Senin, 28 Oktober 2019

Renungan Harian 23 Oktober 2019 MILIK KRISTUS

     Seorang yang mendatangkan atau menghadirkan Kerajaan Allah harus bersedia “kehilangan diri sendiri.” Orang yang mendatangkan atau menghadirkan Kerajaan Allah harus rela dimiliki oleh Tuhan sepenuhnya. Tidak sulit mengaku bahwa dirinya sebagai milik Kristus, tetapi sangat sulit merealisasinya. Banyak orang Kristen mengaku milik Kristus, tetapi sebenarnya mereka masih memiliki dirinya sendiri. Mereka memandang Tuhan hanya sebagai alat, bukan tujuan. Sesungguhnya, ini sikap orang yang tidak menjadikan Yesus sebagai Tuhan, yang seharusnya hanya kepada-Nya mereka mengabdi dan hidup. Orang-orang seperti ini sesungguhnya tidak bersedia dimiliki sepenuhnya oleh Allah, tentu saja mereka tidak dapat mendatangkan atau menghadirkan Kerajaan Allah. Kalau seseorang memiliki dirinya sendiri, maka akan nampak dalam perilakunya yang hidup untuk dirinya sendiri; kesenangan dan kepuasannya sendiri. Gaya hidup seperti ini telah diwarisi dari nenek moyang dan dipengaruhi oleh lingkungan yang pada umumnya egois.

     Biasanya orang merasa berhak menggunakan apa pun yang telah diraih dan dimiliki—yaitu gelar, pangkat, harta, dan semua bakat—untuk kesenangan sendiri sesuai dengan seleranya. Biasanya semua yang dimiliki tersebut dijadikan sumber kebahagiaan dan kebanggaannya. Orang-orang seperti ini tidak akan bisa mengikut Yesus, apalagi menderita bagi Tuhan Yesus. Mestinya orang-orang seperti ini tidak berhak mengaku sebagai milik Tuhan, sebab ia memiliki dirinya sendiri. Mereka tidak dapat melakukan apa yang dikatakan oleh Tuhan, “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah,” (1Kor. 10:31). Kalau seseorang masih terikat dengan dunia ini, yaitu membiarkan dirinya hanyut dengan keinginan dirinya sendiri, maka ia tidak dapat dimiliki oleh Tuhan (Gal. 5:24-25; 1Yoh. 2:15). Sekarang ini rasanya aman-aman saja memiliki dirinya sendiri, tetapi suatu hari nanti, orang yang memiliki dirinya sendiri akan terbuang ke dalam api kekal.

     Orang yang menjadi milik Kristus Yesus adalah mereka yang telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya (Gal. 5:24). Hal penyaliban daging dengan segala keinginannya harus berangkat dari diri sendiri. Ini adalah fenomena natural, bukan adikrodati atau mistis, dan berlangsung setiap hari secara konkret melalui segala kejadian yang terjadi dalam hidup seseorang. Terkait dengan hal ini lebih bisa dimengerti mengapa Tuhan Yesus menyatakan, “orang yang mengikut Dia harus menyangkal diri dan memikul salibnya.” Tentu yang disalibkan atau dimatikan adalah segala keinginan dan hawa nafsu yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Seiring dengan kematian daging—artinya sifat-sifat egois, mau menang sendiri, kikir, dan lain sebagainya—seseorang barulah dapat dimiliki oleh Tuhan. Hidupnya bisa menjadi anggur yang tercurah dan roti yang terpecah bagi sesama. Orang yang tidak bisa membagi dirinya bagi orang lain tidak dapat dimiliki oleh Allah.

     Hendaknya tidak sembarangan menyatakan bahwa seseorang adalah milik Kristus. Orang percaya harus mengenali konsekuensi-konsekuensi menjadi milik Kristus dan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Banyak orang Kristen sudah merasa milik Kristus, padahal mereka masih memiliki dirinya sendiri. Kalau mereka memiliki dirinya sendiri, sedangkan dirinya terikat dengan berbagai kesenangan dunia, berarti mereka masih dimiliki oleh dunia. Secara secara hukum atau de jure (secara hukum) sebenarnya orang-orang Kristen dimiliki oleh Tuhan, tetapi secara de facto (kenyataannya) sebenarnya mereka masih dimiliki oleh dunia. Mereka dimiliki dunia sebab diri mereka masih dalam keterikatan dengan materi dunia ini atau kekayaan dunia dengan segala keindahannya. Dengan keadaan ini, sebenarnya mereka ada dalam kesesatan. Sebenarnya mereka berstatus memberontak kepada Allah; tidak menundukkan diri kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Rajanya. Tidak heran kalau orang-orang seperti ini akan ditolak Tuhan pada waktunya.

     Tidak dapat dihindari bahwa untuk menjadi milik Kristus, seseorang harus rela meninggalkan segala sesuatu (Luk. 14:33, “Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku”). Orang yang tidak melepaskan diri dari segala sesuatu tidak dapat diubah Tuhan; mereka tidak dapat dimuridkan. Dimuridkan artinya dinasihati dan dididik untuk diubah. Jika demikian, berarti keselamatan yang disediakan bagi mereka menjadi sia-sia. Keselamatan adalah usaha Tuhan mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya semula. Kalau menolak diubah, berarti tidak mengalami keselamatan. Orang percaya yang benar, yang mengalami proses dikembalikan ke rancangan semula Allah, harus memberi segenap hidupnya bagi Tuhan. Hidup dalam kebenaran Tuhan dan mengabdikan diri sepenuhnya bagi Kerajaan Surga. Inilah ciri-ciri dari orang yang dimiliki oleh Tuhan. Orang seperti ini barulah dapat mendatangkan atau menghadirkan Kerajaan Allah dan hidup dalam pemerintahan-Nya.

https://overcast.fm/+IqODg36AM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar