Senin, 28 Oktober 2019

Renungan Harian 26 Oktober 2019 MENGALAHKAN IBLIS

     Firman Tuhan mengatakan bahwa suatu saat semua musuh akan tunduk di bawah kaki Tuhan Yesus (1Kor. 15:27; Ef. 1:22; Flp. 2:10). Bagaimana musuh, yaitu Iblis, bisa dikalahkan? Kalau diteliti dengan cermat, Alkitab bukan hanya menunjukkan adanya hukum dalam arti perintah atau peraturan atau syariat, tetapi hukum dalam arti kodrat atau natur atau ketetapan. Hukum ini disebut sebagai hukum kehidupan atau hukum rohani. Hukum kehidupan menyangkut ketetapan yang Allah tentukan yang berasal dari diri pribadi Allah Bapa yang Mahakudus, Maha Bijaksana, dan Mahaadil. Dalam hukum kehidupan tersebut terdapat ketetapan-ketetapan yang harus dihargai baik oleh pihak Allah maupun pihak manapun atau siapa pun. Allah juga konsekuen atas hukum yang ditetapkan-Nya tersebut yang menjadi semacam rule of the game dalam kehidupan ini. Dengan memahami hukum dalam pengertian yang kedua, maka akan ditemukan jawaban mengapa Allah menciptakan manusia, mengapa harus ada dua buah pohon di Taman Eden, mengapa Yesus harus mati, apa arti kebangkitan-Nya itu, dan lain sebagainya. Juga tatanan mengenai bagaimana membinasakan Lusifer yang memberontak kepada Allah.

     Ketika Lusifer memberontak, mengapa Allah tidak segera menghukum dan membinasakan? Sulit dibantah, bahwa terkesan tidak mudah dapat menaklukkan Lusifer. Mengapa Allah tidak melakukannya? Memang di kitab Yehezkiel, terdapat catatan seakan-akan atau terkesan Allah langsung membuang Lusifer, tetapi kalau diamati dengan teliti ayat-ayat itu menunjuk ringkasan dari akhir hidup Lusifer. Di dalam ayat-ayat tersebut tidak diungkapkan mekanisme pengusiran tersebut (Yeh. 28:16-19). Ternyata pada akhirnya bukan malaikat-malaikat Allah yang bisa mengalahkan Iblis, tetapi darah Tuhan Yesus dan perkataan kesaksian mereka yang dikatakan “tidak menyayangkan nyawanya.” Orang-orang yang tidak menyayangkan nyawa ini menunjuk orang percaya yang mengikuti gaya hidup Tuhan Yesus (Why. 12:11). Jawaban mengapa Allah tidak bisa membinasakan Lusifer seketika itu adalah karena Allah memiliki aturan. Allah tidak akan pernah bertindak tanpa aturan; Allah adalah Pribadi yang adil, Allah yang tertib, Allah yang memiliki sistem dan aturan. Allah tidak akan pernah bertindak secara sembarangan tanpa aturan, tanpa hukum atau rule. Di dalam diri-Nya ada hukum, aturan, sistem, atau kebijakan-kebijakan dari kecerdasan-Nya yang tiada batas.

     Mengapa Lusifer saat memberontak tidak segera dihukum? Sebab tindakan Lusifer belum bisa dikatakan salah, sebab tidak ada verifikasi atau pembuktian bahwa Lusifer bersalah. Harus ada semacam “corpus delicti”, yaitu fakta yang membuktikan bahwa suatu kesalahan atau kejahatan telah dilakukan. Dari apa yang dipaparkan Roma 4:15; 5:13 jelas sekali dapat membuka pikiran orang percaya untuk memahami bahwa Allah bertindak dengan aturan yang sempurna. Seperti misalnya dalam menunjukkan kesalahan dan menghukum harus ada pembuktian. Itulah sebabnya Taurat diberikan juga untuk membuktikan bahwa manusia terbukti bersalah. Jika tidak ada Taurat, berarti tidak ada pelanggaran (Rm. 4:15; 5:13). Demikian pula Lusifer yang jatuh, tidak akan terbukti bersalah sebelum ada pembuktiannya, yaitu adanya makhluk yang memiliki ketaatan dan penghormatan yang benar kepada Allah dan memiliki persekutuan dengan Dia secara benar. Makhluk yang memiliki ketaatan kepada Bapa itulah semacam “corpus delicti.” Istilah ini dipakai untuk menunjukkan mekanisme tindakan Allah terhadap Lusifer.

     Untuk membuktikan kesalahan Lusifer agar ia pantas dihukum, harus ada mahkluk yang diciptakan oleh Allah yang memiliki segambaran dengan Allah yang bisa hidup dalam persekutuan dengan Allah. Karena hal tersebut, maka manusia yang diciptakan tentu diharapkan dapat menampilkan suatu kehidupan yang bersekutu dengan Bapa; taat, menghormati, memuliakan Allah dan meninggikan Allah Bapa, serta mengabdi dan melayani-Nya secara pantas. Hal itu menjadi pembuktian terhadap kesalahan Iblis sehingga bisa dihukum. Dalam perjalanan sejarah kehidupan, ternyata manusia gagal memenangkan pergumulan melawan Lusifer. Manusia sendiri mengikuti jejak atau jalan Lusifer, manusia juga ingin menjadi seperti Allah. Ada sebagian jejak Iblis yang ditularkan kepada manusia. Hal inilah yang membuat manusia tidak bisa lagi mencapai kesucian Allah. Manusia telah kehilangan kemuliaan Allah. Manusia pertama gagal menggenapi rencana Allah.

     Kegagalan manusia pertama menyisakan persoalan, siapakah yang dapat mengalahkan Iblis atau membuktikan bahwa Iblis bersalah dan pantas untuk dihukum. Tidak ada jalan lain, kecuali Anak Tunggal yang bersama-sama dengan Bapa. Anak Tunggal Bapa harus turun ke bumi menjadi manusia, di mana dalam segala halnya Ia disamakan dengan manusia (Ibr. 2:17). Allah Anak menjadi manusia untuk membuktikan bahwa ada pribadi yang bisa taat tanpa syarat kepada Bapa dan mengabdi sepenuhnya (Flp. 2:5-11; Yoh. 4:34). Hal ini akan membuktikan bahwa tindakan Iblis terbukti salah dan patut dihukum. Keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus dimaksudkan agar Kerajaan Allah dapat ditegakkan, yaitu dengan mengalahkan Iblis.


https://overcast.fm/+IqOCh6jYk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar