Selasa, 08 Oktober 2019

Renungan Harian 29 September 2019 TATANAN DALAM PENGADILAN

     Dalam suratnya, Paulus menyatakan: Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya. Dalam hal ini pengorbanan Yesus bukan meniadakan pengadilan atau penghakiman, tetapi justru mengadakannya. Dengan adanya pengadilan atau penghakiman, manusia bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan diberi peluang atau kemungkinan mendapat kesempatan untuk hidup lagi di dunia yang akan datang. Dengan demikian sangatlah jelas bahwa hidup ini tidak gratis, seseorang harus membayar harga hidupnya, yaitu melakukan kehendak Allah. Jika tidak, maka ia harus mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang dilakukan selama hidup di bumi. Hal ini sama dengan harus membayarnya.

     Kalau Yesus tidak mati di kayu salib, maka tidak ada pertanggungjawaban manusia terhadap Allah. Manusia tidak perlu bertanggung jawab kepada siapa pun, juga kepada Allah, karena secara otomatis dengan sendirinya semua manusia terpisah dari Allah selama-lamanya tanpa ada perhitungan sama sekali. Kalau Yesus tidak mengangkat dosa isi dunia (Yoh. 1:29), maka tidak ada penghakiman, sebab semua manusia sudah jelas dan nyata-nyata tidak ada yang benar. Betapa mengerikan keadaan ini. Inilah yang dikehendaki oleh kuasa kegelapan. Dengan demikian manusia menjadi makhluk yang seakan-akan gratis. Manusia tidak perlu berbuat baik, sebab sebaik apa pun perbuatan manusia, akhirnya pasti terbuang dari hadirat Allah selama-lamanya. Tidak bisa dipersalahkan kalau filosofi atau prinsip manusia seperti ini adalah “marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati” (1Kor. 15:32).

     Dengan pengorbanan Yesus di kayu salib, maka semua dosa dipikul-Nya, sehingga manusia dapat memperoleh pembebasan akibat dosa yang dilakukan, tetapi bukan berarti manusia bebas dari tanggung jawab. Justru sejak Yesus memikul dosa manusia, maka manusia kembali dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Dalam hal ini yang membuat semua manusia kehilangan tanggung jawab adalah Adam, tetapi Yesus membuat manusia dapat memperoleh kembali tanggung jawab atas dirinya sendiri. Maka bagi mereka yang tidak mendengar Injil dengan benar mendapat kesempatan dihakimi menurut perbuatannya. Mereka bisa hidup kembali di dunia yang akan datang atau masuk ke surga sebagai anggota masyarakat. Tetapi bagi orang percaya, bukan hanya berpeluang masuk surga, tetapi sejak di bumi belajar bertanggung jawab meresponi karya salib Kristus dengan memberi diri dikembalikan ke rancangan Allah semula, yaitu segambar dan serupa dengan Allah (Kej. 12:6). Nantinya mereka yang serupa dengan Yesus menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga.

     Terkait dengan penghakiman atau pengadilan Tuhan, kita harus memahami tatanan Tuhan bahwa yang diberi banyak dituntut banyak, tetapi yang diberi sedikit tentu juga dituntut sedikit. Hal ini terkait dengan penjelasan di atas mengenai pengertian dosa bagi masing-masing komunitas. Dengan demikian, penghakiman atau pengadilan Tuhan atas manusia dan komunitasnya berbeda-beda. Perbedaan ini menyangkut obyek manusia atau komunitasnya yang berkeadaan khusus (tidak semua komunitas memiliki keadaan yang sama) dan subyek hukum atau tatanan moral yang dipahami oleh masing-masing individu dan komunitas. Dalam hal ini, nampak jelas keadilan dan kebijaksanaan Tuhan atas masing-masing individu dan kelompoknya. Jadi, setiap orang dihakimi menurut ukuran masing-masing yang tidak sama.

     Kebenaran di atas ini, diteguhkan oleh Firman Tuhan yang tertulis dalam Wahyu 20:12 yang berbunyi: “Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu”. Kita harus teliti memperhatikan kalimat di dalam ayat ini, yaitu adanya kitab-kitab (lebih dari satu), dimana setiap orang dan komunitasnya dihakimi berdasarkan apa yang tertulis di dalam kitab-kitab itu. Hal ini menunjukkan adanya ukuran norma atau hukum yang berbeda-beda yang menjadi dasar penghakiman atau mengadilan atas setiap individu. Kitab-kitab yang dimaksud di ayat tersebut menunjuk berbagai ukuran norma atau hukum yang banyak terdapat di dunia sesuai dengan budaya dan moral masing-masing suku bangsa dan keyakinan. Tidak mungkin seseorang dihakimi dengan ukuran norma dan hukum yang tidak dipahaminya.


https://overcast.fm/+IqOCwHa4s

Tidak ada komentar:

Posting Komentar