam batinnya.
Inilah inti berkat keselamatan yang diberikan oleh Tuhan.
Sayangnya, bangsa Israel tidak mengingini berkat tersebut.
Mereka lebih mengingini berkat fana, yaitu kemerdekaan dari kekuasaan bangsa Romawi dan segala berkat jasmani untuk kemakmuran lahiriah.
Kalau berkat jasmani hanya diperoleh bagi kebutuhan fisik, tetapi berkat rohani untuk pemenuhan kehidupan rohani.
Pada dasarnya, berkat rohani yaitu keselamatan, bisa mengubah manusia untuk menjadi manusia sesuai dengan rancangan Allah semula.
Hal ini sejajar dengan yang dikatakan oleh Tuhan Yesus π di dalam Yohanes 6:31-35, bahwa Musa memberikan manna untuk makanan jasmani tetapi Roti yang sesungguhnya adalah diri Yesus sendiri.
Tuhan Yesus π mengatakan bahwa daging-Nya benar-benar makanan dan darah-Nya benar-benar minuman.
JBU
https://overcast.fm/+IqOBOmjno
Hal ini dikemukakan Paulus di dalam Roma 11:17-20 yang tertulis demikian: Karena itu apabila beberapa cabang telah dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di antaranya dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah, janganlah kamu bermegah terhadap cabang-cabang itu! Jikalau kamu bermegah, ingatlah, bahwa bukan kamu yang menopang akar itu, melainkan akar itu yang menopang kamu.
Mungkin kamu akan berkata : ada cabang-cabang yang dipatahkan, supaya aku dicangkokkan di antaranya sebagai tunas.
Baiklah! Mereka dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka, dan kamu tegak tercacak karena iman.
Janganlah kamu sombong, tetapi takutlah!
Dalam tulisan Paulus di perikop ini, bangsa Israel digambarkan sebagai carang asli yang memperoleh bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah.
Sedangkan orang percaya. π₯ adalah tunas liar yang dicangkokkan pada batang pohon zaitun.
Hal ini dimaksudkan untuk mengingatkan orang percaya bahwa mereka pada mulanya bukanlah umat pilihan.
Terkait dengan hal ini, Paulus dalam Efesus 4:11-13 menulis: Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu — sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya “sunat”, yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, — bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah π di dalam dunia.
Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh”, sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus.
Selama ini, karena sudah terbiasa menjadi orang Kristen, apalagi sudah menjadi Kristen sejak kecil, maka banyak orang Kristen tidak merasa istimewa menjadi orang Kristen.
Padahal kalau ditinjau dari pemilihan Allah, sebenarnya mereka dulunya termasuk bangsa kafir yang tidak memiliki hak-hak istimewa sebagai umat pilihan.
Dalam hal ini, kita π harus selalu mengingat, betapa besar anugerah yang orang percaya terima untuk diperkenankan menjadi umat pilihan.
Kalau seandainya mereka tidak menjadi umat pilihan, betapa malang keadaannya.
Suatu kemalangan yang tidak dapat dibayangkan, orang-orang yang tidak memperkarakan hal ini dengan sungguh-sungguh. Mereka pasti menjadi orang-orang yang sangat berpotensi memandang rendah kasih karunia atau anugerah yang Tuhan π berikan.
Mereka juga pada umumnya tidak menghargai pengorbanan Tuhan Yesus π yang sangat mahal.
Dan hal ini memicu mereka menyia-nyiakan anugerah yang begitu besar, sehingga mereka tidak mengalami dan tidak memiliki anugerah keselamatan.
Sebagai umat pilihan, kita mendapat “bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah”. Maksud kalimat ini, adalah bahwa umat pilihan mendapat kesempatan untuk menerima berkat-berkat dari Allah (Elohim) Yahwe. Berkat-berkat yang dimiliki Tuhan π adalah berkat-berkat yang dibutuhkan manusia.
Tentu berkat di sini bukan hanya berupa berkat jasmani, tetapi juga berkat rohani atau berkat kekal, yaitu keselamatan dalam Yesus Kristus π
Kalau bangsa Israel, umat pilihan secara darah daging telah memperoleh berkat jasmani pada zaman Perjanjian Lama, sekarang Tuhan menyediakan berkat rohani atau berkat kekal.
Berkat rohani tersebut adalah keselamatan dalam Yesus Kristus. Keselamatan dalam Yesus Kristus menyediakan atau memuat berkat yang dapat membuat manusia mengalami perubahan di dalam batinnya.
Inilah inti berkat keselamatan yang diberikan oleh Tuhan.
Sayangnya, bangsa Israel tidak mengingini berkat tersebut.
Mereka lebih mengingini berkat fana, yaitu kemerdekaan dari kekuasaan bangsa Romawi dan segala berkat jasmani untuk kemakmuran lahiriah.
Kalau berkat jasmani hanya diperoleh bagi kebutuhan fisik, tetapi berkat rohani untuk pemenuhan kehidupan rohani.
Pada dasarnya, berkat rohani yaitu keselamatan, bisa mengubah manusia untuk menjadi manusia sesuai dengan rancangan Allah semula.
Hal ini sejajar dengan yang dikatakan oleh Tuhan Yesus π di dalam Yohanes 6:31-35, bahwa Musa memberikan manna untuk makanan jasmani tetapi Roti yang sesungguhnya adalah diri Yesus sendiri.
Tuhan Yesus π mengatakan bahwa daging-Nya benar-benar makanan dan darah-Nya benar-benar minuman.
JBU
https://overcast.fm/+IqOBOmjno
Jumat, 27 Juli 2018
RH Truth Daily Enlightenment “TERGANTUNG RESPON INDIVIDU” Pdt. Dr. Erastus Sabdono 28 Juli 2018
Pola berpikir keberagamaan Yahudi tersebut, sebenarnya tidak salah, jika seandainya Yesus belum datang ke dunia.
Mereka memang memiliki standar hidup yang hanya seperti itu, dan Tuhan πmengizinkan atau memperkenankan demikian.
Tetapi setelah ada Injil, maka pola keberagamaan seperti itu harus ditinggalkan.
Mereka harus mengenakan Kekristenan yang diteladankan oleh Yesus Melakukan hukum Taurat diganti dengan melakukan hukum kasih.
Hukum kasih adalah pikiran, dan perasaan Tuhan π sendiri, sebab Allah kasih adanya. Percaya kepada Yahwe diganti dengan percaya kepada Pribadi Yesus yang memang adalah Yahwe sendiri, dengan mengikuti gaya hidup-Nya.
Percaya kepada Yesus berarti hidup seperti Dia hidup.
Jika tidak, berarti belum atau tidak percaya.
Kenyataannya dewasa ini, ada pengajaran yang memudahkan keselamatan terjadi atau berlangsung dalam hidup orang Kristen. Hal ini adalah sebuah penyesatan yang sangat membahayakan bagi orang Kristen π₯, mereka mengajarkan bahwa iman sejajar dengan pengaminan akali, dan menurut mereka yang sudah memiliki pengaminan akali tersebut, pasti sudah memiliki keselamatan atau masuk surga.
Mereka juga mengajarkan bahwa selama hidup di bumi ini, orang-orang tersebut pasti diberkati dengan pemenuhan kebutuhan jasmani dari kesembuhan, berkat materi dan lain sebagainya- dan nanti setelah mati, mereka berhak masuk ke dalam surga.
Ini adalah jalan keselamatan yang mudah. Jalan keselamatan yang mudah bukanlah ajaran Injil yang benar dan murni.
Pada dasarnya penolakan bangsa Israel atau sikap membantah yang sama dengan memberontak karena mereka mau membangun kebenarannya sendiri, yaitu kebenaran berdasarkan perbuatan (sesuai dengan hukum Taurat).
Paralel dengan hal ini, banyak orang Kristen mau membangun kebenarannya sendiri.
Mereka mau menjadi orang Kristen tanpa melepaskan percintaannya dengan dunia π ini.
Mereka berpikir, bahwa Tuhan tidak terganggu dengan gaya hidup yang menjadi standar mereka tersebut.
Kekristenan yang mereka kenakan seperti itu adalah Kekristenan yang palsu. Itulah Kekristenan yang telah dimodifikasi dan dikawinkan dengan semangat dan gairah zaman ini.
Jika hal tersebut berlangsung terus menerus, maka pada akhirnya mereka tidak akan dapat terlepas dari belenggu percintaan dunia, sehingga mereka tertawan oleh kuasa kegelapan sampai selamanya.
Walaupun mereka Kristen, mereka bisa termasuk orang yang terbuang ke dalam api kekal.
Meneguhkan penjelasan di atas, Paulus mengatakan: Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnya.
Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya, seperti ada tertulis: “Allah membuat mereka tidur nyenyak, memberikan mata untuk tidak melihat dan telinga untuk tidak mendengar, sampai kepada hari sekarang ini.”
Dan Daud berkata: “Biarlah jamuan mereka menjadi jerat dan perangkap, penyesatan dan pembalasan bagi mereka. Dan biarlah mata mereka menjadi gelap, sehingga mereka tidak melihat, dan buatlah punggung mereka terus-menerus membungkuk.” (Rm. 11:7-10).
Satu hal yang dikemukakan Paulus dalam teks ini adalah bahwa menolak Yesus π adalah sebuah pemberontakan atau yang sama dengan kejahatan. Dan orang yang dengan sengaja menolak Yesus, menjadi buta terhadap kebenaran.
Bagi orang-orang Kristen sekarang, harus diketahui bahwa belum tentu dengan menganut agama Kristen dan pergi ke gereja π, berarti seseorang sudah menerima Yesus dengan benar.
Kalau orang-orang Kristen seperti ini tidak mengikuti jalan Tuhan, yaitu hidup seperti yang ditunjukkan Tuhan atau hidup seperti Diri-Nya, maka berarti orang-orang Kristen tersebut sama dengan menolak Yesus.
Inilah orang-orang yang menerima agama Kristen, tetapi menolak Yesus.
Bisa dimengerti, kalau di akhir zaman nanti Tuhan menolak orang-orang yang mengaku sudah memercayai Dia.
Orang-orang yang ditolak oleh Yesus adalah orang-orang yang tidak melakukan kehendak Bapa.
Lebih tegas lagi Paulus mengemukakan bahwa pemberontakan dan penolakan seseorang kepada Yesus, bukan karena Allah π yang mengatur dan membuatnya demikian, tetapi karena kehendak bebas setiap individu. Dalam suratnya Paulus mengatakan: Maka aku bertanya:Adakah mereka tersandung dan harus jatuh? Sekali-kali tidak! Tetapi oleh pelanggaran mereka, keselamatan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain, supaya membuat mereka cemburu (Rm. 11:11).
Paulus menyatakan dalam tulisannya ini, bahwa mereka tidak harus jatuh, artinya mestinya mereka membangun integritas yang tinggi, sehingga tidak mudah digoyahkan oleh apa pun juga.
Allah π tidak dengan sengaja menentukan dan membuat mereka jatuh atau binasa. Tetapi karena mereka sendiri memilih untuk melanggar kehendak Allah.
Dengan demikian, sangatlah keliru kalau orang berpandangan bahwa Tuhan π yang menentukan sekelompok orang untuk selamat, dan yang lain tidak selamat. Keselamatan seseorang sangat tergantung dari respon masing-masing individu, bukan karena penentuan atau penetapan dari Allah.
Selanjutnya Paulus mengatakan: Sebab jika pelanggaran mereka berarti kekayaan bagi dunia, dan kekurangan mereka kekayaan bagi bangsa-bangsa lain, terlebih-lebih lagi kesempurnaan mereka. Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi.
Justru karena aku adalah rasul untuk bangsa-bangsa bukan Yahudi, aku menganggap hal itu kemuliaan pelayananku, yaitu kalau-kalau aku dapat membangkitkan cemburu di dalam hati kaum sebangsaku menurut daging dan dapat menyelamatkan beberapa orang dari mereka.
Sebab jika penolakan mereka berarti perdamaian bagi dunia, dapatkah penerimaan mereka mempunyai arti lain dari pada hidup dari antara orang mati? (Rm. 11:12-15).
Kalau bangsa-bangsa di luar Yahudi, juga menerima keselamatan, hal itu karena memang keselamatan disediakan bagi semua orang percaya π, baik orang Yahudi maupun non Yahudi.
Paulus sengaja mengangkat hal ini ke permukaan, supaya membangkitkan kecemburuan orang-orang Yahudi, kecemburuan tersebut diharapkan dapat membangkitkan keinginan menerima Yesus.
JBU
https://overcast.fm/+IqOC6vamo
Mereka memang memiliki standar hidup yang hanya seperti itu, dan Tuhan πmengizinkan atau memperkenankan demikian.
Tetapi setelah ada Injil, maka pola keberagamaan seperti itu harus ditinggalkan.
Mereka harus mengenakan Kekristenan yang diteladankan oleh Yesus Melakukan hukum Taurat diganti dengan melakukan hukum kasih.
Hukum kasih adalah pikiran, dan perasaan Tuhan π sendiri, sebab Allah kasih adanya. Percaya kepada Yahwe diganti dengan percaya kepada Pribadi Yesus yang memang adalah Yahwe sendiri, dengan mengikuti gaya hidup-Nya.
Percaya kepada Yesus berarti hidup seperti Dia hidup.
Jika tidak, berarti belum atau tidak percaya.
Kenyataannya dewasa ini, ada pengajaran yang memudahkan keselamatan terjadi atau berlangsung dalam hidup orang Kristen. Hal ini adalah sebuah penyesatan yang sangat membahayakan bagi orang Kristen π₯, mereka mengajarkan bahwa iman sejajar dengan pengaminan akali, dan menurut mereka yang sudah memiliki pengaminan akali tersebut, pasti sudah memiliki keselamatan atau masuk surga.
Mereka juga mengajarkan bahwa selama hidup di bumi ini, orang-orang tersebut pasti diberkati dengan pemenuhan kebutuhan jasmani dari kesembuhan, berkat materi dan lain sebagainya- dan nanti setelah mati, mereka berhak masuk ke dalam surga.
Ini adalah jalan keselamatan yang mudah. Jalan keselamatan yang mudah bukanlah ajaran Injil yang benar dan murni.
Pada dasarnya penolakan bangsa Israel atau sikap membantah yang sama dengan memberontak karena mereka mau membangun kebenarannya sendiri, yaitu kebenaran berdasarkan perbuatan (sesuai dengan hukum Taurat).
Paralel dengan hal ini, banyak orang Kristen mau membangun kebenarannya sendiri.
Mereka mau menjadi orang Kristen tanpa melepaskan percintaannya dengan dunia π ini.
Mereka berpikir, bahwa Tuhan tidak terganggu dengan gaya hidup yang menjadi standar mereka tersebut.
Kekristenan yang mereka kenakan seperti itu adalah Kekristenan yang palsu. Itulah Kekristenan yang telah dimodifikasi dan dikawinkan dengan semangat dan gairah zaman ini.
Jika hal tersebut berlangsung terus menerus, maka pada akhirnya mereka tidak akan dapat terlepas dari belenggu percintaan dunia, sehingga mereka tertawan oleh kuasa kegelapan sampai selamanya.
Walaupun mereka Kristen, mereka bisa termasuk orang yang terbuang ke dalam api kekal.
Meneguhkan penjelasan di atas, Paulus mengatakan: Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnya.
Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya, seperti ada tertulis: “Allah membuat mereka tidur nyenyak, memberikan mata untuk tidak melihat dan telinga untuk tidak mendengar, sampai kepada hari sekarang ini.”
Dan Daud berkata: “Biarlah jamuan mereka menjadi jerat dan perangkap, penyesatan dan pembalasan bagi mereka. Dan biarlah mata mereka menjadi gelap, sehingga mereka tidak melihat, dan buatlah punggung mereka terus-menerus membungkuk.” (Rm. 11:7-10).
Satu hal yang dikemukakan Paulus dalam teks ini adalah bahwa menolak Yesus π adalah sebuah pemberontakan atau yang sama dengan kejahatan. Dan orang yang dengan sengaja menolak Yesus, menjadi buta terhadap kebenaran.
Bagi orang-orang Kristen sekarang, harus diketahui bahwa belum tentu dengan menganut agama Kristen dan pergi ke gereja π, berarti seseorang sudah menerima Yesus dengan benar.
Kalau orang-orang Kristen seperti ini tidak mengikuti jalan Tuhan, yaitu hidup seperti yang ditunjukkan Tuhan atau hidup seperti Diri-Nya, maka berarti orang-orang Kristen tersebut sama dengan menolak Yesus.
Inilah orang-orang yang menerima agama Kristen, tetapi menolak Yesus.
Bisa dimengerti, kalau di akhir zaman nanti Tuhan menolak orang-orang yang mengaku sudah memercayai Dia.
Orang-orang yang ditolak oleh Yesus adalah orang-orang yang tidak melakukan kehendak Bapa.
Lebih tegas lagi Paulus mengemukakan bahwa pemberontakan dan penolakan seseorang kepada Yesus, bukan karena Allah π yang mengatur dan membuatnya demikian, tetapi karena kehendak bebas setiap individu. Dalam suratnya Paulus mengatakan: Maka aku bertanya:Adakah mereka tersandung dan harus jatuh? Sekali-kali tidak! Tetapi oleh pelanggaran mereka, keselamatan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain, supaya membuat mereka cemburu (Rm. 11:11).
Paulus menyatakan dalam tulisannya ini, bahwa mereka tidak harus jatuh, artinya mestinya mereka membangun integritas yang tinggi, sehingga tidak mudah digoyahkan oleh apa pun juga.
Allah π tidak dengan sengaja menentukan dan membuat mereka jatuh atau binasa. Tetapi karena mereka sendiri memilih untuk melanggar kehendak Allah.
Dengan demikian, sangatlah keliru kalau orang berpandangan bahwa Tuhan π yang menentukan sekelompok orang untuk selamat, dan yang lain tidak selamat. Keselamatan seseorang sangat tergantung dari respon masing-masing individu, bukan karena penentuan atau penetapan dari Allah.
Selanjutnya Paulus mengatakan: Sebab jika pelanggaran mereka berarti kekayaan bagi dunia, dan kekurangan mereka kekayaan bagi bangsa-bangsa lain, terlebih-lebih lagi kesempurnaan mereka. Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi.
Justru karena aku adalah rasul untuk bangsa-bangsa bukan Yahudi, aku menganggap hal itu kemuliaan pelayananku, yaitu kalau-kalau aku dapat membangkitkan cemburu di dalam hati kaum sebangsaku menurut daging dan dapat menyelamatkan beberapa orang dari mereka.
Sebab jika penolakan mereka berarti perdamaian bagi dunia, dapatkah penerimaan mereka mempunyai arti lain dari pada hidup dari antara orang mati? (Rm. 11:12-15).
Kalau bangsa-bangsa di luar Yahudi, juga menerima keselamatan, hal itu karena memang keselamatan disediakan bagi semua orang percaya π, baik orang Yahudi maupun non Yahudi.
Paulus sengaja mengangkat hal ini ke permukaan, supaya membangkitkan kecemburuan orang-orang Yahudi, kecemburuan tersebut diharapkan dapat membangkitkan keinginan menerima Yesus.
JBU
https://overcast.fm/+IqOC6vamo
Kamis, 26 Juli 2018
RH Truth Daily Enlightenment “MASIH ADA SISA-SISA ORANG SETIA” Pdt. Dr. Erastus Sabdono 27 Juli 2018
Roma 11 tidak dapat dipisahkan dari Roma 10. Untuk masuk ke Roma 11, kita harus memperhatikan Roma 10, khususnya di ayat-ayat terakhir.
Dalam Roma 10:20-21 tertulis: Dan dengan berani Yesaya mengatakan: “Aku telah berkenan ditemukan mereka yang tidak mencari Aku, Aku telah menampakkan diri kepada mereka yang tidak menanyakan Aku.”
Tetapi tentang Israel ia berkata: “Sepanjang hari Aku telah mengulurkan tangan-Ku kepada bangsa yang tidak taat dan yang membantah.”
Firman Tuhan mengatakan, bahwa Allah memberi Diri ditemukan oleh bangsa-bangsa di luar Israel yang tidak mencari Allah, karena memang mereka pada mulanya tidak mengenal Allah yang benar sama sekali.
Sementara itu, bangsa Israel terus menerus tidak taat dan memberontak kepada Allah yang selalu menolong mereka.
Kemudian Paulus mengatakan: Adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya? Sekali-kali tidak! Karena aku sendiri pun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin.
Allah π tidak menolak umat-Nya yang dipilih-Nya. Ataukah kamu tidak tahu, apa yang dikatakan Kitab Suci tentang Elia, waktu ia mengadukan Israel kepada Allah: “Tuhan, nabi-nabi-Mu telah mereka bunuh, mezbah-mezbah-Mu telah mereka runtuhkan; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku.
Tetapi bagaimanakah firman Allah kepadanya? “Aku masih meninggalkan tujuh ribu orang bagi-Ku, yang tidak pernah sujud menyembah Baal” (Rm. 11:1-4).
Paulus menjelaskan bahwa Allah tidak menolak umat-Nya.
Di antara sekian banyak umat Israel yang tidak taat dan memberontak kepada Allah, pada zaman Paulus masih ada orang-orang π₯yang percaya kepada Allah, untuk mengikuti jalan-Nya.
Paulus sendiri orang Yahudi, dan orang-orang percaya lainnya juga ada yang berasal dari bangsa Yahudi.
Mereka masih percaya kepada Tuhan π dan hidup di dalam Injil-Nya. Hal ini seperti pada zaman Elia, ketika hampir semua bangsa Israel menyembah berhala, yaitu menyembah dewa Baal.
Tidak ada seorang pun nabi yang benar.
Selain nabi-nabi telah dibunuh dan mezbah-mezbah Tuhan diruntuhkan, juga tidak ada lagi nabi yang menganjurkan kebenaran kepada umat Israel.
Semua nabi pada zaman itu adalah nabi-nabi palsu yang menyesatkan umat, agar umat menyembah baal.
Tetapi Tuhan π masih menyisakan seorang hamba Tuhan yang setia, yaitu Elia, seorang nabi yang benar.
Tuhan juga masih menyisakan tujuh ribu orang yang tidak menyembah Baal.
Kalau kebenaran ini diparalelkan dengan keadaan sekarang, di mana orang percaya dikepung di tengah-tengah manusia yang materialistis, tetapi orang percaya harus tetap berani berintegritas berdiri di jalan Tuhan.
Materialisme adalah penyembahan berhala, seperti orang-orang Irsael pada zaman Elia, menyembah dewa Baal. Pada zaman Elia, banyak nabi-nabi yang benar telah dibunuh.
Demikian pula hari ini, banyak hamba-hamba Tuhan yang dibunuh oleh semangat atau gairah materialisme dan berbagai pengaruh filosofi dunia π yang jahat.
Tidak banyak hamba Tuhan yang berani melawan arus, yaitu arus materialisme, yang juga menjadi berhala kehidupan banyak orang.
Tetapi Tuhan π pasti masih menyisakan hamba Tuhan yang berintegritas melawan pengaruh dunia yang sangat kuat, yaitu orang-orang yang berani berdiri di jalan Tuhan, walau untuk itu ia harus menderita.
Orang-orang yang berani berintegritas di zaman sekarang ini dapat digambarkan seperti orang “bunuh diri”.
Inilah yang dikatakan oleh Tuhan Yesus sebagai kehilangan nyawa.
Paulus mengatakan, bahwa inilah orang-orang yang mati bagi dunia dan hidup bagi kemuliaan Allah.
Orang-orang yang kehilangan nyawa tersebut adalah orang-orang yang tidak akan terbunuh oleh dunia ini, sebab ia sudah membunuh dirinya sendiri. Dengan demikian, ia dapat mempersembahkan hidup sepenuhnya secara benar kepada Tuhan.
Hanya orang yang kehilangan nyawa karena Yesus, yang bisa merasakan keindahan dan kesukaan di dalam Tuhan secara benar.
Tentu saja orang-orang seperti ini rela berbuat segala sesuatu, apa pun dan bagaimanapun untuk Tuhan.
Di aspek lain, orang percaya yang kehilangan nyawa karena Yesus, tidak akan merasa takut terhadap apa pun juga, kecuali kepada Tuhan.
Selanjutnya Paulus mengatakan: Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia (Rm. 11:5-6).
Kalau ayat ini tidak diperhatikan dengan teliti, maka dapat menimbulkan kesan, dan dapat membangun penafsiran yang salah, bahwa Allah π dengan sengaja hanya memilih orang-orang tertentu untuk diselamatkan.
Dengan demikian, menurut mereka, keselamatan terjadi hanya oleh karena penunjukan dan pemilihan Allah secara sepihak semata-mata.
Peran manusia π₯ tidak diperhitungkan sama sekali.
Dalam membaca Roma 11:5-6, pemikiran kita harus tetap dalam konteks sebagian besar bangsa Israel yang menolak Injil, agar kita tidak memahami secara keliru ayat tersebut.
Bangsa Israel menolak Injil, bukan karena rekayasa Tuhan, atau Tuhan π yang menetapkan.
Tetapi hal itu terjadi, disebabkan karena bangsa Israel sendiri yang berusaha membangun kebenarannya berdasarkan polanya, bukan karena kebenaran berdasarkan iman kepada Yesus Kristus (Rm. 9:30-32; 10:20-21).
Jika keadaan orang-orang Israel pada waktu itu dihubungkan dengan orang-orang Kristen π₯ hari ini, maka dapat diperoleh suatu bentuk yang paralel.
Orang-orang Israel berusaha untuk memperoleh keselamatan dengan cara melakukan hukum Taurat.
Dengan melakukan hukum Taurat, maka mereka diberkati selama hidup di bumi dan nanti kalau mati memperoleh tempat istirahat bersama dengan nenek moyangnya, suatu tempat semacam surga. Orang Kristen hari ini juga hidup dengan pola berpikir seperti anak-anak dunia, fokus hidup mereka masih pada kesenangan dunia π, pemenuhan kebutuhan jasmani dan segala kebanggaan lahiriah.
Pola keselamatan dengan cara seperti ini adalah pola keselamatan yang sangat mudah, jika dibanding dengan keselamatan dalam Yesus Kristus.
JBU
https://overcast.fm/+IqODoeVlo
Dalam Roma 10:20-21 tertulis: Dan dengan berani Yesaya mengatakan: “Aku telah berkenan ditemukan mereka yang tidak mencari Aku, Aku telah menampakkan diri kepada mereka yang tidak menanyakan Aku.”
Tetapi tentang Israel ia berkata: “Sepanjang hari Aku telah mengulurkan tangan-Ku kepada bangsa yang tidak taat dan yang membantah.”
Firman Tuhan mengatakan, bahwa Allah memberi Diri ditemukan oleh bangsa-bangsa di luar Israel yang tidak mencari Allah, karena memang mereka pada mulanya tidak mengenal Allah yang benar sama sekali.
Sementara itu, bangsa Israel terus menerus tidak taat dan memberontak kepada Allah yang selalu menolong mereka.
Kemudian Paulus mengatakan: Adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya? Sekali-kali tidak! Karena aku sendiri pun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin.
Allah π tidak menolak umat-Nya yang dipilih-Nya. Ataukah kamu tidak tahu, apa yang dikatakan Kitab Suci tentang Elia, waktu ia mengadukan Israel kepada Allah: “Tuhan, nabi-nabi-Mu telah mereka bunuh, mezbah-mezbah-Mu telah mereka runtuhkan; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku.
Tetapi bagaimanakah firman Allah kepadanya? “Aku masih meninggalkan tujuh ribu orang bagi-Ku, yang tidak pernah sujud menyembah Baal” (Rm. 11:1-4).
Paulus menjelaskan bahwa Allah tidak menolak umat-Nya.
Di antara sekian banyak umat Israel yang tidak taat dan memberontak kepada Allah, pada zaman Paulus masih ada orang-orang π₯yang percaya kepada Allah, untuk mengikuti jalan-Nya.
Paulus sendiri orang Yahudi, dan orang-orang percaya lainnya juga ada yang berasal dari bangsa Yahudi.
Mereka masih percaya kepada Tuhan π dan hidup di dalam Injil-Nya. Hal ini seperti pada zaman Elia, ketika hampir semua bangsa Israel menyembah berhala, yaitu menyembah dewa Baal.
Tidak ada seorang pun nabi yang benar.
Selain nabi-nabi telah dibunuh dan mezbah-mezbah Tuhan diruntuhkan, juga tidak ada lagi nabi yang menganjurkan kebenaran kepada umat Israel.
Semua nabi pada zaman itu adalah nabi-nabi palsu yang menyesatkan umat, agar umat menyembah baal.
Tetapi Tuhan π masih menyisakan seorang hamba Tuhan yang setia, yaitu Elia, seorang nabi yang benar.
Tuhan juga masih menyisakan tujuh ribu orang yang tidak menyembah Baal.
Kalau kebenaran ini diparalelkan dengan keadaan sekarang, di mana orang percaya dikepung di tengah-tengah manusia yang materialistis, tetapi orang percaya harus tetap berani berintegritas berdiri di jalan Tuhan.
Materialisme adalah penyembahan berhala, seperti orang-orang Irsael pada zaman Elia, menyembah dewa Baal. Pada zaman Elia, banyak nabi-nabi yang benar telah dibunuh.
Demikian pula hari ini, banyak hamba-hamba Tuhan yang dibunuh oleh semangat atau gairah materialisme dan berbagai pengaruh filosofi dunia π yang jahat.
Tidak banyak hamba Tuhan yang berani melawan arus, yaitu arus materialisme, yang juga menjadi berhala kehidupan banyak orang.
Tetapi Tuhan π pasti masih menyisakan hamba Tuhan yang berintegritas melawan pengaruh dunia yang sangat kuat, yaitu orang-orang yang berani berdiri di jalan Tuhan, walau untuk itu ia harus menderita.
Orang-orang yang berani berintegritas di zaman sekarang ini dapat digambarkan seperti orang “bunuh diri”.
Inilah yang dikatakan oleh Tuhan Yesus sebagai kehilangan nyawa.
Paulus mengatakan, bahwa inilah orang-orang yang mati bagi dunia dan hidup bagi kemuliaan Allah.
Orang-orang yang kehilangan nyawa tersebut adalah orang-orang yang tidak akan terbunuh oleh dunia ini, sebab ia sudah membunuh dirinya sendiri. Dengan demikian, ia dapat mempersembahkan hidup sepenuhnya secara benar kepada Tuhan.
Hanya orang yang kehilangan nyawa karena Yesus, yang bisa merasakan keindahan dan kesukaan di dalam Tuhan secara benar.
Tentu saja orang-orang seperti ini rela berbuat segala sesuatu, apa pun dan bagaimanapun untuk Tuhan.
Di aspek lain, orang percaya yang kehilangan nyawa karena Yesus, tidak akan merasa takut terhadap apa pun juga, kecuali kepada Tuhan.
Selanjutnya Paulus mengatakan: Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia (Rm. 11:5-6).
Kalau ayat ini tidak diperhatikan dengan teliti, maka dapat menimbulkan kesan, dan dapat membangun penafsiran yang salah, bahwa Allah π dengan sengaja hanya memilih orang-orang tertentu untuk diselamatkan.
Dengan demikian, menurut mereka, keselamatan terjadi hanya oleh karena penunjukan dan pemilihan Allah secara sepihak semata-mata.
Peran manusia π₯ tidak diperhitungkan sama sekali.
Dalam membaca Roma 11:5-6, pemikiran kita harus tetap dalam konteks sebagian besar bangsa Israel yang menolak Injil, agar kita tidak memahami secara keliru ayat tersebut.
Bangsa Israel menolak Injil, bukan karena rekayasa Tuhan, atau Tuhan π yang menetapkan.
Tetapi hal itu terjadi, disebabkan karena bangsa Israel sendiri yang berusaha membangun kebenarannya berdasarkan polanya, bukan karena kebenaran berdasarkan iman kepada Yesus Kristus (Rm. 9:30-32; 10:20-21).
Jika keadaan orang-orang Israel pada waktu itu dihubungkan dengan orang-orang Kristen π₯ hari ini, maka dapat diperoleh suatu bentuk yang paralel.
Orang-orang Israel berusaha untuk memperoleh keselamatan dengan cara melakukan hukum Taurat.
Dengan melakukan hukum Taurat, maka mereka diberkati selama hidup di bumi dan nanti kalau mati memperoleh tempat istirahat bersama dengan nenek moyangnya, suatu tempat semacam surga. Orang Kristen hari ini juga hidup dengan pola berpikir seperti anak-anak dunia, fokus hidup mereka masih pada kesenangan dunia π, pemenuhan kebutuhan jasmani dan segala kebanggaan lahiriah.
Pola keselamatan dengan cara seperti ini adalah pola keselamatan yang sangat mudah, jika dibanding dengan keselamatan dalam Yesus Kristus.
JBU
https://overcast.fm/+IqODoeVlo
Rabu, 25 Juli 2018
RH Truth Daily Enlightenment “BERPALING KEPADA BANGSA LAIN” Pdt. Dr. Erastus Sabdono 26 Juli 2018
Hasil dari pemberitaan Firman yang dilakukan oleh orang-orang percaya di abad pertama tersebut, adalah jiwa-jiwa yang benar-benar diselamatkan, yaitu orang-orang yang bersedia patuh terhadap Injil.
Mereka benar-benar bersedia memenuhi tuntutan dan tuntunan Injil, sehingga mereka juga rela kehilangan harta, keluarga, dan nyawa mereka sendiri. Orang-orang π₯ yang menerima Injil tersebut mengikuti pola hidup dari para pemberita Injil yang juga patuh terhadap Injil, dan yang bersedia hidup dalam tuntutan dan tuntunan Injil.
Dalam kondisi yang sangat krisis, di mana orang percaya hidup dalam aniaya yang hebat, mereka sulit mengembangkan suatu teologi, selain teologi yang diajarkan oleh Tuhan Yesus π
Dari Roma 10:17 kita peroleh pelajaran rohani, pada akhirnya pemberitaan Firman yang benar adalah pemberitaan Firman yang hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang diurapi.
Zaman sekarang, semua orang bisa dengan mudah berkhotbah.
Kuliah 4 tahun sudah bisa menjadi pengkhotbah yang cakap, apalagi kalau sudah bergelar Master Teologi atau Doktor Teologi.
Tetapi pada zaman Roma, ketika Paulus masih hidup, hanya orang-orang yang berani mempertaruhkan hidupnya tanpa batas serta memperagakan kehidupan Yesus π yang dapat memberitakan Injil.
Itulah sebabnya jelas sekali, hanya orang-orang yang diurapi (seperti Kristus) yang menjadi saksi yang efektif bagi Tuhan.
Segala sesuatu yang didengar oleh orang-orang yang belum mengenal Injil adalah segala sesuatu yang diajarkan oleh Tuhan Yesus π dan yang sudah barang tentu diperagakan oleh mereka.
Jadi, orang-orang kafir atau orang yang tidak mengenal Allah π, bisa menjadi percaya dengan mematuhi tuntutan dan tuntunan Injil, sehingga mereka juga bisa memiliki kehidupan seperti yang diperagakan oleh Tuhan Yesus, karena mendengar yang diajarkan dan diperagakan oleh orang-orang percaya yang menjadi saksi (Rm. 10:14-16).
Dengan demikian, iman orang pada waktu itutimbul dari pemberitaan orang-orang yang diurapi oleh Tuhan π
Hal ini bertalian dan diteguhkan oleh ayat-ayat sebelumnya, misalnya dari Roma 10:14-15 Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia.
Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!”
Selanjutnya Paulus menulis: Tetapi aku bertanya:Adakah mereka tidak mendengarnya? Memang mereka telah mendengarnya: “Suara mereka sampai ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi (Rm. 10:18).
Tidak ada alasan orang mengatakan bahwa dirinya tidak mendengar Firman Kristus, sebab Firman diperdengarakan sampai ke ujung bumi π
Memang pada dasarnya mereka tidak mau mematuhi Injil, maka mereka menolaknya. Perhatian mereka hanya kepada kesenangan duniawi, maka mereka tidak dapat patuh terhadap Injil atau tidak bersedia hidup dalam tuntutan dan tuntunan Injil, sehingga mereka tidak memiliki kehidupan yang berpadanan dengan Injil.
Itulah sebabnya Paulus mengatakan : Tetapi aku bertanya: Adakah Israel menanggapnya? Pertama-tama Musa berkata: “Aku menjadikan kamu cemburu terhadap orang-orang yang bukan umat dan membangkitkan amarahmu terhadap bangsa yang bebal.” (Rm. 10:19).
Karena bangsa Israel menolak Injil, maka Allah π berpaling kepada bangsa-bangsa lain.
Dalam hal ini jelas dikatakan dalam Roma 10:20-21: Dan dengan berani Yesaya mengatakan: “Aku telah berkenan ditemukan mereka yang tidak mencari Aku, Aku telah menampakkan diri kepada mereka yang tidak menanyakan Aku.”
Tetapi tentang Israel ia berkata: “Sepanjang hari Aku telah mengulurkan tangan-Ku kepada bangsa yang tidak taat dan yang membantah.” Tuhan tidak memaksa seseorang menerima Injil dengan benar atau menolaknya.
Kalau menolak Injil, sudah pasti Tuhan membuang orang-orang yang menolak Injil, tetapi Tuhan memulihkan kehidupan orang yang mau menerima Injil, artinya bersedia patuh kepada Injil dengan memenuhi tuntutan dan tuntunan Injil.
Dari penjelasan di atas ini kita memperoleh kebenaran, bahwa Tuhan π mengasihi semua bangsa.
Ketika bangsa Israel yang merasa sebagai umat pilihan Elohim Yahwe, dan merasa tetap akan terus sebagai umat kesayangan Elohim, menolak jalan keselamatan, maka Elohim Yahwe akan menolak mereka sebagai umat pilihan.
Kalau umat pilihan keturunan Abraham bisa ditolak, apalagi bangsa-bangsa lain yang bukan orang Israel? Kalau bangsa-bangsa non Yahudi diberi kesempatan untuk menjadi umat pilihan, tetapi menolak tunduk kepada kehendak Tuhan π, maka mereka akan ditolak atau dibuang.
JBU
https://overcast.fm/+IqOAIxOYk
Mereka benar-benar bersedia memenuhi tuntutan dan tuntunan Injil, sehingga mereka juga rela kehilangan harta, keluarga, dan nyawa mereka sendiri. Orang-orang π₯ yang menerima Injil tersebut mengikuti pola hidup dari para pemberita Injil yang juga patuh terhadap Injil, dan yang bersedia hidup dalam tuntutan dan tuntunan Injil.
Dalam kondisi yang sangat krisis, di mana orang percaya hidup dalam aniaya yang hebat, mereka sulit mengembangkan suatu teologi, selain teologi yang diajarkan oleh Tuhan Yesus π
Dari Roma 10:17 kita peroleh pelajaran rohani, pada akhirnya pemberitaan Firman yang benar adalah pemberitaan Firman yang hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang diurapi.
Zaman sekarang, semua orang bisa dengan mudah berkhotbah.
Kuliah 4 tahun sudah bisa menjadi pengkhotbah yang cakap, apalagi kalau sudah bergelar Master Teologi atau Doktor Teologi.
Tetapi pada zaman Roma, ketika Paulus masih hidup, hanya orang-orang yang berani mempertaruhkan hidupnya tanpa batas serta memperagakan kehidupan Yesus π yang dapat memberitakan Injil.
Itulah sebabnya jelas sekali, hanya orang-orang yang diurapi (seperti Kristus) yang menjadi saksi yang efektif bagi Tuhan.
Segala sesuatu yang didengar oleh orang-orang yang belum mengenal Injil adalah segala sesuatu yang diajarkan oleh Tuhan Yesus π dan yang sudah barang tentu diperagakan oleh mereka.
Jadi, orang-orang kafir atau orang yang tidak mengenal Allah π, bisa menjadi percaya dengan mematuhi tuntutan dan tuntunan Injil, sehingga mereka juga bisa memiliki kehidupan seperti yang diperagakan oleh Tuhan Yesus, karena mendengar yang diajarkan dan diperagakan oleh orang-orang percaya yang menjadi saksi (Rm. 10:14-16).
Dengan demikian, iman orang pada waktu itutimbul dari pemberitaan orang-orang yang diurapi oleh Tuhan π
Hal ini bertalian dan diteguhkan oleh ayat-ayat sebelumnya, misalnya dari Roma 10:14-15 Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia.
Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!”
Selanjutnya Paulus menulis: Tetapi aku bertanya:Adakah mereka tidak mendengarnya? Memang mereka telah mendengarnya: “Suara mereka sampai ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi (Rm. 10:18).
Tidak ada alasan orang mengatakan bahwa dirinya tidak mendengar Firman Kristus, sebab Firman diperdengarakan sampai ke ujung bumi π
Memang pada dasarnya mereka tidak mau mematuhi Injil, maka mereka menolaknya. Perhatian mereka hanya kepada kesenangan duniawi, maka mereka tidak dapat patuh terhadap Injil atau tidak bersedia hidup dalam tuntutan dan tuntunan Injil, sehingga mereka tidak memiliki kehidupan yang berpadanan dengan Injil.
Itulah sebabnya Paulus mengatakan : Tetapi aku bertanya: Adakah Israel menanggapnya? Pertama-tama Musa berkata: “Aku menjadikan kamu cemburu terhadap orang-orang yang bukan umat dan membangkitkan amarahmu terhadap bangsa yang bebal.” (Rm. 10:19).
Karena bangsa Israel menolak Injil, maka Allah π berpaling kepada bangsa-bangsa lain.
Dalam hal ini jelas dikatakan dalam Roma 10:20-21: Dan dengan berani Yesaya mengatakan: “Aku telah berkenan ditemukan mereka yang tidak mencari Aku, Aku telah menampakkan diri kepada mereka yang tidak menanyakan Aku.”
Tetapi tentang Israel ia berkata: “Sepanjang hari Aku telah mengulurkan tangan-Ku kepada bangsa yang tidak taat dan yang membantah.” Tuhan tidak memaksa seseorang menerima Injil dengan benar atau menolaknya.
Kalau menolak Injil, sudah pasti Tuhan membuang orang-orang yang menolak Injil, tetapi Tuhan memulihkan kehidupan orang yang mau menerima Injil, artinya bersedia patuh kepada Injil dengan memenuhi tuntutan dan tuntunan Injil.
Dari penjelasan di atas ini kita memperoleh kebenaran, bahwa Tuhan π mengasihi semua bangsa.
Ketika bangsa Israel yang merasa sebagai umat pilihan Elohim Yahwe, dan merasa tetap akan terus sebagai umat kesayangan Elohim, menolak jalan keselamatan, maka Elohim Yahwe akan menolak mereka sebagai umat pilihan.
Kalau umat pilihan keturunan Abraham bisa ditolak, apalagi bangsa-bangsa lain yang bukan orang Israel? Kalau bangsa-bangsa non Yahudi diberi kesempatan untuk menjadi umat pilihan, tetapi menolak tunduk kepada kehendak Tuhan π, maka mereka akan ditolak atau dibuang.
JBU
https://overcast.fm/+IqOAIxOYk
Selasa, 24 Juli 2018
RH Truth Daily Enlightenment “LOGOS DAN REMA” Pdt. Dr. Erastus Sabdono 25 Juli 2018
Dalam Roma 10:17, terdapat kalimat yang sangat populer dan sangat penting bagi orang percaya.
Kalimat itu adalah: Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.
Kata “jadi”, menunjuk atau adanya hubungan dengan ayat atau kalimat sebelumnya.
Kalimat sebelumnya berbicara mengenai percaya kepada Yesus π, yang membawa kepada pemulihan dalam kehidupan orang-orang yang patuh kepada Injil dan yang berani menderita karena Injil.
Dengan demikian, orang-orang percaya yang memberitakan Injil, memberitakan bukan hanya dengan perkataan, tetapi dengan perbuatan dan keadaan konkret.
Kehidupan orang percaya π₯ seperti itu adalah kehidupan seorang saksi Kristus, memenuhi yang diamanatkan Tuhan Yesus sebelum kenaikan-Nya (Kis. 1:8).
Seorang saksi Kristus harus menyatakan kehidupan Tuhan atau Guru yang disaksikan dalam hidupnya, bukan hanya di dalam perkataannya.
Harus diingat pada waktu itu, Alkitab Perjanjian Baru belum terbentuk.
Injil yang tertulis belum lengkap menjadi satu kesatuan.
Bahkan yang pasti Injil Yohanes belum ditulis, atau mungkin juga Injil yang lain.
Injil disampaikan secara lisan dengan perkataan dan perbuatan.
Perkataan mengenai apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus π, dan perbuatan memenuhi yang diajarkan Injil itulah yang didengar dan dilihat oleh orang-orang.
Orang bisa mematuhi isi Injil atau beriman karena mendengar apa yang dikatakan, dan melihat apa yang diperagakan oleh orang percaya, di dalamnya termasuk Paulus sebagai saksinya.
Itulah sebabnya dikatakan bahwa iman timbul dari pendengaran.
Kata “iman” dalam teks ini adalah pistis (Οα½·ΟΟΞΉΟ), kata kerjanya adalah piesteuoo(ΟΞΉΟΟΞ΅α½»Ο), yang artinya menyerahkan diri kepada obyek yang dipercaya.
Adapun kata “pendengaran” adalah akoe (αΌΞΊΞΏα½΅) yang berarti “sesuatu yang didengar, dikhotbahkan, dan dilaporkan”.
Kehidupan orang percaya yang menjadi saksi adalah kehidupan yang memperdengarkan, mengkhotbahkan, atau melaporkan apa yang mereka ketahui dan mereka lihat.
Tentulah mereka yang menjadi saksi, bukan hanya menyajikan perkataan yang diperdengarkan atau dikhotbahkan, tetapi juga menunjukkan hidup yang menjadi kesaksian bagi semua orang.
Pendengaran oleh Firman Kristus π
Ada hal-hal yang menarik dari kalimat dalam ayat ini.
Dalam teks aslinya dalam salah satu terjemahan bahasa Yunani berbunyi : Ara he pistis eks akoes, he de akoe dia rhematos Khristos(αΌΟΞ± αΌ‘ Οα½·ΟΟΞΉΟ αΌΞΎ αΌΞΊΞΏαΏΟ, αΌ‘ Ξ΄α½² αΌΞΊΞΏα½΄ διὰ αΏ₯ὡμαΟΞΏΟ Ξ§ΟΞΉΟΟΞΏαΏ¦).
Dalam terjemahan bahasa Yunani versi lain diterjemahkan: Ara he pistis eks akoes, he de akoe dia rhematos theou (αΌΟΞ± αΌ‘ Οα½·ΟΟΞΉΟ αΌΞΎ αΌΞΊΞΏαΏΟ, αΌ‘ Ξ΄α½² αΌΞΊΞΏα½΄ διὰ αΏ₯ὡμαΟΞΏΟ ΞΈΞ΅ΞΏαΏ¦).
Salah satu terjemahan menggunakan kata Firman Kristus, tetapi di terjemahan lain menggunakan kata Firman Theos.
Bagaimana memecahkan masalah ini ?
Kita mulai dulu dengan memecahkan pengertian kata Firman.
Kata Firman dalam ayat ini adalah Rhema, bukan Logos.
Logos yang terkait atau dalam konteks suara Tuhan, adalah Firman dalam pengertian pengetahuan atau filosofi. Sedangkan Rhema adalah Firman dalam pengertian suara Tuhan yang diterima dalam suatu situasi konkret.
Kata “Kristou” dari salah satu terjemahan bahasa Yunani (versi pertama) artinya yang diurapi.
Kata Kristus menunjuk kepada sosok Pribadi yang diurapi.
Kata Kristus dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris menggunakan huruf besar, tetapi dalam teks aslinya tidak ada perbedaan.
Jadi, tidak tertutup kemungkinan, kata Kristus menunjuk kepada Pribadi Kristus π, tetapi juga tidak tertutup kemungkinan menunjuk orang-orang yang diurapi yang menyampaikan Firman Theos dari Rhema yang diperoleh dari Tuhan Yesus.
Mengapa Roma 10:17 tidak menggunakan kata Logos? Sebab Logos adalah pengetahuan yang berasal atau dimiliki oleh Tuhan.
Allah Anak atau Yesuslah Sang Logos. Rhema dalam Roma 10:17 adalah suara Tuhan atas “orang-orang yang diurapi”, yang kemudian disampaikan kepada bangsa-bangsa kafir atau orang -orang tidak mengenal Allah. Harus diingat bahwa pemberitaan Firman (Rhema) oleh para rasul atau orang Kristen mula-mula adalah pemberitaan Firman secara lisan, bukan tertulis, sebab Alkitab Perjanjian Baru belum terbentuk.
Mereka tidak memiliki doktrin teologi dan kajian ilmu teologi seperti yang dimiliki banyak pendeta hari ini.
Mereka tidak memiliki pendidikan Sekolah Tinggi Teologi dengan perpustakaan-perpustakaan yang besar. Tetapi mereka memiliki perjumpaan dengan Tuhan π, sehingga mereka memiliki Rhema.
Firman Tuhan dalam Matius 10:19 dapat digenapi dengan penuh (Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga).
Dalam hal ini Roh Kudus selalu memberi perkataan (Rhema) di dalam pikiran orang percaya.
Orang-orang kafir atau orang-orang yang tidak mengenal Allah π belum bisa menerima atau memiliki Rhema, hanya orang yang diurapi yang memiliki Rhema.
Iman timbul dari pendengaran, artinya orang kafir bisa memiliki iman karena menyaksikan kehidupan orang percaya yang benar dan pemberitaan Firman secara lisan yang memuat suara Tuhan (Rhema) yang telah para pemberita Firman terima dari Tuhan.
Dengan demikian, idealnya, hanya orang-orang yang telah memperagakan kehidupan Yesus π sehingga menerima Rhema dari Tuhan- yang efektif menjadi pemberita Injil.
JBU
https://overcast.fm/+IqOB1xV_A
Kalimat itu adalah: Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.
Kata “jadi”, menunjuk atau adanya hubungan dengan ayat atau kalimat sebelumnya.
Kalimat sebelumnya berbicara mengenai percaya kepada Yesus π, yang membawa kepada pemulihan dalam kehidupan orang-orang yang patuh kepada Injil dan yang berani menderita karena Injil.
Dengan demikian, orang-orang percaya yang memberitakan Injil, memberitakan bukan hanya dengan perkataan, tetapi dengan perbuatan dan keadaan konkret.
Kehidupan orang percaya π₯ seperti itu adalah kehidupan seorang saksi Kristus, memenuhi yang diamanatkan Tuhan Yesus sebelum kenaikan-Nya (Kis. 1:8).
Seorang saksi Kristus harus menyatakan kehidupan Tuhan atau Guru yang disaksikan dalam hidupnya, bukan hanya di dalam perkataannya.
Harus diingat pada waktu itu, Alkitab Perjanjian Baru belum terbentuk.
Injil yang tertulis belum lengkap menjadi satu kesatuan.
Bahkan yang pasti Injil Yohanes belum ditulis, atau mungkin juga Injil yang lain.
Injil disampaikan secara lisan dengan perkataan dan perbuatan.
Perkataan mengenai apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus π, dan perbuatan memenuhi yang diajarkan Injil itulah yang didengar dan dilihat oleh orang-orang.
Orang bisa mematuhi isi Injil atau beriman karena mendengar apa yang dikatakan, dan melihat apa yang diperagakan oleh orang percaya, di dalamnya termasuk Paulus sebagai saksinya.
Itulah sebabnya dikatakan bahwa iman timbul dari pendengaran.
Kata “iman” dalam teks ini adalah pistis (Οα½·ΟΟΞΉΟ), kata kerjanya adalah piesteuoo(ΟΞΉΟΟΞ΅α½»Ο), yang artinya menyerahkan diri kepada obyek yang dipercaya.
Adapun kata “pendengaran” adalah akoe (αΌΞΊΞΏα½΅) yang berarti “sesuatu yang didengar, dikhotbahkan, dan dilaporkan”.
Kehidupan orang percaya yang menjadi saksi adalah kehidupan yang memperdengarkan, mengkhotbahkan, atau melaporkan apa yang mereka ketahui dan mereka lihat.
Tentulah mereka yang menjadi saksi, bukan hanya menyajikan perkataan yang diperdengarkan atau dikhotbahkan, tetapi juga menunjukkan hidup yang menjadi kesaksian bagi semua orang.
Pendengaran oleh Firman Kristus π
Ada hal-hal yang menarik dari kalimat dalam ayat ini.
Dalam teks aslinya dalam salah satu terjemahan bahasa Yunani berbunyi : Ara he pistis eks akoes, he de akoe dia rhematos Khristos(αΌΟΞ± αΌ‘ Οα½·ΟΟΞΉΟ αΌΞΎ αΌΞΊΞΏαΏΟ, αΌ‘ Ξ΄α½² αΌΞΊΞΏα½΄ διὰ αΏ₯ὡμαΟΞΏΟ Ξ§ΟΞΉΟΟΞΏαΏ¦).
Dalam terjemahan bahasa Yunani versi lain diterjemahkan: Ara he pistis eks akoes, he de akoe dia rhematos theou (αΌΟΞ± αΌ‘ Οα½·ΟΟΞΉΟ αΌΞΎ αΌΞΊΞΏαΏΟ, αΌ‘ Ξ΄α½² αΌΞΊΞΏα½΄ διὰ αΏ₯ὡμαΟΞΏΟ ΞΈΞ΅ΞΏαΏ¦).
Salah satu terjemahan menggunakan kata Firman Kristus, tetapi di terjemahan lain menggunakan kata Firman Theos.
Bagaimana memecahkan masalah ini ?
Kita mulai dulu dengan memecahkan pengertian kata Firman.
Kata Firman dalam ayat ini adalah Rhema, bukan Logos.
Logos yang terkait atau dalam konteks suara Tuhan, adalah Firman dalam pengertian pengetahuan atau filosofi. Sedangkan Rhema adalah Firman dalam pengertian suara Tuhan yang diterima dalam suatu situasi konkret.
Kata “Kristou” dari salah satu terjemahan bahasa Yunani (versi pertama) artinya yang diurapi.
Kata Kristus menunjuk kepada sosok Pribadi yang diurapi.
Kata Kristus dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris menggunakan huruf besar, tetapi dalam teks aslinya tidak ada perbedaan.
Jadi, tidak tertutup kemungkinan, kata Kristus menunjuk kepada Pribadi Kristus π, tetapi juga tidak tertutup kemungkinan menunjuk orang-orang yang diurapi yang menyampaikan Firman Theos dari Rhema yang diperoleh dari Tuhan Yesus.
Mengapa Roma 10:17 tidak menggunakan kata Logos? Sebab Logos adalah pengetahuan yang berasal atau dimiliki oleh Tuhan.
Allah Anak atau Yesuslah Sang Logos. Rhema dalam Roma 10:17 adalah suara Tuhan atas “orang-orang yang diurapi”, yang kemudian disampaikan kepada bangsa-bangsa kafir atau orang -orang tidak mengenal Allah. Harus diingat bahwa pemberitaan Firman (Rhema) oleh para rasul atau orang Kristen mula-mula adalah pemberitaan Firman secara lisan, bukan tertulis, sebab Alkitab Perjanjian Baru belum terbentuk.
Mereka tidak memiliki doktrin teologi dan kajian ilmu teologi seperti yang dimiliki banyak pendeta hari ini.
Mereka tidak memiliki pendidikan Sekolah Tinggi Teologi dengan perpustakaan-perpustakaan yang besar. Tetapi mereka memiliki perjumpaan dengan Tuhan π, sehingga mereka memiliki Rhema.
Firman Tuhan dalam Matius 10:19 dapat digenapi dengan penuh (Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga).
Dalam hal ini Roh Kudus selalu memberi perkataan (Rhema) di dalam pikiran orang percaya.
Orang-orang kafir atau orang-orang yang tidak mengenal Allah π belum bisa menerima atau memiliki Rhema, hanya orang yang diurapi yang memiliki Rhema.
Iman timbul dari pendengaran, artinya orang kafir bisa memiliki iman karena menyaksikan kehidupan orang percaya yang benar dan pemberitaan Firman secara lisan yang memuat suara Tuhan (Rhema) yang telah para pemberita Firman terima dari Tuhan.
Dengan demikian, idealnya, hanya orang-orang yang telah memperagakan kehidupan Yesus π sehingga menerima Rhema dari Tuhan- yang efektif menjadi pemberita Injil.
JBU
https://overcast.fm/+IqOB1xV_A
Senin, 23 Juli 2018
RH Truth Daily Enlightenment “BERPADANAN DENGAN INJIL” Pdt. Dr. Erastus Sabdono 24 Juli 2018
Dalam Roma 10:16 Firman Tuhan tertulis: Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri berkata: “Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?” Kata “menerima” dalam teks aslinya adalah hupekousan(α½ΟὡκοΟ
ΟΞ±Ξ½), dari akar kata hupakuoo (α½ΟΞ±ΞΊΞΏα½»Ο), yang sebenarnya artinya adalah mematuhi (obey) dan mengikuti (follow).
Dalam pemberitaan Firman yang disampaikan oleh Paulus, ternyata ada atau bisa banyak orang π₯ yang tidak menerima kabar baik, atau yang sama dengan menolak Injil.
Tidak menerima kabar baikberarti “tidak patuh” terhadap Injil.
Pada zaman Paulus, Paulus merasa dan melihat betapa sulitnya orang menerima Injil.
Hal ini, bukan hanya terjadi pada orang-orang yang jelas-jelas menentang Injil atau melawan dan mengadakan perlawanan terhadap Injil, yang mengakibatkan penderitaan orang-orang Kristen.
Tetapi juga terjadi pada orang-orang yang tidak secara langsung melawan atau menentang Injil, mereka yang berkeadaan seakan-akan tidak menolak Injil, tetapi sebenarnya mereka tidak mematuhi Injil.
Tidak mematuhi Injil artinya tidak hidup sesuai dengan tuntutan, dan tuntunan Injil atau tidak mengikuti (follow) jalan yang Injil tunjukkan.
Hal ini sebenarnya berarti juga penolakan terhadap Injil. Jadi, penolakan terhadap Injil, bukan hanya dilakukan oleh mereka yang menentang Injil, tetapi juga terjadi atas orang-orang Kristen yang tidak all out atau sepenuh hati hidup bagi Tuhan π dengan memenuhi tuntutandan tuntunan Injil.
Sekilas mereka kelihatan menjadi orang Kristen yang menerima Injil, padahal sebenarnya mereka menolak Injil. Hal ini dibuktikan dengan kehidupan mereka yang tidak patuh terhadap Injil. Mereka tidak bersedia memenuhi tuntutan dan tuntunan Injil.
Dari tulisan Paulus ini, kita memperoleh pelajaran rohani bahwa menerima Injil bukan sesuatu yang sederhana.
Penerimaan terhadap Injil harus disertai dengan “kepatuhan terhadap Injil”, sebab Injil memiliki tuntutan yang harus dipenuhi.
Injil bukan sekadar dipercayai di dalam nalar atau pikiran, tetapi dipahami isinya dan dituruti tuntutan dan tuntunannya. Inilah yang disebut sebagai mematuhi (obey) Injil.
Itulah sebabnya dalam surat yang ditulis Paulus kepada jemaat Filipi, Paulus mengatakan agar hidup orang percaya berpadanan dengan Injil (Flp. 1:27, Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus… Kata “berpadanan” dalam teks aslinya adalah aksios (αΌΞΎα½·ΟΟ).
Kata ini juga berarti cocok (suitably)dan pantas atau layak (worthily).
Orang percaya π₯ harus bersikap benar terhadap Injil, agar layak sebagai orang yang mengaku telah menerima Injil. Demikianlah, Injil bukan hanya menjadi berita, tetapi menjadi peragaan orang yang benar-benar telah menerima Injil.
Hal tersebut dapat dilihat dan dirasakan orang lain. Orang-orang yang menerima Injil atau mematuhi (obey) Injil adalah orang-orang yang pasti memiliki kehidupan seperti Yesus. Mereka bisa berkata : Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku.
Mereka inilah yang dapat menjadi saksi Kristus π dengan efektif dan memiliki kehidupan yang diurapi seperti Yesus Kristus.
Tidak menerima Injil sama dengan tidak percaya secara benar.
Hal ini dikemukakan Paulus, ketika Paulus menghubungkan penolakan orang pada zamannya dengan orang-orang Israel pada zaman Yesaya.
Dalam hal ini ada benang merah yang dapat kita temukan.
Pada zaman Yesaya, keadaan bangsa Israel sedang terpuruk.
Tuhan π berulang-ulang memberi peringatan agar bangsa Israel kembali kepada Tuhan, agar Tuhan dapat memulihkan kembali keadaan hidup mereka, tetapi bangsa Israel menolaknya. Pada akhirnya bangsa Israel mengalami keterpurukan, dan mereka menjadi bangsa yang ditaklukkan musuh serta hidup dalam pembuangan.
Hal ini sejajar dengan keadaan manusia π₯ pada zaman Paulus, banyak orang tidak mau percaya kepada Yesus.
Padahal Tuhan hendak memulihkan hidup mereka. Dalam hal ini, sebenarnya, tidak percaya pada dasarnya sama dengan menolak untuk dipulihkan versi Tuhan.
Akibat dari tidak menerima Injil atau tidak patuh terhadap Injil, maka akan mengalami kebinasaan.
Sangat penting untuk memahami dengan benar apa yang dimaksud dengan “dipulihkan” dalam konteks ini. Kalau kehidupan bangsa Israel mengalami pemulihan, ini berbicara mengenai pemulihan kehidupan jasmani, ekonomi, dan politik.
Tetapi pemulihan dalam zaman Perjanjian Baru bagi yang percaya kepada Tuhan Yesus π adalah pemulihan yang bersifat rohani, yaitu hal yang menyangkut dikembalikannya manusia ke rancangan Allah semula, dan kehidupan yang dilayakkan untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga.
Jika tidak, maka orang tersebut binasa ke dalam api kekal.
Kehidupan manusia di zaman Perjanjian Baru, ketika keselamatan dalam Yesus Kristus disediakan, fokus pemulihan kehidupan berbeda dengan fokus kehidupan umat Perjanjian Lama.
Gereja π yang menyamakan hal tersebut, yaitu seakan-akan Injil memiliki fokus pada pemulihan kehidupan jasmani seperti kepada bangsa Israel, adalah ajaran yang bertentangan dengan Injil yang murni, yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.
Kesalahan ini bisa memarkir hati dan pikiran jemaat masih di dunia π sehingga tidak bisa dipindahkan ke Kerajaan Surga.
Untuk memperoleh kebenaran yang murni dari Roma 10:16 ini, kita harus memahami bahwa “tindakan percaya” orang-orang percaya pada zaman surat Roma ditulis, tidaklah sama dengan tindakan percaya orang Kristen pada zaman kita sekarang.
Pada waktu itu, kalau seseorang berani mengaku percaya kepada Yesus, pertaruhannya adalah harta, keluarga, dan nyawa mereka.
Mereka π₯ harus berani kehilangan semuanya. Jadi, percaya kepada Yesus tidak bisa hanya dengan pikiran, tetapi harus dideklarasikan di depan umum dengan segala resiko dan konsekuensinya.
Konsekuensinya adalah kemiskinan, pengucilan, aniaya, dan kematian. Dengan demikian isi percaya seseorang pada zaman itu adalah tindakan yang nyata, dan dampak dari percayanya tersebut. Dalam hal ini percaya seseorang pada zaman itu, sangat bisa dibuktikan, dan orang lain bisa melihat serta merasakannya.
JBU
https://overcast.fm/+IqOCSXa24
Dalam pemberitaan Firman yang disampaikan oleh Paulus, ternyata ada atau bisa banyak orang π₯ yang tidak menerima kabar baik, atau yang sama dengan menolak Injil.
Tidak menerima kabar baikberarti “tidak patuh” terhadap Injil.
Pada zaman Paulus, Paulus merasa dan melihat betapa sulitnya orang menerima Injil.
Hal ini, bukan hanya terjadi pada orang-orang yang jelas-jelas menentang Injil atau melawan dan mengadakan perlawanan terhadap Injil, yang mengakibatkan penderitaan orang-orang Kristen.
Tetapi juga terjadi pada orang-orang yang tidak secara langsung melawan atau menentang Injil, mereka yang berkeadaan seakan-akan tidak menolak Injil, tetapi sebenarnya mereka tidak mematuhi Injil.
Tidak mematuhi Injil artinya tidak hidup sesuai dengan tuntutan, dan tuntunan Injil atau tidak mengikuti (follow) jalan yang Injil tunjukkan.
Hal ini sebenarnya berarti juga penolakan terhadap Injil. Jadi, penolakan terhadap Injil, bukan hanya dilakukan oleh mereka yang menentang Injil, tetapi juga terjadi atas orang-orang Kristen yang tidak all out atau sepenuh hati hidup bagi Tuhan π dengan memenuhi tuntutandan tuntunan Injil.
Sekilas mereka kelihatan menjadi orang Kristen yang menerima Injil, padahal sebenarnya mereka menolak Injil. Hal ini dibuktikan dengan kehidupan mereka yang tidak patuh terhadap Injil. Mereka tidak bersedia memenuhi tuntutan dan tuntunan Injil.
Dari tulisan Paulus ini, kita memperoleh pelajaran rohani bahwa menerima Injil bukan sesuatu yang sederhana.
Penerimaan terhadap Injil harus disertai dengan “kepatuhan terhadap Injil”, sebab Injil memiliki tuntutan yang harus dipenuhi.
Injil bukan sekadar dipercayai di dalam nalar atau pikiran, tetapi dipahami isinya dan dituruti tuntutan dan tuntunannya. Inilah yang disebut sebagai mematuhi (obey) Injil.
Itulah sebabnya dalam surat yang ditulis Paulus kepada jemaat Filipi, Paulus mengatakan agar hidup orang percaya berpadanan dengan Injil (Flp. 1:27, Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus… Kata “berpadanan” dalam teks aslinya adalah aksios (αΌΞΎα½·ΟΟ).
Kata ini juga berarti cocok (suitably)dan pantas atau layak (worthily).
Orang percaya π₯ harus bersikap benar terhadap Injil, agar layak sebagai orang yang mengaku telah menerima Injil. Demikianlah, Injil bukan hanya menjadi berita, tetapi menjadi peragaan orang yang benar-benar telah menerima Injil.
Hal tersebut dapat dilihat dan dirasakan orang lain. Orang-orang yang menerima Injil atau mematuhi (obey) Injil adalah orang-orang yang pasti memiliki kehidupan seperti Yesus. Mereka bisa berkata : Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku.
Mereka inilah yang dapat menjadi saksi Kristus π dengan efektif dan memiliki kehidupan yang diurapi seperti Yesus Kristus.
Tidak menerima Injil sama dengan tidak percaya secara benar.
Hal ini dikemukakan Paulus, ketika Paulus menghubungkan penolakan orang pada zamannya dengan orang-orang Israel pada zaman Yesaya.
Dalam hal ini ada benang merah yang dapat kita temukan.
Pada zaman Yesaya, keadaan bangsa Israel sedang terpuruk.
Tuhan π berulang-ulang memberi peringatan agar bangsa Israel kembali kepada Tuhan, agar Tuhan dapat memulihkan kembali keadaan hidup mereka, tetapi bangsa Israel menolaknya. Pada akhirnya bangsa Israel mengalami keterpurukan, dan mereka menjadi bangsa yang ditaklukkan musuh serta hidup dalam pembuangan.
Hal ini sejajar dengan keadaan manusia π₯ pada zaman Paulus, banyak orang tidak mau percaya kepada Yesus.
Padahal Tuhan hendak memulihkan hidup mereka. Dalam hal ini, sebenarnya, tidak percaya pada dasarnya sama dengan menolak untuk dipulihkan versi Tuhan.
Akibat dari tidak menerima Injil atau tidak patuh terhadap Injil, maka akan mengalami kebinasaan.
Sangat penting untuk memahami dengan benar apa yang dimaksud dengan “dipulihkan” dalam konteks ini. Kalau kehidupan bangsa Israel mengalami pemulihan, ini berbicara mengenai pemulihan kehidupan jasmani, ekonomi, dan politik.
Tetapi pemulihan dalam zaman Perjanjian Baru bagi yang percaya kepada Tuhan Yesus π adalah pemulihan yang bersifat rohani, yaitu hal yang menyangkut dikembalikannya manusia ke rancangan Allah semula, dan kehidupan yang dilayakkan untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga.
Jika tidak, maka orang tersebut binasa ke dalam api kekal.
Kehidupan manusia di zaman Perjanjian Baru, ketika keselamatan dalam Yesus Kristus disediakan, fokus pemulihan kehidupan berbeda dengan fokus kehidupan umat Perjanjian Lama.
Gereja π yang menyamakan hal tersebut, yaitu seakan-akan Injil memiliki fokus pada pemulihan kehidupan jasmani seperti kepada bangsa Israel, adalah ajaran yang bertentangan dengan Injil yang murni, yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.
Kesalahan ini bisa memarkir hati dan pikiran jemaat masih di dunia π sehingga tidak bisa dipindahkan ke Kerajaan Surga.
Untuk memperoleh kebenaran yang murni dari Roma 10:16 ini, kita harus memahami bahwa “tindakan percaya” orang-orang percaya pada zaman surat Roma ditulis, tidaklah sama dengan tindakan percaya orang Kristen pada zaman kita sekarang.
Pada waktu itu, kalau seseorang berani mengaku percaya kepada Yesus, pertaruhannya adalah harta, keluarga, dan nyawa mereka.
Mereka π₯ harus berani kehilangan semuanya. Jadi, percaya kepada Yesus tidak bisa hanya dengan pikiran, tetapi harus dideklarasikan di depan umum dengan segala resiko dan konsekuensinya.
Konsekuensinya adalah kemiskinan, pengucilan, aniaya, dan kematian. Dengan demikian isi percaya seseorang pada zaman itu adalah tindakan yang nyata, dan dampak dari percayanya tersebut. Dalam hal ini percaya seseorang pada zaman itu, sangat bisa dibuktikan, dan orang lain bisa melihat serta merasakannya.
JBU
https://overcast.fm/+IqOCSXa24
Minggu, 22 Juli 2018
RH Truth Daily Enlightenment “KERINDUAN MEMBAGI INJIL” Pdt. Dr. Erastus Sabdono 23Juli 2018
Paulus menegaskan bahwa orang yang berseru atau memanggil Yesus sebagai Tuhan π, yang karenanya mereka teraniaya, akan membuahkan keselamatan (Rm. 10:13).
Kata “berseru” dalam teks aslinya adalah epikaleomai (Ξ΅ΟικαλΡομαι), yang juga bisa berarti appeal (an urgent request for something important), menyampaikan permintaan yang mendesak kepada Tuhan untuk sesuatu yang penting.
“Orang yang berseru” menunjukkan kepada orang yang sedang dalam keadaan berkebutuhan khusus.
Kalau dikaitkan dengan keadaan orang Kristen π₯pada waktu itu, orang yang berseru kepada Tuhan adalah orang-orang Kristen yang menderita aniaya karena nama Yesus atau karena beriman kepada Yesus.
Dalam atmosfer pikiran Paulus, memercayai Yesus adalah keuntungan atau keunggulan.
Walau harus disertai dengan aniaya dan penderitaan.
Itulah sebabnya Paulus merindukan orang-orang juga bisa berkeadaan seperti dirinya dan orang-orang percaya yang menderita aniaya.
Keadaan menderita karena aniaya tersebut, sebenarnya membuat orang percaya π₯ menjadi lebih mulia dan unggul daripada mereka yang tidak memiliki keadaan tersebut.
Karenanya Paulus mempersoalkan bagaimana Injil bisa didengar sebanyak mungkin orang, agar mereka mendengar Injil dan diselamatkan (Rm. 10:14).
Paulus juga memuji orang-orang yang mau memberitakan Injil.
Dalam tulisannya Paulus menyatakan, betapa indahnya jejak langkah orang yang memberitakan Injil (Rm. 10:15).
Kerinduan atau keinginan Paulus agar orang lain mendengar Injil, merupakan satu hal yang sukar dimengerti, sebab mereka yang menerima Yesus sebagai Tuhan, kemudian menjadi orang Kristen pasti akan menderita aniaya.
Secara tidak langsung, pemberitaan Injil yang dilakukan Paulus sama dengan mengajak orang untuk menderita.
Tidak mudah orang bersedia menerima Injil, yang justru membuat mereka menderita aniaya di bumi ini.
Biasanya atau pada umumnya, tidak ada orang yang mau hidup menderita. Betapa sulitnya pemberitaan Injil seperti ini.
Pemberitaan Injil pada zaman gereja π mula-mula pasti pemberitaan Injil yang murni.
Injil diberitakan hanya untuk mengajak orang beriman dengan benar kepada Yesus, artinya memiliki hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah, seperti Abraham hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah.
Ini sama artinya dengan hidup dalam ketaatan kepada Allah π dalam segala hal, sehingga dapat hidup dalam kesucian dan kekudusan.
Injil diberitakan dengan menyertakan pengharapan kedatangan Tuhan Yesus, kebangkitan dari antara orang mati dan selanjutnya tinggal di rumah Bapa.
Inilah Injil yang diberitakan tanpa jaminan untuk hidup nyaman di bumi sekarang ini.
Injil yang murni ini adalah Injil penderitaan, bukan Injil kemakmuran duniawi atau kemakmuran materi di bumi.
Injil yang benar menawarkan kemuliaan bersama dengan Tuhan Yesus π, sebagai anggota keluarga Kerajaan, tetapi harus memikul salib yaitu menderita bersama dengan Yesus. Ini berarti harus melepaskan segala sesuatu atau kehilangan nyawa demi iman kepada Yesus.
Tentu saja Injil seperti ini, pada waktu itu, hanya bisa diberitakan oleh orang-orang yang telah menang melawan penderitaan aniaya kekaisaran Roma, yaitu mereka yang bersedia setia sampai mati, walaupun di bumi ini mereka tidak hidup dalam kenyamanan.
Kalau orang percaya belum menghayati Injil yang murni pada zaman itu, dan belum mengalami penderitaan bersama Tuhan π, pasti tidak akan bisa memberitakan Injil yang murni atau Injil yang benar.
Hal ini sangat berbeda dengan pemberitaan Injil zaman sekarang.
Di zaman ini, Injil diberitakan tanpa resiko dan konsekuensi; sebaliknya, Injil diberitakan dengan janji berkat, mukjizat, dan berbagai jalan keluar dari masalah hidup secara umum.
Tentu saja pemberitaan atau pengajaran mengenai hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allahπ seperti Abraham yang menghasilkan kesucian, tidak mendapat porsi pemberitaan yang proporsional.
Injil yang diberitakan adalah Injil tanpa pengharapan yang kuat terhadap kedatangan Tuhan dan kebangkitan dari antara orang mati.
Injil seperti ini diberitakan oleh mereka yang belum mengerti dan mengalami Injil yang murni.
Mereka juga belum mengerti apa artinya menderita bagi dan bersama Tuhan π
Hamba-hamba Tuhan palsu seperti itu, menjadikan Injil sebagai sarana untuk memperoleh keuntungan materi dan keuntungan pribadi lainnya.
Injil yang diberitakan pasti Injil kemakmuran duniawi yang sarat dengan janji-janji berkat dan mukjizat.
Jemaat Kristen π₯ yang menerima Injil yang palsu tersebut tidak akan mampu menghayati bahwa dunia ini bukan rumah orang percaya.
Dalam pemberitaan Injil palsu, tidak memuat pengajaran yang menekankan secara proporsional kerinduan untuk tinggal di rumah Bapa.
Sebaliknya, diajarkan dan dijanjikan bahwa mengikut Yesus berarti hidup dalam “berkat”, sehingga bisa menemukan Firdaus di bumi π
Inilah Injil tanpa penderitaan. Injil yang palsu ini memarkir jemaat di dunia, yang akhirnya menggiring mereka ke dalam kebinasaan.
Jejak langkah pemberita Injil palsu ini, bukan jejak langkah yang indah seperti yang Paulus maksudkan dalam Roma 10:15, tetapi jejak langkah yang buruk membawa manusia kepada penyesatan.
JBU
https://overcast.fm/+IqOCVgNE0
Kata “berseru” dalam teks aslinya adalah epikaleomai (Ξ΅ΟικαλΡομαι), yang juga bisa berarti appeal (an urgent request for something important), menyampaikan permintaan yang mendesak kepada Tuhan untuk sesuatu yang penting.
“Orang yang berseru” menunjukkan kepada orang yang sedang dalam keadaan berkebutuhan khusus.
Kalau dikaitkan dengan keadaan orang Kristen π₯pada waktu itu, orang yang berseru kepada Tuhan adalah orang-orang Kristen yang menderita aniaya karena nama Yesus atau karena beriman kepada Yesus.
Dalam atmosfer pikiran Paulus, memercayai Yesus adalah keuntungan atau keunggulan.
Walau harus disertai dengan aniaya dan penderitaan.
Itulah sebabnya Paulus merindukan orang-orang juga bisa berkeadaan seperti dirinya dan orang-orang percaya yang menderita aniaya.
Keadaan menderita karena aniaya tersebut, sebenarnya membuat orang percaya π₯ menjadi lebih mulia dan unggul daripada mereka yang tidak memiliki keadaan tersebut.
Karenanya Paulus mempersoalkan bagaimana Injil bisa didengar sebanyak mungkin orang, agar mereka mendengar Injil dan diselamatkan (Rm. 10:14).
Paulus juga memuji orang-orang yang mau memberitakan Injil.
Dalam tulisannya Paulus menyatakan, betapa indahnya jejak langkah orang yang memberitakan Injil (Rm. 10:15).
Kerinduan atau keinginan Paulus agar orang lain mendengar Injil, merupakan satu hal yang sukar dimengerti, sebab mereka yang menerima Yesus sebagai Tuhan, kemudian menjadi orang Kristen pasti akan menderita aniaya.
Secara tidak langsung, pemberitaan Injil yang dilakukan Paulus sama dengan mengajak orang untuk menderita.
Tidak mudah orang bersedia menerima Injil, yang justru membuat mereka menderita aniaya di bumi ini.
Biasanya atau pada umumnya, tidak ada orang yang mau hidup menderita. Betapa sulitnya pemberitaan Injil seperti ini.
Pemberitaan Injil pada zaman gereja π mula-mula pasti pemberitaan Injil yang murni.
Injil diberitakan hanya untuk mengajak orang beriman dengan benar kepada Yesus, artinya memiliki hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah, seperti Abraham hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah.
Ini sama artinya dengan hidup dalam ketaatan kepada Allah π dalam segala hal, sehingga dapat hidup dalam kesucian dan kekudusan.
Injil diberitakan dengan menyertakan pengharapan kedatangan Tuhan Yesus, kebangkitan dari antara orang mati dan selanjutnya tinggal di rumah Bapa.
Inilah Injil yang diberitakan tanpa jaminan untuk hidup nyaman di bumi sekarang ini.
Injil yang murni ini adalah Injil penderitaan, bukan Injil kemakmuran duniawi atau kemakmuran materi di bumi.
Injil yang benar menawarkan kemuliaan bersama dengan Tuhan Yesus π, sebagai anggota keluarga Kerajaan, tetapi harus memikul salib yaitu menderita bersama dengan Yesus. Ini berarti harus melepaskan segala sesuatu atau kehilangan nyawa demi iman kepada Yesus.
Tentu saja Injil seperti ini, pada waktu itu, hanya bisa diberitakan oleh orang-orang yang telah menang melawan penderitaan aniaya kekaisaran Roma, yaitu mereka yang bersedia setia sampai mati, walaupun di bumi ini mereka tidak hidup dalam kenyamanan.
Kalau orang percaya belum menghayati Injil yang murni pada zaman itu, dan belum mengalami penderitaan bersama Tuhan π, pasti tidak akan bisa memberitakan Injil yang murni atau Injil yang benar.
Hal ini sangat berbeda dengan pemberitaan Injil zaman sekarang.
Di zaman ini, Injil diberitakan tanpa resiko dan konsekuensi; sebaliknya, Injil diberitakan dengan janji berkat, mukjizat, dan berbagai jalan keluar dari masalah hidup secara umum.
Tentu saja pemberitaan atau pengajaran mengenai hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allahπ seperti Abraham yang menghasilkan kesucian, tidak mendapat porsi pemberitaan yang proporsional.
Injil yang diberitakan adalah Injil tanpa pengharapan yang kuat terhadap kedatangan Tuhan dan kebangkitan dari antara orang mati.
Injil seperti ini diberitakan oleh mereka yang belum mengerti dan mengalami Injil yang murni.
Mereka juga belum mengerti apa artinya menderita bagi dan bersama Tuhan π
Hamba-hamba Tuhan palsu seperti itu, menjadikan Injil sebagai sarana untuk memperoleh keuntungan materi dan keuntungan pribadi lainnya.
Injil yang diberitakan pasti Injil kemakmuran duniawi yang sarat dengan janji-janji berkat dan mukjizat.
Jemaat Kristen π₯ yang menerima Injil yang palsu tersebut tidak akan mampu menghayati bahwa dunia ini bukan rumah orang percaya.
Dalam pemberitaan Injil palsu, tidak memuat pengajaran yang menekankan secara proporsional kerinduan untuk tinggal di rumah Bapa.
Sebaliknya, diajarkan dan dijanjikan bahwa mengikut Yesus berarti hidup dalam “berkat”, sehingga bisa menemukan Firdaus di bumi π
Inilah Injil tanpa penderitaan. Injil yang palsu ini memarkir jemaat di dunia, yang akhirnya menggiring mereka ke dalam kebinasaan.
Jejak langkah pemberita Injil palsu ini, bukan jejak langkah yang indah seperti yang Paulus maksudkan dalam Roma 10:15, tetapi jejak langkah yang buruk membawa manusia kepada penyesatan.
JBU
https://overcast.fm/+IqOCVgNE0
Sabtu, 21 Juli 2018
π·Sabtu, 23 Juni 2018 Seminar "Elohim Allah TriTunggal " Sesi 1 - 3 Pdt. Dr. Erastus Sabdono
π·Sesi ke 1
Sangat penting kita memahami Allah Tritunggal.
Sebab kebenaran hal ini memiliki implikasi yang sangat kuat di dalam hidup kita, karena merubah konspirasi berpikir.
Banyak hal yang tertuang dalam Alkitab π dan membentuk hubungan dengan Tuhan.
Hal ini tidak bisa dijelaskan secara lengkap.
Hal ini harus kita alami.
Kalau pengajaran Tritunggal hanya menjadi hasana ilmu di dalam pikiran, menjadi kajian, dan bahan perdebatan maka itu tidak memiliki implikasi.
Tidak memiliki pengaruh dan dampak di dalam hidup keseharian dalam hubungan dengan Tuhan, dalam inspirasi pribadi sesembahan yang benar dengan sesama.
π·Sesembahan maksudnya : sosok pribadi yang menjadi obyek untuk dihormati, dipuja, disanjung, dan disembah melampaui siapapun.
Sesembahan memang bisa berupa sesuatu, tetapi juga menunjuk pribadi yang kita harapkan memperoleh perlindungan.
Perlindungan bukan berarti kita bisa melewati hari tanpa problem, semuanya smooth, running well ok.
Tetapi apapun terjadi mendatangkan kebaikan untuk hidup kekal nanti, itu perlindungan.
Kalau kuasa kegelapan bisa melindungi kita di bumi π dengan kenyamanan, keamanan dan kenikmatan hidup yang berakhir kepada kebinasaan.
Di dalam kenyamanan itu manusia bisa tidak memperdulikan siapa yang menciptakan langit dan bumi, kehendak serta rencana.
Tetapi proses yang luar biasa dari sesembahan yang benar merubah karakter dan watak kita melalui segala hal.
Bahkan melalui hal - hal yang tidak menyenangkan.
Di situ merupakan bentuk perlindungan Tuhan.
Sesembahan itu pribadi daripadaNya kita π₯memperoleh perlindungan.
Iblis tidak bisa menjadi perlindungan.
Tuhan Yesus mengatakan memang dari dulu dia pembunuh.
Tetapi kepada sesembahan yang benar kita memperoleh perlindungan, pertolongan.
✳Pertolongan bukan berarti :
- Kita sakit disembuhkan.
- Dalam problem ekonomi kita diberi jalan keluar.
Bukan itu masalahnya
Pertolongan di sini adalah : - Bagaimana Dia mengubah manusia berdosa ini menjadi manusia Allah.
- Bagaimana Dia merubah karakter kita dengan karakter manusia ( human nature) kita menjadi seorang berkodrat ilahi ( divine nature)
Jika demikian bukan pertolongan.
Jadi kalau ada pertolongan yang ditawarkan yang bertendensi tidak merubah karakter kodrat dosaku,
Itu bukan dari Tuhan π
Itu penyusupan kuasa gelap di dalam gereja - gereja.
Kepada sesembahan kita mengabdi dan memberikan ini.
Kepada sesembahan inilah manusia melakukan ibadah kebaktian dalam seremonial atau ritual. Tetapi kita π₯ menyembah dalam Roh dan kebenaran.
Pujian kita tadi belumlah sebuah ibadah itu buah bibir yang memuliakan namaNya.
Ibadah yang sejati Ketika kita menghayati dalam pemerintahan satu pribadi agung yang berperasaan dan mempunyai kehendak, memiliki rencana supaya setiap hal yang kita pikirkan, kita ucapkan, dan kita lakukan selalu sesuai dengan kehendakNya.
Misalnya :
- Waktu kita mengalah waktu masuk lift karena lift terlalu penuh, itu ibadah.
- Waktu kita disakiti, dilukai kita tidak membalas kejahatan orang, itu ibadah.
- Waktu kita menolak perbuatan hal - hal yang menyakiti Tuhan, bukan hanya melanggar moral.
Sesuatu yang mungkin baik di mata manusia
tapi tidak sesuai kehendak Allah, itu ibadah.
Jangan memperkerdil pikiran kita menaifkan ibadah hanya datang ke gereja π memuji dan menyembah Allah.
Itu dangkal, itu sempit, itu miskin.
Itu hanya kulit, itu kemasan.
Ibarat handphone, itu dami.
Ibadah yang sesungguhnya adalah : sebuah tindakan.
Kekristenan yang sejati mengerjakan ibadah, bukan sikap tubuh kita ke satu arah
Tidak perlu kita memiliki gerak, tata cara - tata cara tertentu untuk melakukan yang disebut penyembahan.
Sebab penyembahan itu sikap batin yang terpancar terekspresi dalam tindakan - tindakan.
Kalau di gereja π sikap nyanyi sudah tidak benar bagaimana dia bisa mengisi hari - hari hidupnya dengan benar.
Ke gereja saja tidak.
Menyanyi saja tidak sungguh - sungguh
Baru menyampaikan buah bibir yang memuliakan namaNya tidak dilakukan, apalagi dalam prilaku.
- Sesembahan dipandang sebagai " Yang Ilahi " tidak dapat disamakan atau dipadankan dengan siapapun.
- Sesembahan dipandang sebagai yang memberikan hukum untuk ditaati, dan menjadi hakim yang akan mengadili setiap manusia π₯ suatu hari nanti.
- Percaya adanya akhirat, percaya adanya surga dan neraka.
Sesembahan adalah Pribadi yang diyakini memberi wahyu oleh penganut agama Samawi sebagai kebenaran dan tuntunan moral.
Bagi agama Samawi seperti agama Yahudi agama Samawi pertama, agama Kristen agama Samawi kedua, agama Islam agama Samawi ke 3
Sesembahan adalah : Pribadi yang berhak mengampuni dosa, memperkenan manusia masuk Surga atau membuangnya ke neraka.
Bagi orang Yahudi sesembahannya adalah Elohim, yang namanya Yahwe.
Elohim itu generik name,( nama umum )
Sebutan sesembahan itu Elohim, El itu the Mighty.
Elohim itu jamak, namanya Yahwe.
Banyak orang Kristen yang menganggap bahwa pengajaran ini tidak jelas.
Dan menjadi titik kelemahan dari pengajaran Kristen, itu salah.
Justru pengajaran mengenai Tritunggal adalah kekuatan
Keunggulan Kekristenan
Sebab dari pengajaran ini tersingkap bagaimana dan siapa Allah π yang benar ini ?
Tidak ada yang dapat menyingkapkan obyek sesembahan selain Dia yang turun dari Surga yang kita yakini Anak Allah.
Yesus anak Bapa yang menyingkapkan siapa Allah yang benar ?
Dibalik fakta - fakta fenonema Tritunggal dapat diperoleh pengertian pribadi - pribadi dalam obyek sesembahan itu.
Tidak ada Allah dalam Alkitab π yang ada Elohim.
Di dalam Elohim ada Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Theos itu sama dengan The Mighty juga generik name, nama umum untuk sesembahan dalam lingkungan budaya Yunani.
Alkitab perjanjian lama diterjemahkan dalam bahasa Yunani.
Kata Elohim diterjemahkan Theos.
Sebenarnya tidak pas, karena Theos itu tunggal.
Elohim itu jamak.
Tetapi ajaib, ketika Theos ditaruh di Perjanjian baru
menjadi tunggal, itu Yesus Logos.
Mereka memilih kata Theos, sebab sebuah kata yang sepadan dengan kata itu dalam bahasa Yunani.
Padahal itu tidak tepat, sebab Theos menunjuk tunggal, sedangkan Elohim menunjuk jamak.
Ketika Tuhan Yesus π datang Alkitab diterjemahkan bahasa Yunani kata Elohim diterjemahkan Theos, tunggal lalu menunjuk Bapa, sedang Yesus logos atau kurios.
Tanpa disadari Allah mengukir sejarah untuk memperkenalkan siapa Allah yang benar ?
Orang Yahudi menyebut Allahnya Elohim, kita ikut Elohim.
Tetapi puji Tuhan injil Matius 11 Yesus Kristus berkata :
- Tidak seorang mengenal Bapa selain Anak.
- Dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa.
- Dan kepada siapa Anak itu memberitahu, siapa Bapa, siapa Anak ?
Jadi kita mulai tahu, Bapa dan Anak.
Jadi kalau Tuhan berkata : "Akulah Jalan Kebenaran Dan Hidup."
Dia jalan Dia, bukan tujuan.
Bapalah yang dituju.
Tapi jalan ini bukan tidak terhormat.
Kita bukan merendahkan Yesus.
Kita meletakkan proporsi yang tepat dan benar ketika kita percaya dan yakin Tuhan Yesuslah jalan.
Jadi Bapa dan Yesus tidak sejajar.
Ada yang empunya kekuasaan, kemuliaan, tidak kelihatan selama - lamanya misteri segala misteri.
Dia memberikan Putra Tunggal yang mewakili Dia.
Maka Dia berkata ,"Lihat Aku lihat Bapa ."
Ini jelas kita menyembah Bapa π tidak mengurangi kita menghormati Tuhan Yesus.
Kita menyembah Tuhan Yesus bukan mengabaikan Bapa di Surga.
Tritunggal digambarkan :
- Bentuk segitiga ▲( Allah Bapa, Anak, dan Roh kudus )
- Es batu ( ada batu esnya yang keras, uapnya dan airnya kalau mencair )
- Matahari π yang memiliki cahaya, panas, dan terang.
- Telur ( ada kulit, putih telur, dan kuningnya)
Tritunggal tidak ada di Alkitab.
Tritunggal adalah sebuah istilah.
Kalau kita menggunakan Istilah Tritunggal di dalam Alkitab π itu ada pribadi Bapa, Anak dan Roh Kudus di kitab Perjanjian Baru.
Di Perjanjian Lama namanya Yahwe.
Tapi jangan kita berpikir Bapa namanya Yahwe, kalau Yesus Yoshua Hamasiah.
Ini juga salah.
Elohim itu nama umum, generik name, nama umum untuk Allah.
Elohim itu sebutan sesembahan.
Yahwe itu namanya.
Yahwe itu nama dari Elohim.
Di dalam Elohim ada Bapa, Anak dan Roh Kudus.
Berarti Yahwe nama corporate, nama bersama.
Di Perjanjian Baru ternyata kita menemukan nama Theos, itu menunjukkan Bapa.
Jadi kalau Hoteos itu pasti Bapa, biasanya ada kata sesembahan.
Tapi Kalau Theos tok itu bisa artinya ilahi.
Yesus adalah Theos, artinya : Yesus adalah ilahi.
Tapi Yesus bukan Hoteos pribadi Bapa.
Tapi Yesus Theos, Yesus itu yang ilahi.
Itu hebat bahasa Yunani untuk menolong kita.
Ada kata sandang biasanya menunjuk pribadi.
Hoteos, tonteon ada artikel kata sandangnya.
Hoteos itu berarti Bapa.
Pada mulanya adalah Firman, Firman dengan Allah, Firman adalah Allah.
Kalau Firman itu Allah π itu logos itu adalah Theos.
Logos itu ilahi.
Logos itu bagian dari Elohim tepatnya begitu, tetapi Bapa adalah Theos itu.
π·Sesi ke 2
Dengan belajar Tritunggal kita mendapat pengertian yang berdampak dalam hidup kekristenan kita.
Sebelum para menyusun Pancasila sila pertama Ketuhanan Yang maha Esa Pancasila dasar negara Indonesia, Kata "Esa" sudah ada di dalam Alkitab ribuan tahun sebelum ada agama Kristen dan agama Islam, yaitu : sekitar th 1400 sebelum masehi ( sm )
Sebelum agama Kristen
2100 tahun sebelum ada agama Islam.
Agama kristen mulai ada pada th 100 sm.
Agama Kristen tidak pernah mengarang cerita sendiri mengenai :
- Penciptaan
- Kejatuhan manusia ke dalam dosa
- Banjir Besar dunia zaman Nuh
- Zaman Abraham
- Perjalanan Bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan
- Mengenai nabi - nabi.
- Kisah Musa itu faktor empiris sejarah, jelas sekali.
Kita mengadopsi dari Alkitab agama Yahudi.
Jadi jelas akar Kekristenan yaitu : agama Yahudi.
Tuhan Yesus π tidak mendapat pengajaran itu dari siapa - siapa, mengenai kejadian mengenai Musa dll, juga kitab orang Yahudi.
Dalam Alkitab Perjanjian Lama, yaitu milik bangsa Yahudi dapat dijumpai pernyataan yang luar biasa
mengenai Sesembahan yang benar yaitu : Elohim yang bernama Yahwe.
Mereka memiliki semacam credo itu atau pengakuan atau syahadat yang berbunyi, "Dengarlah hai orang Israel, Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa !"
Mereka menyebutkan Yahwe di sini Adonai.
Ini semacam pengakuan iman.
Bahkan kalimat terakhir sebelum meninggal mengucapkan, Allah itu esa.
Kata esa di sini Ekhad
Di sini terjadi semacam kekacauan.
Kata esa di dalam sila bisa dipahami bermacam - macam
Bisa satu kesatuan
Di Indonesia orang Kristen sudah terbiasa mendengar kata esa yang artinya : berjumlah satu, yang
sama dengan tunggal maka asumsi banyak orang Kristen terbawa pengertian esa dari konteks bahasa Indonesia.
Dan ini berpotensi mengacaukan pengertian orang Kristen terhadap pemahaman yang benar mengenai keesaan obyek Sesembahan yang benar dari sudut pandang iman Kristen.
Sila kita sudah benar, tetapi pengertian kita sebagai orang Kristen π₯ harus tepat.
Jadi Kata esa menurut pandangan Alkitab, dari kebenaran Alkitab.
Kita harus kembali kepada Alkitab π, jadi Allah itu ekhad, esa.
Itu berarti satu dalam kesatuan, artinya benar, tepat atau sepantasnya.
Bersatu satu - satunya.
Dengan demikian ekhad bukan satu dalam arti tunggal, atau dalam arti jumlah bilangan.
Tetapi ekhad dipahami satu dalam kesatuan.
Ini menunjuk keberadaan Elohim.
Untuk mendalami pengerartian ekhad ini ulangan 6 : 4 - 6 terdapat kaya itu harus lihat konteksnya dengan teliti.
Persatuan obyek sesembahan yang benar bagi umat pilihan adalah Elohim yang nama propernya adalah Yahwe.
Ini terkait juga dengan
Elohim juga yang digunakan bangsa Kanaan.
sebagai sebutan untuk allah sesembahan mereka.
Asyera, Asyitoret, Dagon, Baal, Milkom, Molokh dll.
Jadi kalau orang Yahudi berkata Allah itu esa, artinya : Allah itu satu.
Ini misteri sebenarnya.
Walaupun di dalam catatan dalam buku - buku terdapat pernyataan orang Yahudipun sebenarnya Allah mereka itu bukan satu dalam arti tunggal, jamak.
Tetapi di Alkitab π tidak muncul namanya.
Di dalam tradisi dikatakan begitu.
Dan Kita bisa mengerti mereka tidak mengerti dengan jelas, karena belum disingkapkan oleh Tuhan Yesus.
Tetapi kalau agama - agama Kanaan menyebut Elohim itu berarti satu kesatuan dari banyak allah - allah mereka :
- allah mereka untuk perang
- allah mereka untuk kesuburan tanah
- allah mereka untuk kemakmuran dsbnya.
Ada banyak dewa - dewa.
Dengan pernyataan bahwa Elohim itu esa, hendak ditegaskan bahwa hanya ada satu obyek Sesembahan.
Jadi obyeknya satu.
Tapi di dalam obyek
Itu ada pribadi - pribadi itu masalah.
Bagi Bangsa Israel mereka hanya mengenal Yahwe.
Di luar Yahwe kebohongan bukan Sesembahan yang patut.
Jadi obyeknya hanya satu, Elohim yang bernama Yahweh itu nama corporate.
Elohim itu juga corporate.
Mereka punya Elohim, dari dewa - dewa itu.
Kalau Israel Elohimnya satu yaitu Yahweh.
Jangan Allah lain artinya : obyek Sesembahannya Elohim yang
proper namenya Yahweh.
Sesungguhnya keberadaan Elohim yang disembah dan diakui oleh Bangsa Israel serta orang percaya, bisa dikatakan sebagai suatu lembaga yang didalamnya ada Pribadi - Pribadi.
Bila diamati dengan teliti, sangat jelas masing - masing Pribadi ditampilkan di banyak bagian dalam Alkitab π
Hal ini harus dipahami dengan tepat.
Kata Elohim yang memgisyaratkan adanya kejamakan Pribadi dalam diri Elohim tersebut menunjuk suatu lembaga.
Kata Ekhad tidak sama dengan konsep agama.
Esa = gabungan unggulan
Kej 1 : 24 Suami istri jadi satu daging itu ekhad
Kata Yakhid menunjuk satu - satunya Ishak yang yang dipersembahkan.
Allah π yang benar tidak pakai kata yakhid, tetapi pakai kata ekhad,
Sebenarnya penolakan kejamakan Allah hanya satu antikris, karena menolak Kristus.
Entah bagaimana pokoknya jalannya ABY ( Asal Bukan Yesus ) itu intinya.
Padahal Alkitab berkata : " Tidak memiliki Yesus tidak memiliki Bapa "
Tidak mengenal Bapa, tidak tahu jalan hidupnya.
Makanya orang Kristen harus memiliki moralnya Tuhan Yesus π
Bukan moralnya tokoh manapun.
Elohim itu lembaga, institusi.
Kita tidak perlu takut untuk menjelaskan hal ini.
Jadi Ketika Tuhan Yesus membangkitkan orang mati, lalu murid - muridNya menceritakan ke orang - orang, ini bisa membuat bahaya bagi Yesus, karena mereka akan mengenal Mesias itu.
Karena Mesias yang mereka pahami itu yang Ilahi, yang ini lain.
Jadi bisa digambarkan turun dari Surga dipersiapkan yang ilahi.
Bahkan misi yang dibawa Tuhan Yesus dengan Mesias yang mereka harapkan beda.
Jadi tidak heran memang orang Yahudi punya bayangan bahwa Allah itu jamak dan di antara Elohim itu bisa jadi Mesias suatu hari nanti.
Bukan tidak mungkin, yang perkasanya seperti Daud.
Karena yang mereka hadapi Roma yang begitu hebat.
Karena orang Yahudi Yesus datang dari Nazaret.
Apa itu Nazaret ?
Makanya sebutan Nasrani itu bukan sebutan penghormatan itu perendahan terhadap kampung, deso.
Nasrani itu Nazaret deso.
Apa yang diberikan Nazaret.
Di situlah kampungnya Tuhan Yesus.
Mereka π₯ tidak bisa mengerti Yesus mati disalib, ini murid - muridNya, apalagi Orang Yahudi.
Yang namanya Mesias itu agung ilahi seperti punya unsur Ilahi, yang punya unsur keilahian.
Orang - orang Yahudi yang tidak memahami pejamakan pribadi dalam Elohim, karena bagi mereka menganggap ajaran ini menghujat Elohim.
Mereka tidak mau mengakui bahwa Yesus anak Maria.
Kalau mengaku Elohim yang turun dari Surga spektakuler.
Tapi sebenarnya Tuhan Yesus π sendiri tidak pernah menyamakan diri dengan Bapa, sama sekali tidak bermaksud demikian.
Yesus adalah Anak bukan Bapa.
Dia adalah utusan.
Dan Yesus menjadi utusan bukan hanya pada waktu mengosongkan diri jadi manusia dari dulunya memang jadi suruhan Bapa.
Di Alkitab itu Malakh Yahweh - Malakh Yahweh yang disembah, itu utusan.
Memang kesayangan Bapa
dari dulu.
Dulu Gembala tidak berani mengakui terus terang bahwa :
- Melkisedek itu adalah Anak Allah.
- Yahwe yang berhadapan dengan Abraham itu Allah Anak ( Tuhan Yesus)
- Yang berhadapan dengan Yosua didatangi bala tentara itu Allah Anak.
- Yang menjumpai Hagar itu adalah Allah Anak juga.
- Yang berhadapan dengan Yakub itu adalah Allah Anak.
Inilah cirinya orang Teologia yang punya sistimatika berpikir terpaku begitu rupa artinya terpaku oleh premis - premis atau asumsi sebelumnya.
Jadi Allah Anak ini Tuhan Yesus π sudah menjadi representasi Bapa, utusan Bapa sejak zaman Perjanjian Lama.
Dia kesayangan Bapa sejak kekekalan.
Karena Bapa membiarkan Allah itu disembah, karena Allah Bapa memang tidak kelihatan.
Mereka belum tahu bagaimana menyembah Allah itu.
Akhirnya mereka melakukan ritual, seremonial seperti agama Yahudi dengan tuntunan ibadah mereka.
Dengan darah domba, mereka membuat ibadah di kemah suci dan bait Allah.
Itulah yang dilakukan.
Allah yang cerdas itu akan menunjukkan kecerdasanNya dalam tutunannya bagaimana umat menyembah ada tatacara.
Tetapi Tuhan Yesus π mengatakan tidak ada tata cara.
Yang penting sikap secara batiniah human lahiriah.
Kalau Allah senang disembah dengan cara tertentu, lalu Allah senang, itu Allah yang tidak cerdas.
Allah tidak perlu musik, Dia sudah punya jutaan malaikat dengan alat musik yang sempurna.
Kalau tubuhmu nunduk, jiwamu tidak nuduk itu percuma.
Bagaimana kita π₯ membedakan Allah yang benar dan Allah yang tidak benar ?
Batin itu tidak bisa kebaca.
Tapi Allah yang cerdas akan mengajarkan kita cari menyembah yang benar.
Berarti yang mendeklarasikan bahwa tidak ada Allah Elohim selain Sesembahan yang disembah oleh Abraham, Ishak dan Yakub yaitu Elohim Israel.
Di dalam Elohim sebagai terdapat Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Yang punya kerajaan itu adalah Bapa.
Menjadi Tuhan artinya : memperoleh Kemuliaan dari Bapa.
Bapa menyerahkan KerajaanNya bagi Tuhan Yesus.
Jadi tidak ada Tuhan selain Yesus, karena Yesuslah yang diberi kekuasaan oleh Bapa π
Bapa tidak pernah kelihatan.
Kita di bumi sementara ini bukan selamanya, kita warganegara Indonesia hanya 70 th - 80 th.
Adapun Roh Kudus yang diartikan Roh Theos.
Ini luar biasa.
Jadi pemilihan kata Theos untuk menterjemahkan Elohim, ini luar biasa.
Sebenarnya tidak pas.
Sebenarnya tidak terlalu perlu.
Soalnya di Perjanjian Lama belum ada Tuhan Yesus.
Kalau Yesus membuat mukjizat itu untuk kepentingan kemesiasan bukan untuk diriNya.
Maka Bapa tidak ragu - ragu mempercayakan jagat raya ini dan pemerintahannya diserahkan kepada Tuhan Yesus.
Dan Dia selalu menjadi kemuliaan Bapa di surga.
Bapa dan anak itu pribadi yang berbeda.
Kata hakekat itu bermacam - macam rumusan.
Hakekat itu inti atau dasar atau bagian, jadi Yesus itu bagian dari Elohim.
Satu hakekat dengan Bapa artinya satu bagian, tapi bukan satu sejajar.
Kata yang lain menunjuk Bapa dalam teks Ibrani digunakan kata allos berbeda atau lain, tetapi masih satu hakekat.
Jadi kita harus memahami kata allos dengan heteros.
Heteros itu berbeda jenis.
Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan, karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan yang mengasihi yang lain.
Atau dia akan setia pada seorang dan tidak mengindahkan yang lain.
Kamu tak dapat mengabdi pada Allah dan mamon.
Kata lain di sini tidak menggunakan kata allos, tapi heteros.
Bapa ini pribadi yang lain dari Yesus yang lain, lain tapi allos, lain tapi satu hakekat, bukan heteros.
Pribadi yang lain itu bukan berbeda hakekat.
Lain allos, lain tapi satu jenis, satu hakekat, satu lembaga, satu bagian Elohim, bukan heteros.
Jadi Bapa π dan Anak ini beda, tapi dalam satu jenis, satu hakekat Allah Elohim.
Allah Bapa Allah Anak satu hakekat artinya satu inti dasar satu dalam bagian Elohim tersebut, tapi bukan berarti sejajar.
Orang takut membedakan dua pribadi ini.
Benar - benar lain dalam satu hakekat.
π·Sesi ke 3
Allah itu tunggal.
Elohim itu jamak.
Sesembahan yang benar harus mengerti bahwa bila kita tertunduk dengan kata Elohim, yang diterjemahkan Allah itu berarti lembaga ilahi.
Masalahnya adalah : sebab kata Elohim dan Theos diterjemahkan sama Allah.
Jadi masalah.
Sedangkan Yahwe diterjemahkan Tuhan.
Ini tidak melihat dari sudut penamaan, sebutan nama, tapi sedang mempersoalkan mengenai ketribualan.
Ini artinya : El.
Sesembahan yang tunggal El.
Allah anak berarti Anak tunggal Allah.
Allah Bapa juga digunakan, tidak salah.
Setelah kita mengenal Tritunggal, kita dapat berkata yang menciptakan langit dan bumi π adalah : Elohim, karena memang ramai - ramai yang menciptakannya, bukan sendiri.
Kecuali di dalam pikiran kita waktu menyebut Allah berarti sama dengan Elohim.
Allah yang menciptakan langit dan bumi, boleh juga.
Allah dalam bentuk jamak Bapa, Anak, Roh Kudus yang melingkupi semuanya.
Kata Theos diterjemahkan Allah bisa lebih dekat, karena Theos ini tunggal dan Allah dari El ini tunggal juga.
Jadi tidak terlalu bermasalah.
Tapi kalau El ini diterjemahkan Allah bermasalah, karena El itu jamak, ini lebih ke tunggal.
Elohim Yahweh, Elohimnya orang Israel.
Tidak bisa dikatakan Allah Elohim karena itu nama corporate dari Elohim.
Memang semua bisa dipaksakan.
Tapi kalau kita kan pengertian yang benar Elohim yang menciptakan langit dan bumi, itu lebih benar.
Kalau Allah yang menciptakan langit dan bumi, ada kurang tepatnya, karena Allah itu lebih menunjuk ke tunggal.
Padahal pribadi ini bukan tunggal, tapi jamak.
Jadi Elohim itu generik name, bukan personal name.
Personal name itu Yahweh.
Jadi kalau kita menyebut Yahwe, ingat di dalam Yahwe itu ada Bapa dan Anak.
Yahweh itu nama corporate, Bapa bisa menggunakan, anak bisa menggunakan.
Jadi Anak Bapa Tuhan Yesus π sebelum bereinkarnasi menjadi manusia itu mewakili Elohim.
Dalam beragama, Orang - orang Yahudi berprinsip bahwa tidak ada Elohim selain Yahwe.
Bagi orang percaya pernyataan itu diakui benar.
Tapi kita tahu Elohim itu ada Bapa dan Anak.
Tapi orang Kanaan yang memilih banyak agama Elohim kami adalah Baal, Dagon, Asyer, Asyetoret, Molokh dll.
Tapi Orang Israel tidak ada Elohim selain Yahweh.
Kemudian setelah kita jadi orang percaya π₯, ternyata di dalam Yahweh ini ada pribadi.
Yahweh ini ada Bapa ada Anak.
Ternyata ini memiliki segala kekuasaan dan kerajaan.
Ini yang menerima kekuasaan dan kerajaan.
Ini jadi Tuhan, ini Bapa.
Jadi tidak ada Elohim selain Yahweh, setuju.
Lalu tidak ada Bapa sumber segala berkat selain BapaNya Tuhan Yesus.
Dan tidak ada Tuhan selain Yesus.
Ketia Tuhan Yesus membuka rahasia ada Bapa ada Anak.
Ini ada kepala.
Kepala Kristus itu Bapa π
Bapa yang memberi kepercayaan kepada Anak untuk mengolah jagat raya, Dia jadi Tuhan, artinya : penguasa, majikan.
Maka tidak ada majikan selain Yesus.
Bapa di surga Dia bapanya Tuhan, kalau boleh sebut Tuhan besar.
Ini Bapa yang dari Bapa keluar Yesus, keluar dari Anak.
Dia Bapa segala roh.
Dari Bapa juga keluar roh yang lain, jadi lusifer, tapi memberontak.
Lalu malaikat - malaikat juga roh, juga anak - anak Allah, karena rohnya dari Bapa.
Dan manusia juga anak Allah, rohnya dari Bapa.
Tetapi yang satu ini, Dia bersama Bapa menciptakan langit dan bumi π dan manusia.
Dia bukan bagian dari ciptaan.
Sebelum ada siapa - siapa, bersama dengan Bapa.
Ada hal yang tidak perlu kita tanyakan, Karena itu terlalu terhormat, terlalu agung.
Dan kita tidak patut berkata begitu.
Bapa ini roh yang melahirkan Anak atau Anak lahir dari Bapa.
Anak yang menciptakan, Bapa yang memberikan kekuasaan.
Pada waktu Dia di Eden,
Ada sosok yang mesti melayani Anak, dia ditaruh di kerub di tamannya Tuhan.
Dia bisa memerintah sendiri, dia memberontak.
Roh Kudus adalah RohNya Bapa π yang melingkupi jagat raya.
Roh Kudus juga di luar dari Bapa.
Tapi kata Anak keluar dari Bapa, tapi kata keluarnya ini beda.
Kata keluar bisa terpisah dari pribadi lain, tapi lainnya allos, lain tapi sehakekat, bukan lain secara jenis ( heteros )
Lain tapi satu jenis, satu hakekat yaitu dalam lembaga Elohim.
Roh Kudus keluar dari Bapa, keluar dalam arti memancar terus - menerus, mengalir, karena itu rohNya Bapa π
Bapa, Anak ada di surga, Roh Kudus memenuhi bumi ada di jagat raya.
Ada pribadi Anak, ada pribadi Bapa.
Apakah Roh Kudus juga berpribadi ?
Ya, tergantung bagaimana tergantung kita memahami kata pribadi.
Biasanya kata Pribadi artinya : satu entitas yang memiliki pikiran dan perasaan kehendak yang bisa mengambil keputusan atau pikiran.
Tetapi pengertian Roh Kudus pribadi ke tiga.
Itu jadi relatif.
Jika dikaitkan karya - karyaNya Dia pribadi ke tiga karena Bapa ada di surga.
Tapi kalau dikaitkan di dalam kesatuan Elohim Dia pribadi ke tiga, karena Dia rohNya Bapa π
Dalam Konteks Roh Kudus mewakili Bapa dan Anak, Dia menyelenggarakan pemerintah jagat raya ini.
Konteks kesatuan Elohim. Dia bukan pribadi ke tiga karena Dia menyatu dengan RohNya Bapa.
Jadi kalau kita memahami Roh Kudus itu Roh yang berbeda, Roh yang lain jadi kacau, Ketritunggalan jadi kacau, karena memandang Tritunggal juga salah.
Mau tidak mau dipisahkan, salah itu.
Roh Kudus itu Roh Allah.
Maka di Perjanjian Baru disebut Roh Theos.
Sebenarnya kejadian apa dalam proses Roh Elohim.
Roh Elohim itu Rohnya Bapa atau Anak tidak jelas.
Karena memang tidak tahu.
Di Perjanjian Baru baru tahu.
Roh Theos bukan Roh Logos.
Yang lebih biasa adalah ada beberapa ayat yang menunjuk roh Yesus datang, itu pribadi Yesus.
Yang harus kita mengerti hal ini Yesus Tuhan π kita itu tidak memiliki kuasa dalam dirinya sendiri.
Kalau dikatakan Allah itu esa, kan memang sumbernya satu dari Bapa ini.
Kalau bicara lisensi, siapa yang punya lisensi ? itu Bapa π
Tetap Dia memiliki putra tunggal, Dia menjadikan ini lembaga atau institusi yang namanya Yahwe.
Ini jadi Allah karena dalam satu hakekat lembaga ini.
Terbukti banyak perkataan Tuhan
Anak itu mendapat kemuliaan sebelum duniaπ dijadikan.
Anak tidak bisa berbuat apa - apa dari dirinya sendiri.
Dia bisa dikosongkan dengan kata lain dibunuh.
Lalu rohnya ditaruh dalam diri Yesus.
Yesus ini seratus persen seperti kita cuma rohnya Tuhan yang berinkarnasi masuk di sini.
Jadi pada waktu putraNya dikosongkan, diambil semua kemuliaan itu.
Dan dikembalikan lagi setelah Dia menang segala kuasa di surga di bumi π kemuliaan diberikan kembali, itu dari Bapa.
Kalau Roh Kudus dianggapnya rohnya yang lain betapa kacaunya Tritunggal.
Supaya tidak kacau dibuat ilustrasi telur, jadi kacau.
Allah yang benar ini, yang punya lisensi.
Segala kuasa, kemuliaan di tangan Bapa π
Ini bukan merendahkan Yesus sama sekali.
Menghormati Putra seperti menghormati Bapa, tetapi
Segala kuasa dari Bapa, bukan dari Tuhan.
Ketika kita mengerti kebenaran kita mau sempurna.
Kita π₯ mau ikut jejakNya Tuhan Yesus.
Jadi kita bisa menarik Yesus ini terbatas, supaya kita menelandani seluruh hidup Yesus dengan jelas.
Dia dikosongkan.
Ketika Dia dikosongkan dunia masih bisa berjalan dengan baik dalam perputaran yang sempurna dengan siklusnya yang sangat - sangat sempurna,
karena semua dikerjakan Roh.
Roh Allah itu membuat tatanan, yang menegakkan semua tatanan.
Hukum Archimedes tidak bisa dibatalkan.
Itu semua ada tatanan. Itu semua hukum - hukum kehidupan ini karena ada Allah yang memenuhi jagat raya ini.
Jadi kalau Roh Kudus dianggap Roh yang lain, jadi betapa konsep Tritunggal itu.
Bapa π tidak berhubungan langsung dengan ciptaanNya ketika Sang Anak yang memerintah dan fasilitas Roh Kudus yang membuat tatanan.
Nanti kalau kita di surga semua sudah sempurna, tidak ada dosa, semua siklus alam berjalan dengan baik, tidak ada kejahatan.
Tentu semua harus dikaryakan, sebagai manusia harus bekerja mengolah bumi yang baru, tetapi semua ada tatanan.
Dan manusianya hidup dalam tatanan itu.
Kalau sampai kita berkata Yesus π adalah pencipta langit dan bumi kita tidak perlu ragu lagi.
Yesus Sang logos itu.
Pada waktu penciptaan anak Bapa belum dinyatakan, maka tentu saja belum ada nama Yesus.
Dalam injil Yohanes dikatakan Theos bersama Logos.
Theos itu Bapa.
Logos itu Firman, Anak.
Sekarang jelas.
Yesus berkata, Bapaku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.
Itu semua pekerjaan karya Bapa π di Surga.
Dan Anak tidak bisa mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri, jikalau Ia tidak melihat Bapa mengerjakannya, sebab apa yang dikerjakan Bapa itu dikerjakan Anak.
Sebab Bapa mengasihi Anak, dan Ia menunjukkan segala sesuatu yang dikerjakan.
Itu pasti bukan menyangkut hanya hal - hal yang menyangkut di bumi π saja, tidak istimewa - tidak istimewa sekali, tapi ketika penciptaan alam semesta di luar waktu sebelum dunia diciptakan Yesus Allah Anak sudah melihat apa yang Bapa kerjakan.
Jadi pernyataan Tuhan Yesus π tersebut memberi kesan yang kuat bahwa Anak Bapa Tuhan Yesus selalu bersama - sama Bapa dalam karyaNya sejak Anak Bapa bersama Bapa dalam pemerintahan nanti bersama kita di langit baru bumi baru.
Jadi kalau dikatakan pemerintahan sejak zaman purbakala artinya : Dia sudah ada.
Tetapi harus mengakui kepala segala sesuatu itu Bapa.
Di atas Yesus ada Bapa.
Bahkan Yesus menundukkan diri kepada Bapa.
Semua ditundukkan di bawah kakiNya.
Anak tundukkan diriNya kepada Bapa.
Misteri segala misteri adalah Bapa.
Kita harus memghayati misteri Bapa.
Tidak ada seorangpun sampai kepada Bapa, kecuali melalui Aku.
Aku jalannya, bukan tujuan.
Ini bukan merendahkan Yesus, tetapi menempatkan.
Dia bukan tujuan, tujuannya Bapa.
Kalimat ini membahayakan doktrin Kristologi.
Hanya bahaya saja, bukan mencelakan, asal bisa memanfaatkan, bahaya jadi tidak bahaya.
Yesus jalan sampai kepada Bapa π
Ini bukan dipahami sekedar selamat.
Memang tidak ada keselamatan di luar Yesus.
Jadi salib ini menebus dosa dunia, semua orang yang dihakimi menurut perbuatan.
Tapi yang sampai kepada Bapa, ini yang ditunjuk jalan kebenaran yang memiliki hidup yang berkualitas, itu manunggal Bapa, ikut Yesus.
Yang ini bukan umat pilihan, tapi jadi anggota masyarakat yang dihakimi menurut perbuatan dan yang berkenan tinggal di kerajaanNya.
Kalau kita anak yang memanggil yang maha agung Bapa.
Alkitab π berkata, "Jaga perkataanmu, jangan banyak bicara, karena Allah, Elohim Yahwe di Surga, kita di bumi."
Dulu kita ngomong sembarangan.
Makin hari makin kita berdoa kepada Bapa tidak berani macam - macam, sekarang takut, tidak berani sembarangan ngomong, hati - hati.
Jadi kita bisa mengerti hubungan kita dengan Yesus π
Ini tidak bisa dipecahkan dengan kajian tulisan Theologi, ini harus dialami.
Yang benar harus ditegaskan Yesus itu Elohim sendiri.
Ego Eimi, Akulah Dia.
Jadi orang - orang Yahudi pada waktu itu tidak mau mengakui Yesus itu Elohim sendiri.
Tapi Tuhan berkata : "Akulah Dia "
Sering berkata, Aku berkata kepadamu itu pernyataan - pernyataan sering muncul di Perjanjian Lama, Aku adalah Aku.
Dimunculkan Tuhan Yesus.
Sebenarnya dari hal itu tersirat Dialah Elohim Yahwe ini.
Dengan penjelasan ini tidak perlu dipersoalkan lagi keesaan.
Tapi esa ekhad bukan esa yakhid.
Sesembahan yang benar bagi umat pilihan adalah Elohim, yaitu ditinjau dari keberadaannya...jelas.
Sebab yang terpenting adalah bagaimana Elohim, Bapa, Anak, Roh Kudus menggelar pemerintahanNya, melaksanakan rencanaNya dan kita pahami dan terlibat di dalamnya.
Relasi kita dengan Yesus π jelas, relasi kita dengan Bapa jelas.
Bapa mengutus putraNya, putraNya sukses lalu PutraNya berkata, seperti Bapa mengutus Aku, Aku mengutus kamu, pergilah...
Aku jalan, kamu bisa menghubungi Bapa, minta dalam namaKu, dalam nama Tuhan Yesus, itu jelas kamu minta kepada Bapa pakai namaKu.
Sumber berkatnya Bapa π tapi bukan berarti kita tidak bisa minta kepada Tuhan Yesus, karena Dia Tuhan, Dia bisa buat, itu hebat sekali.
Segala sesuatu yang dikehendaki oleh Bapa π untuk dilakukan pasti dilakukan dengan sempurna.
Jadi waktu kita minta kepada Tuhan Yesus, Tuhan Yesus tidak mungkin memberi sesustu yang Bapa tidak kehendaki, pasti....
Minta kepada Bapa perantaranya Yesus, bukan Santo Petrus.
Harus pakai nama Yesus.
Tuhan Yesus tidak akan memberi apa yang Bapa π tidak kehendaki.
Dia duduk di sebelah kanan Allah Bapa.
Dia akan menjawab sesuai kehendak Bapa.
Relasi Bapa dan Anak relasi yang sempurna dalam menciptakan langit dan bumi dalam melaksanakan karyaNya.
Kalau Anak disejajarkan Bapa bagaimana dikosongkan ?
Dari dulu juga jadi utusan, bahkan di Perjanjian Lama Dia tidak pernah menggunakan kekuasaanNya tanpa ijin Bapa.
Maka tidak heran Dia rela melepaskan kesetaraanNya.
Rencananya Elohim sempurna atas bumi, penciptaan manusia π₯, penyelamatan.
Yang kita persoalkan, pahami adalah apa rencana dan kehendakNya dalam hidup kita.
Kita melihat Yesus dari moralNya, bukan dari mukjizat - mujizatNya, setan juga bisa buat.
Dari moralNya setan tidak bisa buat.
Tuhan Yesus π bisa dikosongkan jadi manusia.
KeilahianNya dikosongkan.
Dia pribadi dari Bapa.
Dia 100 % bagian dari Elohim.
KeilahianNya nampak dari moralNya, itu moral Bapa.
Dia yang sulung, kita saudaraNya.
Tuhan Yesus π disebut yang sulung artinya : mendahului menang atau sempurna.
Allah bekerja dalam segala hal, supaya kita serupa dengan Yesus supaya kita
dimuliakan bersama Dia.
Tuhan Yesus 100 % Allah artinya : RohNya itu dari Bapa.
Tuhan Yesus 100 % manusia persis seperti kita berdaging, makan, cape.
KeilahianNya dikosongkan,
tapi Dia bisa pakai kalau mau, bisa menurunkan malaikat, tapi tidak.
KeilahianNya nampak dari moralNya.
Tapi ternyata bukan Yesus yang bisa bermoral, kita juga bisa, namanya kita juga manusia Allah / Man of God, kita π₯ menjadi keluarga kerajaan.
Yang menerimaNya diberikan kuasa supaya menjadi Teknon, anak dalam arti keturunan.
Kenapa disebut kudus ?
Ketika di dalam Perjanjian Baru Roh Allah hinggap di dalam diri manusia π₯
Kata kudus mengingatkan, bahwa manusia yang dihinggapi Roh itu tidak boleh hidup sembarangan.
Roh Allah ketika hinggap disebut Roh Kudus supaya
orang yang dimeteraikan Roh Kudus tidak boleh hidup sembarangan.
Roh Yesus artinya : pribadi Yesus yang langsung turun.
Roh Kristus ini spiritnya, gairahNya dari Yesus.
Roh Allah sama dengsn Roh Kudus, ini RohNya Allah Bapa.
Di Perjanjian Baru Roh Allah disebut Roh Theos, Rohnya Bapa, jadi bukannya Roh orang lain.
JBU π·
Sangat penting kita memahami Allah Tritunggal.
Sebab kebenaran hal ini memiliki implikasi yang sangat kuat di dalam hidup kita, karena merubah konspirasi berpikir.
Banyak hal yang tertuang dalam Alkitab π dan membentuk hubungan dengan Tuhan.
Hal ini tidak bisa dijelaskan secara lengkap.
Hal ini harus kita alami.
Kalau pengajaran Tritunggal hanya menjadi hasana ilmu di dalam pikiran, menjadi kajian, dan bahan perdebatan maka itu tidak memiliki implikasi.
Tidak memiliki pengaruh dan dampak di dalam hidup keseharian dalam hubungan dengan Tuhan, dalam inspirasi pribadi sesembahan yang benar dengan sesama.
π·Sesembahan maksudnya : sosok pribadi yang menjadi obyek untuk dihormati, dipuja, disanjung, dan disembah melampaui siapapun.
Sesembahan memang bisa berupa sesuatu, tetapi juga menunjuk pribadi yang kita harapkan memperoleh perlindungan.
Perlindungan bukan berarti kita bisa melewati hari tanpa problem, semuanya smooth, running well ok.
Tetapi apapun terjadi mendatangkan kebaikan untuk hidup kekal nanti, itu perlindungan.
Kalau kuasa kegelapan bisa melindungi kita di bumi π dengan kenyamanan, keamanan dan kenikmatan hidup yang berakhir kepada kebinasaan.
Di dalam kenyamanan itu manusia bisa tidak memperdulikan siapa yang menciptakan langit dan bumi, kehendak serta rencana.
Tetapi proses yang luar biasa dari sesembahan yang benar merubah karakter dan watak kita melalui segala hal.
Bahkan melalui hal - hal yang tidak menyenangkan.
Di situ merupakan bentuk perlindungan Tuhan.
Sesembahan itu pribadi daripadaNya kita π₯memperoleh perlindungan.
Iblis tidak bisa menjadi perlindungan.
Tuhan Yesus mengatakan memang dari dulu dia pembunuh.
Tetapi kepada sesembahan yang benar kita memperoleh perlindungan, pertolongan.
✳Pertolongan bukan berarti :
- Kita sakit disembuhkan.
- Dalam problem ekonomi kita diberi jalan keluar.
Bukan itu masalahnya
Pertolongan di sini adalah : - Bagaimana Dia mengubah manusia berdosa ini menjadi manusia Allah.
- Bagaimana Dia merubah karakter kita dengan karakter manusia ( human nature) kita menjadi seorang berkodrat ilahi ( divine nature)
Jika demikian bukan pertolongan.
Jadi kalau ada pertolongan yang ditawarkan yang bertendensi tidak merubah karakter kodrat dosaku,
Itu bukan dari Tuhan π
Itu penyusupan kuasa gelap di dalam gereja - gereja.
Kepada sesembahan kita mengabdi dan memberikan ini.
Kepada sesembahan inilah manusia melakukan ibadah kebaktian dalam seremonial atau ritual. Tetapi kita π₯ menyembah dalam Roh dan kebenaran.
Pujian kita tadi belumlah sebuah ibadah itu buah bibir yang memuliakan namaNya.
Ibadah yang sejati Ketika kita menghayati dalam pemerintahan satu pribadi agung yang berperasaan dan mempunyai kehendak, memiliki rencana supaya setiap hal yang kita pikirkan, kita ucapkan, dan kita lakukan selalu sesuai dengan kehendakNya.
Misalnya :
- Waktu kita mengalah waktu masuk lift karena lift terlalu penuh, itu ibadah.
- Waktu kita disakiti, dilukai kita tidak membalas kejahatan orang, itu ibadah.
- Waktu kita menolak perbuatan hal - hal yang menyakiti Tuhan, bukan hanya melanggar moral.
Sesuatu yang mungkin baik di mata manusia
tapi tidak sesuai kehendak Allah, itu ibadah.
Jangan memperkerdil pikiran kita menaifkan ibadah hanya datang ke gereja π memuji dan menyembah Allah.
Itu dangkal, itu sempit, itu miskin.
Itu hanya kulit, itu kemasan.
Ibarat handphone, itu dami.
Ibadah yang sesungguhnya adalah : sebuah tindakan.
Kekristenan yang sejati mengerjakan ibadah, bukan sikap tubuh kita ke satu arah
Tidak perlu kita memiliki gerak, tata cara - tata cara tertentu untuk melakukan yang disebut penyembahan.
Sebab penyembahan itu sikap batin yang terpancar terekspresi dalam tindakan - tindakan.
Kalau di gereja π sikap nyanyi sudah tidak benar bagaimana dia bisa mengisi hari - hari hidupnya dengan benar.
Ke gereja saja tidak.
Menyanyi saja tidak sungguh - sungguh
Baru menyampaikan buah bibir yang memuliakan namaNya tidak dilakukan, apalagi dalam prilaku.
- Sesembahan dipandang sebagai " Yang Ilahi " tidak dapat disamakan atau dipadankan dengan siapapun.
- Sesembahan dipandang sebagai yang memberikan hukum untuk ditaati, dan menjadi hakim yang akan mengadili setiap manusia π₯ suatu hari nanti.
- Percaya adanya akhirat, percaya adanya surga dan neraka.
Sesembahan adalah Pribadi yang diyakini memberi wahyu oleh penganut agama Samawi sebagai kebenaran dan tuntunan moral.
Bagi agama Samawi seperti agama Yahudi agama Samawi pertama, agama Kristen agama Samawi kedua, agama Islam agama Samawi ke 3
Sesembahan adalah : Pribadi yang berhak mengampuni dosa, memperkenan manusia masuk Surga atau membuangnya ke neraka.
Bagi orang Yahudi sesembahannya adalah Elohim, yang namanya Yahwe.
Elohim itu generik name,( nama umum )
Sebutan sesembahan itu Elohim, El itu the Mighty.
Elohim itu jamak, namanya Yahwe.
Banyak orang Kristen yang menganggap bahwa pengajaran ini tidak jelas.
Dan menjadi titik kelemahan dari pengajaran Kristen, itu salah.
Justru pengajaran mengenai Tritunggal adalah kekuatan
Keunggulan Kekristenan
Sebab dari pengajaran ini tersingkap bagaimana dan siapa Allah π yang benar ini ?
Tidak ada yang dapat menyingkapkan obyek sesembahan selain Dia yang turun dari Surga yang kita yakini Anak Allah.
Yesus anak Bapa yang menyingkapkan siapa Allah yang benar ?
Dibalik fakta - fakta fenonema Tritunggal dapat diperoleh pengertian pribadi - pribadi dalam obyek sesembahan itu.
Tidak ada Allah dalam Alkitab π yang ada Elohim.
Di dalam Elohim ada Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Theos itu sama dengan The Mighty juga generik name, nama umum untuk sesembahan dalam lingkungan budaya Yunani.
Alkitab perjanjian lama diterjemahkan dalam bahasa Yunani.
Kata Elohim diterjemahkan Theos.
Sebenarnya tidak pas, karena Theos itu tunggal.
Elohim itu jamak.
Tetapi ajaib, ketika Theos ditaruh di Perjanjian baru
menjadi tunggal, itu Yesus Logos.
Mereka memilih kata Theos, sebab sebuah kata yang sepadan dengan kata itu dalam bahasa Yunani.
Padahal itu tidak tepat, sebab Theos menunjuk tunggal, sedangkan Elohim menunjuk jamak.
Ketika Tuhan Yesus π datang Alkitab diterjemahkan bahasa Yunani kata Elohim diterjemahkan Theos, tunggal lalu menunjuk Bapa, sedang Yesus logos atau kurios.
Tanpa disadari Allah mengukir sejarah untuk memperkenalkan siapa Allah yang benar ?
Orang Yahudi menyebut Allahnya Elohim, kita ikut Elohim.
Tetapi puji Tuhan injil Matius 11 Yesus Kristus berkata :
- Tidak seorang mengenal Bapa selain Anak.
- Dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa.
- Dan kepada siapa Anak itu memberitahu, siapa Bapa, siapa Anak ?
Jadi kita mulai tahu, Bapa dan Anak.
Jadi kalau Tuhan berkata : "Akulah Jalan Kebenaran Dan Hidup."
Dia jalan Dia, bukan tujuan.
Bapalah yang dituju.
Tapi jalan ini bukan tidak terhormat.
Kita bukan merendahkan Yesus.
Kita meletakkan proporsi yang tepat dan benar ketika kita percaya dan yakin Tuhan Yesuslah jalan.
Jadi Bapa dan Yesus tidak sejajar.
Ada yang empunya kekuasaan, kemuliaan, tidak kelihatan selama - lamanya misteri segala misteri.
Dia memberikan Putra Tunggal yang mewakili Dia.
Maka Dia berkata ,"Lihat Aku lihat Bapa ."
Ini jelas kita menyembah Bapa π tidak mengurangi kita menghormati Tuhan Yesus.
Kita menyembah Tuhan Yesus bukan mengabaikan Bapa di Surga.
Tritunggal digambarkan :
- Bentuk segitiga ▲( Allah Bapa, Anak, dan Roh kudus )
- Es batu ( ada batu esnya yang keras, uapnya dan airnya kalau mencair )
- Matahari π yang memiliki cahaya, panas, dan terang.
- Telur ( ada kulit, putih telur, dan kuningnya)
Tritunggal tidak ada di Alkitab.
Tritunggal adalah sebuah istilah.
Kalau kita menggunakan Istilah Tritunggal di dalam Alkitab π itu ada pribadi Bapa, Anak dan Roh Kudus di kitab Perjanjian Baru.
Di Perjanjian Lama namanya Yahwe.
Tapi jangan kita berpikir Bapa namanya Yahwe, kalau Yesus Yoshua Hamasiah.
Ini juga salah.
Elohim itu nama umum, generik name, nama umum untuk Allah.
Elohim itu sebutan sesembahan.
Yahwe itu namanya.
Yahwe itu nama dari Elohim.
Di dalam Elohim ada Bapa, Anak dan Roh Kudus.
Berarti Yahwe nama corporate, nama bersama.
Di Perjanjian Baru ternyata kita menemukan nama Theos, itu menunjukkan Bapa.
Jadi kalau Hoteos itu pasti Bapa, biasanya ada kata sesembahan.
Tapi Kalau Theos tok itu bisa artinya ilahi.
Yesus adalah Theos, artinya : Yesus adalah ilahi.
Tapi Yesus bukan Hoteos pribadi Bapa.
Tapi Yesus Theos, Yesus itu yang ilahi.
Itu hebat bahasa Yunani untuk menolong kita.
Ada kata sandang biasanya menunjuk pribadi.
Hoteos, tonteon ada artikel kata sandangnya.
Hoteos itu berarti Bapa.
Pada mulanya adalah Firman, Firman dengan Allah, Firman adalah Allah.
Kalau Firman itu Allah π itu logos itu adalah Theos.
Logos itu ilahi.
Logos itu bagian dari Elohim tepatnya begitu, tetapi Bapa adalah Theos itu.
π·Sesi ke 2
Dengan belajar Tritunggal kita mendapat pengertian yang berdampak dalam hidup kekristenan kita.
Sebelum para menyusun Pancasila sila pertama Ketuhanan Yang maha Esa Pancasila dasar negara Indonesia, Kata "Esa" sudah ada di dalam Alkitab ribuan tahun sebelum ada agama Kristen dan agama Islam, yaitu : sekitar th 1400 sebelum masehi ( sm )
Sebelum agama Kristen
2100 tahun sebelum ada agama Islam.
Agama kristen mulai ada pada th 100 sm.
Agama Kristen tidak pernah mengarang cerita sendiri mengenai :
- Penciptaan
- Kejatuhan manusia ke dalam dosa
- Banjir Besar dunia zaman Nuh
- Zaman Abraham
- Perjalanan Bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan
- Mengenai nabi - nabi.
- Kisah Musa itu faktor empiris sejarah, jelas sekali.
Kita mengadopsi dari Alkitab agama Yahudi.
Jadi jelas akar Kekristenan yaitu : agama Yahudi.
Tuhan Yesus π tidak mendapat pengajaran itu dari siapa - siapa, mengenai kejadian mengenai Musa dll, juga kitab orang Yahudi.
Dalam Alkitab Perjanjian Lama, yaitu milik bangsa Yahudi dapat dijumpai pernyataan yang luar biasa
mengenai Sesembahan yang benar yaitu : Elohim yang bernama Yahwe.
Mereka memiliki semacam credo itu atau pengakuan atau syahadat yang berbunyi, "Dengarlah hai orang Israel, Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa !"
Mereka menyebutkan Yahwe di sini Adonai.
Ini semacam pengakuan iman.
Bahkan kalimat terakhir sebelum meninggal mengucapkan, Allah itu esa.
Kata esa di sini Ekhad
Di sini terjadi semacam kekacauan.
Kata esa di dalam sila bisa dipahami bermacam - macam
Bisa satu kesatuan
Di Indonesia orang Kristen sudah terbiasa mendengar kata esa yang artinya : berjumlah satu, yang
sama dengan tunggal maka asumsi banyak orang Kristen terbawa pengertian esa dari konteks bahasa Indonesia.
Dan ini berpotensi mengacaukan pengertian orang Kristen terhadap pemahaman yang benar mengenai keesaan obyek Sesembahan yang benar dari sudut pandang iman Kristen.
Sila kita sudah benar, tetapi pengertian kita sebagai orang Kristen π₯ harus tepat.
Jadi Kata esa menurut pandangan Alkitab, dari kebenaran Alkitab.
Kita harus kembali kepada Alkitab π, jadi Allah itu ekhad, esa.
Itu berarti satu dalam kesatuan, artinya benar, tepat atau sepantasnya.
Bersatu satu - satunya.
Dengan demikian ekhad bukan satu dalam arti tunggal, atau dalam arti jumlah bilangan.
Tetapi ekhad dipahami satu dalam kesatuan.
Ini menunjuk keberadaan Elohim.
Untuk mendalami pengerartian ekhad ini ulangan 6 : 4 - 6 terdapat kaya itu harus lihat konteksnya dengan teliti.
Persatuan obyek sesembahan yang benar bagi umat pilihan adalah Elohim yang nama propernya adalah Yahwe.
Ini terkait juga dengan
Elohim juga yang digunakan bangsa Kanaan.
sebagai sebutan untuk allah sesembahan mereka.
Asyera, Asyitoret, Dagon, Baal, Milkom, Molokh dll.
Jadi kalau orang Yahudi berkata Allah itu esa, artinya : Allah itu satu.
Ini misteri sebenarnya.
Walaupun di dalam catatan dalam buku - buku terdapat pernyataan orang Yahudipun sebenarnya Allah mereka itu bukan satu dalam arti tunggal, jamak.
Tetapi di Alkitab π tidak muncul namanya.
Di dalam tradisi dikatakan begitu.
Dan Kita bisa mengerti mereka tidak mengerti dengan jelas, karena belum disingkapkan oleh Tuhan Yesus.
Tetapi kalau agama - agama Kanaan menyebut Elohim itu berarti satu kesatuan dari banyak allah - allah mereka :
- allah mereka untuk perang
- allah mereka untuk kesuburan tanah
- allah mereka untuk kemakmuran dsbnya.
Ada banyak dewa - dewa.
Dengan pernyataan bahwa Elohim itu esa, hendak ditegaskan bahwa hanya ada satu obyek Sesembahan.
Jadi obyeknya satu.
Tapi di dalam obyek
Itu ada pribadi - pribadi itu masalah.
Bagi Bangsa Israel mereka hanya mengenal Yahwe.
Di luar Yahwe kebohongan bukan Sesembahan yang patut.
Jadi obyeknya hanya satu, Elohim yang bernama Yahweh itu nama corporate.
Elohim itu juga corporate.
Mereka punya Elohim, dari dewa - dewa itu.
Kalau Israel Elohimnya satu yaitu Yahweh.
Jangan Allah lain artinya : obyek Sesembahannya Elohim yang
proper namenya Yahweh.
Sesungguhnya keberadaan Elohim yang disembah dan diakui oleh Bangsa Israel serta orang percaya, bisa dikatakan sebagai suatu lembaga yang didalamnya ada Pribadi - Pribadi.
Bila diamati dengan teliti, sangat jelas masing - masing Pribadi ditampilkan di banyak bagian dalam Alkitab π
Hal ini harus dipahami dengan tepat.
Kata Elohim yang memgisyaratkan adanya kejamakan Pribadi dalam diri Elohim tersebut menunjuk suatu lembaga.
Kata Ekhad tidak sama dengan konsep agama.
Esa = gabungan unggulan
Kej 1 : 24 Suami istri jadi satu daging itu ekhad
Kata Yakhid menunjuk satu - satunya Ishak yang yang dipersembahkan.
Allah π yang benar tidak pakai kata yakhid, tetapi pakai kata ekhad,
Sebenarnya penolakan kejamakan Allah hanya satu antikris, karena menolak Kristus.
Entah bagaimana pokoknya jalannya ABY ( Asal Bukan Yesus ) itu intinya.
Padahal Alkitab berkata : " Tidak memiliki Yesus tidak memiliki Bapa "
Tidak mengenal Bapa, tidak tahu jalan hidupnya.
Makanya orang Kristen harus memiliki moralnya Tuhan Yesus π
Bukan moralnya tokoh manapun.
Elohim itu lembaga, institusi.
Kita tidak perlu takut untuk menjelaskan hal ini.
Jadi Ketika Tuhan Yesus membangkitkan orang mati, lalu murid - muridNya menceritakan ke orang - orang, ini bisa membuat bahaya bagi Yesus, karena mereka akan mengenal Mesias itu.
Karena Mesias yang mereka pahami itu yang Ilahi, yang ini lain.
Jadi bisa digambarkan turun dari Surga dipersiapkan yang ilahi.
Bahkan misi yang dibawa Tuhan Yesus dengan Mesias yang mereka harapkan beda.
Jadi tidak heran memang orang Yahudi punya bayangan bahwa Allah itu jamak dan di antara Elohim itu bisa jadi Mesias suatu hari nanti.
Bukan tidak mungkin, yang perkasanya seperti Daud.
Karena yang mereka hadapi Roma yang begitu hebat.
Karena orang Yahudi Yesus datang dari Nazaret.
Apa itu Nazaret ?
Makanya sebutan Nasrani itu bukan sebutan penghormatan itu perendahan terhadap kampung, deso.
Nasrani itu Nazaret deso.
Apa yang diberikan Nazaret.
Di situlah kampungnya Tuhan Yesus.
Mereka π₯ tidak bisa mengerti Yesus mati disalib, ini murid - muridNya, apalagi Orang Yahudi.
Yang namanya Mesias itu agung ilahi seperti punya unsur Ilahi, yang punya unsur keilahian.
Orang - orang Yahudi yang tidak memahami pejamakan pribadi dalam Elohim, karena bagi mereka menganggap ajaran ini menghujat Elohim.
Mereka tidak mau mengakui bahwa Yesus anak Maria.
Kalau mengaku Elohim yang turun dari Surga spektakuler.
Tapi sebenarnya Tuhan Yesus π sendiri tidak pernah menyamakan diri dengan Bapa, sama sekali tidak bermaksud demikian.
Yesus adalah Anak bukan Bapa.
Dia adalah utusan.
Dan Yesus menjadi utusan bukan hanya pada waktu mengosongkan diri jadi manusia dari dulunya memang jadi suruhan Bapa.
Di Alkitab itu Malakh Yahweh - Malakh Yahweh yang disembah, itu utusan.
Memang kesayangan Bapa
dari dulu.
Dulu Gembala tidak berani mengakui terus terang bahwa :
- Melkisedek itu adalah Anak Allah.
- Yahwe yang berhadapan dengan Abraham itu Allah Anak ( Tuhan Yesus)
- Yang berhadapan dengan Yosua didatangi bala tentara itu Allah Anak.
- Yang menjumpai Hagar itu adalah Allah Anak juga.
- Yang berhadapan dengan Yakub itu adalah Allah Anak.
Inilah cirinya orang Teologia yang punya sistimatika berpikir terpaku begitu rupa artinya terpaku oleh premis - premis atau asumsi sebelumnya.
Jadi Allah Anak ini Tuhan Yesus π sudah menjadi representasi Bapa, utusan Bapa sejak zaman Perjanjian Lama.
Dia kesayangan Bapa sejak kekekalan.
Karena Bapa membiarkan Allah itu disembah, karena Allah Bapa memang tidak kelihatan.
Mereka belum tahu bagaimana menyembah Allah itu.
Akhirnya mereka melakukan ritual, seremonial seperti agama Yahudi dengan tuntunan ibadah mereka.
Dengan darah domba, mereka membuat ibadah di kemah suci dan bait Allah.
Itulah yang dilakukan.
Allah yang cerdas itu akan menunjukkan kecerdasanNya dalam tutunannya bagaimana umat menyembah ada tatacara.
Tetapi Tuhan Yesus π mengatakan tidak ada tata cara.
Yang penting sikap secara batiniah human lahiriah.
Kalau Allah senang disembah dengan cara tertentu, lalu Allah senang, itu Allah yang tidak cerdas.
Allah tidak perlu musik, Dia sudah punya jutaan malaikat dengan alat musik yang sempurna.
Kalau tubuhmu nunduk, jiwamu tidak nuduk itu percuma.
Bagaimana kita π₯ membedakan Allah yang benar dan Allah yang tidak benar ?
Batin itu tidak bisa kebaca.
Tapi Allah yang cerdas akan mengajarkan kita cari menyembah yang benar.
Berarti yang mendeklarasikan bahwa tidak ada Allah Elohim selain Sesembahan yang disembah oleh Abraham, Ishak dan Yakub yaitu Elohim Israel.
Di dalam Elohim sebagai terdapat Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Yang punya kerajaan itu adalah Bapa.
Menjadi Tuhan artinya : memperoleh Kemuliaan dari Bapa.
Bapa menyerahkan KerajaanNya bagi Tuhan Yesus.
Jadi tidak ada Tuhan selain Yesus, karena Yesuslah yang diberi kekuasaan oleh Bapa π
Bapa tidak pernah kelihatan.
Kita di bumi sementara ini bukan selamanya, kita warganegara Indonesia hanya 70 th - 80 th.
Adapun Roh Kudus yang diartikan Roh Theos.
Ini luar biasa.
Jadi pemilihan kata Theos untuk menterjemahkan Elohim, ini luar biasa.
Sebenarnya tidak pas.
Sebenarnya tidak terlalu perlu.
Soalnya di Perjanjian Lama belum ada Tuhan Yesus.
Kalau Yesus membuat mukjizat itu untuk kepentingan kemesiasan bukan untuk diriNya.
Maka Bapa tidak ragu - ragu mempercayakan jagat raya ini dan pemerintahannya diserahkan kepada Tuhan Yesus.
Dan Dia selalu menjadi kemuliaan Bapa di surga.
Bapa dan anak itu pribadi yang berbeda.
Kata hakekat itu bermacam - macam rumusan.
Hakekat itu inti atau dasar atau bagian, jadi Yesus itu bagian dari Elohim.
Satu hakekat dengan Bapa artinya satu bagian, tapi bukan satu sejajar.
Kata yang lain menunjuk Bapa dalam teks Ibrani digunakan kata allos berbeda atau lain, tetapi masih satu hakekat.
Jadi kita harus memahami kata allos dengan heteros.
Heteros itu berbeda jenis.
Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan, karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan yang mengasihi yang lain.
Atau dia akan setia pada seorang dan tidak mengindahkan yang lain.
Kamu tak dapat mengabdi pada Allah dan mamon.
Kata lain di sini tidak menggunakan kata allos, tapi heteros.
Bapa ini pribadi yang lain dari Yesus yang lain, lain tapi allos, lain tapi satu hakekat, bukan heteros.
Pribadi yang lain itu bukan berbeda hakekat.
Lain allos, lain tapi satu jenis, satu hakekat, satu lembaga, satu bagian Elohim, bukan heteros.
Jadi Bapa π dan Anak ini beda, tapi dalam satu jenis, satu hakekat Allah Elohim.
Allah Bapa Allah Anak satu hakekat artinya satu inti dasar satu dalam bagian Elohim tersebut, tapi bukan berarti sejajar.
Orang takut membedakan dua pribadi ini.
Benar - benar lain dalam satu hakekat.
π·Sesi ke 3
Allah itu tunggal.
Elohim itu jamak.
Sesembahan yang benar harus mengerti bahwa bila kita tertunduk dengan kata Elohim, yang diterjemahkan Allah itu berarti lembaga ilahi.
Masalahnya adalah : sebab kata Elohim dan Theos diterjemahkan sama Allah.
Jadi masalah.
Sedangkan Yahwe diterjemahkan Tuhan.
Ini tidak melihat dari sudut penamaan, sebutan nama, tapi sedang mempersoalkan mengenai ketribualan.
Ini artinya : El.
Sesembahan yang tunggal El.
Allah anak berarti Anak tunggal Allah.
Allah Bapa juga digunakan, tidak salah.
Setelah kita mengenal Tritunggal, kita dapat berkata yang menciptakan langit dan bumi π adalah : Elohim, karena memang ramai - ramai yang menciptakannya, bukan sendiri.
Kecuali di dalam pikiran kita waktu menyebut Allah berarti sama dengan Elohim.
Allah yang menciptakan langit dan bumi, boleh juga.
Allah dalam bentuk jamak Bapa, Anak, Roh Kudus yang melingkupi semuanya.
Kata Theos diterjemahkan Allah bisa lebih dekat, karena Theos ini tunggal dan Allah dari El ini tunggal juga.
Jadi tidak terlalu bermasalah.
Tapi kalau El ini diterjemahkan Allah bermasalah, karena El itu jamak, ini lebih ke tunggal.
Elohim Yahweh, Elohimnya orang Israel.
Tidak bisa dikatakan Allah Elohim karena itu nama corporate dari Elohim.
Memang semua bisa dipaksakan.
Tapi kalau kita kan pengertian yang benar Elohim yang menciptakan langit dan bumi, itu lebih benar.
Kalau Allah yang menciptakan langit dan bumi, ada kurang tepatnya, karena Allah itu lebih menunjuk ke tunggal.
Padahal pribadi ini bukan tunggal, tapi jamak.
Jadi Elohim itu generik name, bukan personal name.
Personal name itu Yahweh.
Jadi kalau kita menyebut Yahwe, ingat di dalam Yahwe itu ada Bapa dan Anak.
Yahweh itu nama corporate, Bapa bisa menggunakan, anak bisa menggunakan.
Jadi Anak Bapa Tuhan Yesus π sebelum bereinkarnasi menjadi manusia itu mewakili Elohim.
Dalam beragama, Orang - orang Yahudi berprinsip bahwa tidak ada Elohim selain Yahwe.
Bagi orang percaya pernyataan itu diakui benar.
Tapi kita tahu Elohim itu ada Bapa dan Anak.
Tapi orang Kanaan yang memilih banyak agama Elohim kami adalah Baal, Dagon, Asyer, Asyetoret, Molokh dll.
Tapi Orang Israel tidak ada Elohim selain Yahweh.
Kemudian setelah kita jadi orang percaya π₯, ternyata di dalam Yahweh ini ada pribadi.
Yahweh ini ada Bapa ada Anak.
Ternyata ini memiliki segala kekuasaan dan kerajaan.
Ini yang menerima kekuasaan dan kerajaan.
Ini jadi Tuhan, ini Bapa.
Jadi tidak ada Elohim selain Yahweh, setuju.
Lalu tidak ada Bapa sumber segala berkat selain BapaNya Tuhan Yesus.
Dan tidak ada Tuhan selain Yesus.
Ketia Tuhan Yesus membuka rahasia ada Bapa ada Anak.
Ini ada kepala.
Kepala Kristus itu Bapa π
Bapa yang memberi kepercayaan kepada Anak untuk mengolah jagat raya, Dia jadi Tuhan, artinya : penguasa, majikan.
Maka tidak ada majikan selain Yesus.
Bapa di surga Dia bapanya Tuhan, kalau boleh sebut Tuhan besar.
Ini Bapa yang dari Bapa keluar Yesus, keluar dari Anak.
Dia Bapa segala roh.
Dari Bapa juga keluar roh yang lain, jadi lusifer, tapi memberontak.
Lalu malaikat - malaikat juga roh, juga anak - anak Allah, karena rohnya dari Bapa.
Dan manusia juga anak Allah, rohnya dari Bapa.
Tetapi yang satu ini, Dia bersama Bapa menciptakan langit dan bumi π dan manusia.
Dia bukan bagian dari ciptaan.
Sebelum ada siapa - siapa, bersama dengan Bapa.
Ada hal yang tidak perlu kita tanyakan, Karena itu terlalu terhormat, terlalu agung.
Dan kita tidak patut berkata begitu.
Bapa ini roh yang melahirkan Anak atau Anak lahir dari Bapa.
Anak yang menciptakan, Bapa yang memberikan kekuasaan.
Pada waktu Dia di Eden,
Ada sosok yang mesti melayani Anak, dia ditaruh di kerub di tamannya Tuhan.
Dia bisa memerintah sendiri, dia memberontak.
Roh Kudus adalah RohNya Bapa π yang melingkupi jagat raya.
Roh Kudus juga di luar dari Bapa.
Tapi kata Anak keluar dari Bapa, tapi kata keluarnya ini beda.
Kata keluar bisa terpisah dari pribadi lain, tapi lainnya allos, lain tapi sehakekat, bukan lain secara jenis ( heteros )
Lain tapi satu jenis, satu hakekat yaitu dalam lembaga Elohim.
Roh Kudus keluar dari Bapa, keluar dalam arti memancar terus - menerus, mengalir, karena itu rohNya Bapa π
Bapa, Anak ada di surga, Roh Kudus memenuhi bumi ada di jagat raya.
Ada pribadi Anak, ada pribadi Bapa.
Apakah Roh Kudus juga berpribadi ?
Ya, tergantung bagaimana tergantung kita memahami kata pribadi.
Biasanya kata Pribadi artinya : satu entitas yang memiliki pikiran dan perasaan kehendak yang bisa mengambil keputusan atau pikiran.
Tetapi pengertian Roh Kudus pribadi ke tiga.
Itu jadi relatif.
Jika dikaitkan karya - karyaNya Dia pribadi ke tiga karena Bapa ada di surga.
Tapi kalau dikaitkan di dalam kesatuan Elohim Dia pribadi ke tiga, karena Dia rohNya Bapa π
Dalam Konteks Roh Kudus mewakili Bapa dan Anak, Dia menyelenggarakan pemerintah jagat raya ini.
Konteks kesatuan Elohim. Dia bukan pribadi ke tiga karena Dia menyatu dengan RohNya Bapa.
Jadi kalau kita memahami Roh Kudus itu Roh yang berbeda, Roh yang lain jadi kacau, Ketritunggalan jadi kacau, karena memandang Tritunggal juga salah.
Mau tidak mau dipisahkan, salah itu.
Roh Kudus itu Roh Allah.
Maka di Perjanjian Baru disebut Roh Theos.
Sebenarnya kejadian apa dalam proses Roh Elohim.
Roh Elohim itu Rohnya Bapa atau Anak tidak jelas.
Karena memang tidak tahu.
Di Perjanjian Baru baru tahu.
Roh Theos bukan Roh Logos.
Yang lebih biasa adalah ada beberapa ayat yang menunjuk roh Yesus datang, itu pribadi Yesus.
Yang harus kita mengerti hal ini Yesus Tuhan π kita itu tidak memiliki kuasa dalam dirinya sendiri.
Kalau dikatakan Allah itu esa, kan memang sumbernya satu dari Bapa ini.
Kalau bicara lisensi, siapa yang punya lisensi ? itu Bapa π
Tetap Dia memiliki putra tunggal, Dia menjadikan ini lembaga atau institusi yang namanya Yahwe.
Ini jadi Allah karena dalam satu hakekat lembaga ini.
Terbukti banyak perkataan Tuhan
Anak itu mendapat kemuliaan sebelum duniaπ dijadikan.
Anak tidak bisa berbuat apa - apa dari dirinya sendiri.
Dia bisa dikosongkan dengan kata lain dibunuh.
Lalu rohnya ditaruh dalam diri Yesus.
Yesus ini seratus persen seperti kita cuma rohnya Tuhan yang berinkarnasi masuk di sini.
Jadi pada waktu putraNya dikosongkan, diambil semua kemuliaan itu.
Dan dikembalikan lagi setelah Dia menang segala kuasa di surga di bumi π kemuliaan diberikan kembali, itu dari Bapa.
Kalau Roh Kudus dianggapnya rohnya yang lain betapa kacaunya Tritunggal.
Supaya tidak kacau dibuat ilustrasi telur, jadi kacau.
Allah yang benar ini, yang punya lisensi.
Segala kuasa, kemuliaan di tangan Bapa π
Ini bukan merendahkan Yesus sama sekali.
Menghormati Putra seperti menghormati Bapa, tetapi
Segala kuasa dari Bapa, bukan dari Tuhan.
Ketika kita mengerti kebenaran kita mau sempurna.
Kita π₯ mau ikut jejakNya Tuhan Yesus.
Jadi kita bisa menarik Yesus ini terbatas, supaya kita menelandani seluruh hidup Yesus dengan jelas.
Dia dikosongkan.
Ketika Dia dikosongkan dunia masih bisa berjalan dengan baik dalam perputaran yang sempurna dengan siklusnya yang sangat - sangat sempurna,
karena semua dikerjakan Roh.
Roh Allah itu membuat tatanan, yang menegakkan semua tatanan.
Hukum Archimedes tidak bisa dibatalkan.
Itu semua ada tatanan. Itu semua hukum - hukum kehidupan ini karena ada Allah yang memenuhi jagat raya ini.
Jadi kalau Roh Kudus dianggap Roh yang lain, jadi betapa konsep Tritunggal itu.
Bapa π tidak berhubungan langsung dengan ciptaanNya ketika Sang Anak yang memerintah dan fasilitas Roh Kudus yang membuat tatanan.
Nanti kalau kita di surga semua sudah sempurna, tidak ada dosa, semua siklus alam berjalan dengan baik, tidak ada kejahatan.
Tentu semua harus dikaryakan, sebagai manusia harus bekerja mengolah bumi yang baru, tetapi semua ada tatanan.
Dan manusianya hidup dalam tatanan itu.
Kalau sampai kita berkata Yesus π adalah pencipta langit dan bumi kita tidak perlu ragu lagi.
Yesus Sang logos itu.
Pada waktu penciptaan anak Bapa belum dinyatakan, maka tentu saja belum ada nama Yesus.
Dalam injil Yohanes dikatakan Theos bersama Logos.
Theos itu Bapa.
Logos itu Firman, Anak.
Sekarang jelas.
Yesus berkata, Bapaku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.
Itu semua pekerjaan karya Bapa π di Surga.
Dan Anak tidak bisa mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri, jikalau Ia tidak melihat Bapa mengerjakannya, sebab apa yang dikerjakan Bapa itu dikerjakan Anak.
Sebab Bapa mengasihi Anak, dan Ia menunjukkan segala sesuatu yang dikerjakan.
Itu pasti bukan menyangkut hanya hal - hal yang menyangkut di bumi π saja, tidak istimewa - tidak istimewa sekali, tapi ketika penciptaan alam semesta di luar waktu sebelum dunia diciptakan Yesus Allah Anak sudah melihat apa yang Bapa kerjakan.
Jadi pernyataan Tuhan Yesus π tersebut memberi kesan yang kuat bahwa Anak Bapa Tuhan Yesus selalu bersama - sama Bapa dalam karyaNya sejak Anak Bapa bersama Bapa dalam pemerintahan nanti bersama kita di langit baru bumi baru.
Jadi kalau dikatakan pemerintahan sejak zaman purbakala artinya : Dia sudah ada.
Tetapi harus mengakui kepala segala sesuatu itu Bapa.
Di atas Yesus ada Bapa.
Bahkan Yesus menundukkan diri kepada Bapa.
Semua ditundukkan di bawah kakiNya.
Anak tundukkan diriNya kepada Bapa.
Misteri segala misteri adalah Bapa.
Kita harus memghayati misteri Bapa.
Tidak ada seorangpun sampai kepada Bapa, kecuali melalui Aku.
Aku jalannya, bukan tujuan.
Ini bukan merendahkan Yesus, tetapi menempatkan.
Dia bukan tujuan, tujuannya Bapa.
Kalimat ini membahayakan doktrin Kristologi.
Hanya bahaya saja, bukan mencelakan, asal bisa memanfaatkan, bahaya jadi tidak bahaya.
Yesus jalan sampai kepada Bapa π
Ini bukan dipahami sekedar selamat.
Memang tidak ada keselamatan di luar Yesus.
Jadi salib ini menebus dosa dunia, semua orang yang dihakimi menurut perbuatan.
Tapi yang sampai kepada Bapa, ini yang ditunjuk jalan kebenaran yang memiliki hidup yang berkualitas, itu manunggal Bapa, ikut Yesus.
Yang ini bukan umat pilihan, tapi jadi anggota masyarakat yang dihakimi menurut perbuatan dan yang berkenan tinggal di kerajaanNya.
Kalau kita anak yang memanggil yang maha agung Bapa.
Alkitab π berkata, "Jaga perkataanmu, jangan banyak bicara, karena Allah, Elohim Yahwe di Surga, kita di bumi."
Dulu kita ngomong sembarangan.
Makin hari makin kita berdoa kepada Bapa tidak berani macam - macam, sekarang takut, tidak berani sembarangan ngomong, hati - hati.
Jadi kita bisa mengerti hubungan kita dengan Yesus π
Ini tidak bisa dipecahkan dengan kajian tulisan Theologi, ini harus dialami.
Yang benar harus ditegaskan Yesus itu Elohim sendiri.
Ego Eimi, Akulah Dia.
Jadi orang - orang Yahudi pada waktu itu tidak mau mengakui Yesus itu Elohim sendiri.
Tapi Tuhan berkata : "Akulah Dia "
Sering berkata, Aku berkata kepadamu itu pernyataan - pernyataan sering muncul di Perjanjian Lama, Aku adalah Aku.
Dimunculkan Tuhan Yesus.
Sebenarnya dari hal itu tersirat Dialah Elohim Yahwe ini.
Dengan penjelasan ini tidak perlu dipersoalkan lagi keesaan.
Tapi esa ekhad bukan esa yakhid.
Sesembahan yang benar bagi umat pilihan adalah Elohim, yaitu ditinjau dari keberadaannya...jelas.
Sebab yang terpenting adalah bagaimana Elohim, Bapa, Anak, Roh Kudus menggelar pemerintahanNya, melaksanakan rencanaNya dan kita pahami dan terlibat di dalamnya.
Relasi kita dengan Yesus π jelas, relasi kita dengan Bapa jelas.
Bapa mengutus putraNya, putraNya sukses lalu PutraNya berkata, seperti Bapa mengutus Aku, Aku mengutus kamu, pergilah...
Aku jalan, kamu bisa menghubungi Bapa, minta dalam namaKu, dalam nama Tuhan Yesus, itu jelas kamu minta kepada Bapa pakai namaKu.
Sumber berkatnya Bapa π tapi bukan berarti kita tidak bisa minta kepada Tuhan Yesus, karena Dia Tuhan, Dia bisa buat, itu hebat sekali.
Segala sesuatu yang dikehendaki oleh Bapa π untuk dilakukan pasti dilakukan dengan sempurna.
Jadi waktu kita minta kepada Tuhan Yesus, Tuhan Yesus tidak mungkin memberi sesustu yang Bapa tidak kehendaki, pasti....
Minta kepada Bapa perantaranya Yesus, bukan Santo Petrus.
Harus pakai nama Yesus.
Tuhan Yesus tidak akan memberi apa yang Bapa π tidak kehendaki.
Dia duduk di sebelah kanan Allah Bapa.
Dia akan menjawab sesuai kehendak Bapa.
Relasi Bapa dan Anak relasi yang sempurna dalam menciptakan langit dan bumi dalam melaksanakan karyaNya.
Kalau Anak disejajarkan Bapa bagaimana dikosongkan ?
Dari dulu juga jadi utusan, bahkan di Perjanjian Lama Dia tidak pernah menggunakan kekuasaanNya tanpa ijin Bapa.
Maka tidak heran Dia rela melepaskan kesetaraanNya.
Rencananya Elohim sempurna atas bumi, penciptaan manusia π₯, penyelamatan.
Yang kita persoalkan, pahami adalah apa rencana dan kehendakNya dalam hidup kita.
Kita melihat Yesus dari moralNya, bukan dari mukjizat - mujizatNya, setan juga bisa buat.
Dari moralNya setan tidak bisa buat.
Tuhan Yesus π bisa dikosongkan jadi manusia.
KeilahianNya dikosongkan.
Dia pribadi dari Bapa.
Dia 100 % bagian dari Elohim.
KeilahianNya nampak dari moralNya, itu moral Bapa.
Dia yang sulung, kita saudaraNya.
Tuhan Yesus π disebut yang sulung artinya : mendahului menang atau sempurna.
Allah bekerja dalam segala hal, supaya kita serupa dengan Yesus supaya kita
dimuliakan bersama Dia.
Tuhan Yesus 100 % Allah artinya : RohNya itu dari Bapa.
Tuhan Yesus 100 % manusia persis seperti kita berdaging, makan, cape.
KeilahianNya dikosongkan,
tapi Dia bisa pakai kalau mau, bisa menurunkan malaikat, tapi tidak.
KeilahianNya nampak dari moralNya.
Tapi ternyata bukan Yesus yang bisa bermoral, kita juga bisa, namanya kita juga manusia Allah / Man of God, kita π₯ menjadi keluarga kerajaan.
Yang menerimaNya diberikan kuasa supaya menjadi Teknon, anak dalam arti keturunan.
Kenapa disebut kudus ?
Ketika di dalam Perjanjian Baru Roh Allah hinggap di dalam diri manusia π₯
Kata kudus mengingatkan, bahwa manusia yang dihinggapi Roh itu tidak boleh hidup sembarangan.
Roh Allah ketika hinggap disebut Roh Kudus supaya
orang yang dimeteraikan Roh Kudus tidak boleh hidup sembarangan.
Roh Yesus artinya : pribadi Yesus yang langsung turun.
Roh Kristus ini spiritnya, gairahNya dari Yesus.
Roh Allah sama dengsn Roh Kudus, ini RohNya Allah Bapa.
Di Perjanjian Baru Roh Allah disebut Roh Theos, Rohnya Bapa, jadi bukannya Roh orang lain.
JBU π·
Langganan:
Postingan (Atom)